Abu Daeng Al-Makasary – Heboh! Donasi 2 T itu pun gempar kayak gunung merapi meletus. Sejak awal diumumkan sudah gempar, apalagi anak bungsu Akidi Tio dikabarkan jadi tersangka karena ternyata donasi 2 T itu dinyatakan sebagai prank, apakah betul itu?
Belum ada pernyataan resmi. Jadi seharusnya masyarakat harus menunggu pernyelidikan itu. Tapi ini kabarnya sudah cepat beredar bahwa Heriyanti anak bungsu Akidi Tio dijadikan tersangka. Untung saja sudah dibantah diberita ini (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210802171715-12-675394/polda-sumsel-bantah-anak-akidi-tio-sudah-tersangka)[https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210802171715-12-675394/polda-sumsel-bantah-anak-akidi-tio-sudah-tersangka]
Serasa banyak yang tidak percaya. Tidak sedikit yang terpengaruh memang. Pasalnya yang menerima secara simbolik adalah pejabat, sehingga masyarakat awam banyak yang percaya juga.
Namun masalah ini belum selesai. Menjadi tersangka berarti dalam proses. Dan jika terbukti di pengadilan nanti bahwa semuanya memang kebohongan, maka terjadilah dakwaan atau vonis hukuman.
Jadi sembari mengurut dada, biarlah proses hukum berjalan sambil menunggu kelanjutannya. Apakah benar-benar uang itu ada atau tidak ada. Apakah Heriyanti, anak bungsu dari keluarga Akidi Tio itu punya hambatan sehingga sulit mendapatkan uang itu. Kan kabarnya uang itu ada di Singapore, bisa jadi keberadaan itu mengalami hambatan administrasi?
Tapi beberapa fakta yang telah ditemukan bahwa tampaknya uang itu tidak ada sama sekali, itu kabar yang beredar ya. Jadi lagi-lagi sebagai rakyat biasa, mari menunggu adegan ini. Apa sih yang sebenarnya terjadi.
Dan muncul juga pertanyaan apakah Akidi Tio termasuk orang terkaya di Indonesia? Kemudian hal itu dikaitkan dengan jumlah pajak yang dulu dibayarkan juga tidak tampak bahwa Akidi Tio adalah orang terkaya.
Lalu kenapa Heriyanti anak bungsu Akidi Tio ini nekat melakukan donasi prank dan diumumkan oleh pejabat? Bahkan disaksikan Gubernur Sumatera Selatan. Lagi-lagi mari menunggu kejelasannya saja. Silahkan yang menyaksikan dulu pahlawan Indonesia lagi berjuang di arena olimpiade. Semoga disana tidak ada terjadi kecurangan. Dan kasus Akidi Tio, biarkan aparat bekerja dengan konsentrasi yang tinggi.
Jadi, apakah Heriyanti ini mendapatkan informasi salah bahwa uang 2 T itu sebenarnya bermasalah atau memang tidak ada. Ataukah Heriyanti sebenarnya ingin memanfaatkan pejabat untuk mendapatkan uang itu? Ahh…terlalu jauh dugaan ini. Yang jelas kasus ini sangat serius dan masih simpang siur.
Maka ketika terbukti nanti bahwa itu semua adalah bohong besar, maka lagi-lagi rekor hoax atau kebohongan secara ekstrim menjadi sejarah bangsa ini. Tidak sedikit memang pejabat yang dikadalin.
Bahkan di zamannya Soekarno juga pernah ada yang namanya Raja Idris dan Ratu Markonah. Mereka diundang ke Istana waktu itu. Dan setelah dicek baik-baik, ternyata mereka adalah tukang becak dan pelacur kelas bawah. Apalagi dulu kan belum ada social media, jadi tidak cepat terdeteksi.
Pernah juga Ratna Sarumpaet sebelum heboh soal bonyok wajahnya, ia dulu sudah mencoba menggaungkan isu harta karun Soekarno yang bisa membayar utang Indonesia. Dan ternyata itu semua adalah upaya penipuan alias ngeprank dengan mengajak nalar pejabat cuti. Sungguh terlalu.
Aduh. Nampaknya memang tipu menipu selalu jadi tren. Penggandaan uang juga bukan cuma Dimas yang disebut Kanjeng itu dapat mengibulin pejabat, tapi ada juga oknum pejabat yang menipu rakyat kan? Jadi saling tukaran kayaknya sih. Mau jadi apa negara ini kalau banyak tukang tipu atau tukang ngeprank. Belum lagi soal pinjol dan segala yang didentik dengan online, ada-ada saja penipu.
Awal-awal pandemi juga pernah ada beberapa orang yang mencoba melakukan upaya kebohongan atau penipuan. Bukan cuma dari masyarakat tapi juga pejabat. Mulai dari ramuan sampai kalung yang diklaim bisa menangkis gempuran virus corona. Dan semua itu adalah upaya untuk mendapatkan proyek, karena dirasa sudah banyak yang stress saat pandemi sehingga mudah dikibulin. Jika saja kalung anti corona itu disetujui, bukankah jadi proyek besar kan?
Jangankan itu, alat swab dan PCR kan juga menjadi lahan bisnis. Orang yang tidak covid bisa dicovidkan di atas kertas kan? Benar-benar tidak aman dari segala penipuan. Ada yang mau terkenal rela menipu, tapi paling banyak memang alasan fulus sehingga menipu juga, meskipun orang tersebut sudah punya uang cukup tapi kadang tidak bersyukur sehingga melakukan penipuan.
Jadi lagi-lagi, logika akal sehat harus selalu diasah. Mau tidak mau itu harus selalu terjaga. Sayangnya, yang bisa menjaga akal sehatnya selalu 100 persen adalah manusia suci, sedangkan kita-kita ini bukanlah manusia suci sehingga begitu mudah lengah dan akhirnya bisa kena prank juga.
Jika nanti memang Heriyanti beserta dokter yang mewakilinya itu dinyatakan atau didakwah bersalah, tetap tidak bisa mengembalikan kejadian heboh ini sehingga harus dianggap tidak pernah terjadi, justru masyarakat akan semakin tertawa terbahak-bahak, dan bahkan bisa jadi di sebagian besar benak masyarakat akan melihat sebuah gambaran pesimis, bahwa tidak ada donasi yang benar-benar ikhlas dan tulus.
Tapi sekali lagi, mari menunggu laporan resmi dari pihak terkait kasus ini. Jadi belum ada titik terang. Jika ternyata nanti 2 T itu ada dan hanya menunggu waktu, maka pujian akan kembali didapatkan keluarga Akidi Tio. Tapi sebaliknya, yahh….gitulah.
2 Trilyun adalah jumlah yang sangat fantastis. Mendonasikannya butuh keikhlasan yang luar biasa tingginya.
Jangankan 2 T, 100 juta saja itu biasanya kebayang-bayang bagi seorang donatur? 100 juta yang akan dikeluarkan misalnya seorang konglomerat, itu berat loh. Karena itulah ketika ada elit yang menyumbang meskipun kecil, harus ada pemberitaannya.
Begitulah kura-kura…
sumber: seword