MENGENAL LEBIH DEKAT SUSTER ELISABETH SUTEDJA

*Lulusan Terbaik Harvard University yang Memilih Hidup Membiara*

Semenjak memutuskan masuk biara pada tanggal 01 November 2015 di Biara Santa Clara, Asissi, Italia. Suster Elisabeth Sutedja benar-benar off dari dunia maya.

El begitu sapaan suster Elisabeth Sutedja menghapus semua foto-foto cantiknya terutama pada akun facebook miliknya.
Lalu ia mengganti foto profilnya dengan gambar Santa Clara dan untuk foto cover profilnya dengan gambar Bunda Maria.

Sebelum itu aktivitasnya adalah membuat renungan pada pagi hari atau membagi pengalaman imannya diakun facebook yang Bernama Elisabeth Sutedja. Setahun sebelum mengambil keputusan hidup membiara renungan pagi dibuat dalam dua Bahasa yakni dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Saat itu facebook belum ada system translate otomatis seperti saat ini.

Lantas siapa sih sosok Elisabeth Sutedja ini?

*Profil Diri Elisabeth Sutedja*

Nama lengkap Maria Elisabeth Sutedja lahir di Bandung pada tanggal 31 Desember 1989. El menyelesaikan pendidikan jenjang SMP di SMP St. Angela Bandung. Kemudian ia menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Bandung dan melanjutkan kuliah di Institut Teknologi Bandung mengambil jurusan Teknik Informatika. Untuk pendidikan S2 dan S3 ia selesaikan di Harvard University – Amerika Serikat.

El menyelesaikan studi S1-nya di ITB pada bulan Juni 2009 saat usianya belum genap 20 tahun. Lalu ia mendapatkan tawaran scholarship dari Microsoft dan IBM untuk studi
di Amerika Serikat sampai dapat gelar PhD. Kesempatan itu terwujud. Seperti yang diposting oleh sahabat sejatinya El, Maya Sukanal, El diwisuda oleh para guru besarnya Harvard University sebagai lulusan terbaik dalam studi Business Administration angkatan 2009 winter intake.

Pada tanggal 6 Desember 2012 Elisabeth Sutedja memperoleh gelar PhD dengan predikat lulusan terbaik. Tak tanggung-tanggung ujian disertasinya diuji oleh dua pihak. Pertama, 6 orang guru besar dari Harvard University untuk menilai segi-segi ilmiahnya. Kedua, 6 orang praktisi bisnis untuk menilai aplikasi ilmiah dalam dunia bisnis. Salah seorang diantaranya Bill Gates boss dari Corporation.

Bill Gates selepas ujian disertasi itu langsung memeluk El dan menawarkan El untuk bekerja
di perusahaannya sekaligus menawarkan jabatan apa saja yang El mau. Namun tawaran tersebut di tolak oleh El. Pada akhirnya ia memilih PT Boeing dan menjabat sebagai Vice President – Business Development. Dan konon katanya Elisabeth Sutedja menjadi orang Asia pertama yang menjabat Vice President di perusahaan tersebut.

Selain menjadi vice president di PT Boeing, El juga menjadi dosen di salah satu universitas di Amerika Serikat. Menjadi dosen pun itu juga disarankan oleh PT Boeing.

Ceritanya begini seorang dosen dari Kellog School of Management bagian dari Northwestern University, Chicago menderita sakit dan harus berhenti jadi dosen. Pihak Universitas mencari penggantinya dari kalangan praktisi bisnis. Atasan dari El menyarankan agar Elisabeth Sutedja mengambil jabatan itu. Setelah interview Elisabeth diterima jadi dosen untuk mata kuliah, Applied Strategic Management”. Dan El mengajar empat jam tiap minggu.

*Panggilan Hidup Membiara*

Suatu malam pada tanggal 9 Juli 2015 melalui messenger – facebook, saya (Admin Uncebonn.com) bertanya kepada Elisabeth Sutedja.

_“Kira-kira apa yang menjadi dasar hidup mbak El sampai pada tahap ini?”_

“Setiap perjalanan hidup memiliki tujuan. Tujuan hidup saya sebagai seorang Katolik adalah untuk memuliakan Allah dan hidup menurut kehendak-Nya selama-lamanya. Karena itu, hidup saya sebagai manusia, baik yang bersifat personal, professional dan spiritual, semuanya harus diikat pada visi untuk kemuliaan Allah. Jadi, sebagai manusia, saya memerlukan Tuhan yang akan menuntun dan mengarahkan hidup saya mencapai tujuan-tujuan yang akan memuliakan Tuhan.” Demikian tanggapan El.

Pada tanggal 8 September 2015 El melalui postingan pada akun facebooknya mengaku bahwa sejak duduk dibangku SMP ia sudah ingin masuk biara.

“Sejak di bangku SMP aku sangat merindukan suatu kehidupan yang sepenuhnya mengabdi kepada Tuhan. Aku percaya Tuhan memanggilku untuk sepenuhnya melayani-Nya dan sesama.”

Pada rangkaian postingan yang sama bahwa setelah ayahnya tercinta meninggal seluruh keluarga – terutama mama dan kakak-kakaknya memberikan restu kepadanya untuk mewujudkan niatnya hidup membiara untuk sepenuhnya melayani Tuhan dan sesamanya.

Ia juga memberitahu mulai tanggal 8 September 2015 dia akan menjalani ret-ret di Pertapaan Susteran di Gedono, Salatiga, selama 6 hari. Sesudah itu dia akan menentukan langkah selanjutnya.

Pada tanggal 15 September 2015 melalui akun facebooknya, El memberitahu terkait keputusannya untuk memilih hidup salibat (hidup suci / tidak menikah).

Pada Senin pagi, 14 September 2015, Mgr Yohannes Pujasumarta, Uskup Agung Semarang yang membaptis saya tahun 1994, menelpon saya menanyakan kebulatan hati saya. Saya jawab, “Ya, saya siap melaksanakan apapun yang Tuhan inginkan untuk sepenuhnya mengabdikan diri kepada-Nya.” Siang harinya beliau kembali menelpon saya bahwa Vatikan ingin saya mulai menjalani hidup membiara pada hari Minggu, 1 November 2015, di Biara Santa Clara, Asisi – Italia.

Kepedulian El pada sesama sudah ditunjukkan sejak masih SD. Menurut kakak kandung El, Yani Sutedja, bahwa El kerap memberi uang kepada pengamen atau orang-orang yang susah disekitarnya atau orang yang ia jumpai. Kebiasaan itu juga ia lakukan saat ia masih mengenyam pendidikan di Amerika Serikat.

Dibawah bagaimana salah satu kisah yang ditulis oleh Elisabeth Sutedja pada akun facebooknya.

20 Desember 2010, Setelah mengikuti misa pagi di Gereja St Anthony, biasanya aku langsung pulang ke rumah, tapi pagi itu aku jalan kaki berputar ambil jalan lain melewati Fenway Park, sebuah taman besar dan indah di pusat kota Boston, dgn tujuan ingin menikmati morning-sandwich di salah satu kios penjual makanan di situ. Saat itu di pertengahan musim dingin (winter). Suhu udara sekitar minus 10 derajat Celsius. Semalam salju turun dgn lebat. Tebal salju di taman sekitar 15 cm. Sedang aku menikmati sepotong sandwich, pandanganku terarah ke sebuah gazebo di tengah taman. Aku lihat seorang wanita tua sedang memandang kearahku, seolah-olah ingin memanggilku.

Aku tanyakan kepada penjual makanan, apakah dia kenal dengan wanita itu.

Jawabnya: “No, I’ve never seen her!”

Aku beli sepotong sandwich dgn segelas susu panas dan membawanya ke gazebo.

Aku perkirakan wanita itu berusia sekitar 60 tahunan, wajahnya putih penuh dengan kerut dan pakaiannya sangat sederhana.

“Hi…. I’m Elisabeth Sutedja….” sapaku sambil mengulurkan tangan kananku. Dia diam tak menjawab dan tak menerima uluran tanganku. Matanya tajam memandang sandwich dan susu panas yang aku bawa.

“Will you join me?” kataku sambil menyerahkan sandwich & susu panas kepadanya.

Dengan cepat dia mengambilnya dan menyantapnya dgn lahap. Nampaknya dia sudah lapar sekali. Selesai makan, dia mulai memandang dan mengamatiku.

Pandangannya terarah kepada Rosario kecil yang aku pakai di pergelangan tangan kiriku.

“Christian?” tanyanya.

“Yes… Catholic…” jawabku.

“Shit!” katanya keras sambil mencibirkan bibirnya.

“Why shit?” tanyaku.

“I don’t believe in God!” jawabnya.

“Why don’t you?” tanyaku lagi.

“There’s no God!” jawabnya tegas.

“There is God!” kataku halus.

“Prove it!” pintanya.

Wah….. aku mulai putar otak….. Bagaimana caranya membuktikan Tuhan itu ada. Aku berdoa dalam hati, “Yesus tolong aku…”

Dan Yesus menolong!!

Aku perhatikan tangan dan badannya menggigil. Dia pasti sangat kedinginan! Aku lepaskan mantel tebal yg aku pakai.

“It’s for you” kataku sambil mengenakan mantel itu pada tubuhnya. Dia diam, matanya kini memandangku dgn sayu. Aku lihat air matanya menetes keluar. Aku merasa iba melihatnya. Aku peluk dia. Dia menangis keras…..

“Why are you doing this?” tanyanya sambil menangis.

“Jesus is God. He knows you’re freezing. So He asks me to give this coat to you!” jawabku.

“Really?” tanyanya.Matanya yg berlinang air mata memandangku dan kedua tangannya meraba mukaku sambil berkata pelan….

“You’re really an angel! You gave me food when I was hungry.. Then you gave me your coat when I was freezing!”

Aku kaget…..Bagaimana dia dapat mengucapkan kata-kata indah itu?

Sesuatu terjadi pada diriku! Aku merasakan sukacita yang sungguh besar! Aku merasa Yesus tersenyum padaku! Aku berjalan pulang tanpa mengenakan mantel, namun aku tak merasakan dingin sama sekali!

“Tuhan telah memberikan kepada kita masing-masing sebuah tongkat wasiat, sehingga apa pun yang disentuh dengan tongkat itu akan berubah menjadi permata yang tak ternilai harganya. Tongkat wasiat itu tidak lain adalah kasih illahi yang telah dicurahkan Allah ke dalam hati kita…”

Amin Mbak El….

Demikian catatan singkat yang saya buat tentang sosok Suster Ir Maria Elisabeth Sutedja, MBA.,PhD.

Ia meninggalkan segala kemegahan dan kemewahan dunia demi mewujudkan niatnya menjadi abdi Tuhan dan pengantin kristus. Tahun 2015 lalu saya sempat memohon ijin untuk menulis profil Elisabeth Sutedja diblog pribadi saya. Namun lima tahun kemudian baru bisa terwujud. Baik blog maupun artikel ini. Semoga bisa memberi inspirasi kepada kita semua yang telah membacanya.

Editor : *Arkadius Sadik, S.Pd*

fb Aris Nugroho

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *