Joe Poetra – Menarik memang kiprah keluarga Cikeas di peta perpolitikan tanah air. Bagaimana tidak, dari bapak, ipar, besan, anak, sampai menantu secara berjamaah menduduki posisi penting dalam sebuah partai. Belum lagi jika cucu-cucu sudah punya eKTP, auto menduduki jabatan penting pastinya.
Itulah yang dinamakan dinasti politik yang secara hukum diperbolehkan. Jangankan Indonesia, negara maju seperti Amerika saja boleh kok membangun dinasti politik. Kita ambil contoh mantan Presiden George Bush dan putranya, George W. Bush.
Mungkin itu yang memotivasi seorang SBY yang ingin menjadikan anaknya, AHY bisa meneruskan kedudukannya sebagai calon kepala negara. Bagi saya sah-sah saja SBY berambisi untuk menaikkan nama anaknya menjadi calon presiden, tetapi jangan terlalu ambisius ingin berkuasa.
Dengan diangkatnya AHY menjadi Ketua Umum Partai Demokrat, tentunya harapan sang mantan bisa menaikkan citra partainya karena dengan profil sang anak yang masih muda, mantan prajurit, gagah, ganteng, dan berewokan pula.
Dengan profil seperti itu tidak menjamin rakyat akan melirik AHY menjadi calon presiden. Selain masih hijau dalam politik, jiwa leadership untuk mengurus partai sangat minim. Ini bisa dibuktikan dengan kisruh di internal partai beberapa waktu lalu, dimana AHY masih mengandalkan kekuatan sang ayah.
Memiliki ketua umum seperti itu, Demokrat melakukan strategi politiknya yang kontroversial. Menyerang pemerintah minus data dan fakta adalah sebuah manuver politik yang bisa mempengaruhi masyarakat (baca: kaum kadrun) untuk mendukung partai ini. Terutama masyarakat yang sakit hati dan kecewa terhadap Jokowi dan pemerintahannya.
Kekompakan kader-kader Demokrat untuk membela keluarga Cikeas sangat militan. Terutama jika ada pegiat media sosial maupun warganet yang menyinggung keluarga ningrat ini, maka semua bergerak untuk bersuara sampai titik liur penghabisan.
Para kader akan mati-matian membuat counter narasi, namun sayangnya selalu terjebak dengan pernyataan absurd yang ujung-ujungnya dibully oleh netizen.
Begini ingin perang dengan buzzeRP? Melawan Denny Siregar saja sudah baper duluan, gimana mau memerangi buzzeRP yang lain?
Bahkan istri AHY sendiri turun tangan untuk membelanya, karena bagi saya AHY hanyalah anak pepo yang tidak berani menghadapi ganasnya netizen yang super kritis.
Tapi tunggu dulu, Demokrat dan keluarga Cikeas tidak sendirian, karena mereka juga punya pasukan buzzer bayaran yang siap berperang dengan buzzeRP yang cinta NKRI.
Di saat pemerintah sedang fokus menangani wabah pandemi virus Corona, partai ini selalu menarasikan pesimisme di tengah masyarakat. Framing yang memojokkan pemerintah membuat sebagian besar rakyat gerah dengan manuver politik partai dinasti ini.
Bapak, anak, dan mantu terus memberikan pernyataan yang sifatnya hanya nyinyiran semata namun tak pernah ada solusinya.
Menarik dengan menonton video Rudi S. Kamri di channel Youtube Kanal Anak Bangsa yang mengatakan bahwa keluarga Akidi Tio menyumbang 2 triliun sedangkan SBY hanya menyumbang doa. Ini sangat menohok sampai ke ulu hati tatkala keluarga yang sederhana tanpa popularitas bisa membantu pemerintah dengan donasinya tanpa pamrih apapun.
Sementara SBY yang mempunyai kekayaan melimpah, hanya sebuah doa yang bisa dipamerkan di media sosial agar semua orang bisa membaca doa tersebut. Ya gapapa sih berdoa untuk bangsa dan negara ini agar pandemi cepat berlalu. Tapi alangkah baiknya berdoa di kamar dengan khusyuk dan gak perlu di umbar di media sosial.
Pada saat sang Pepo berdoa untuk keselamatan bangsa dan negara, anak dan menantu beserta kader-kader malah sibuk untuk berperang. Kalau berperang dengan ketidakadilan, korupsi, maupun melawan lonjakan kasus Covid-19 pasti rakyat setuju. Eh, ini malah menabuh genderang perang melawan buzzeRp. Maksudnya apa, coba?
Saya sih ngakak aja ketika ada orang yang berseberangan dengan Demokrat pasti dituduh buzzeRP. Lah, kalo gue yang tinggal di New York berarti bukan buzzeRp lagi, tapi bu$$er. Ha..ha..
Yang lebih lucu lagi, Andi Arief kader yang pernah ditangkap karena kepemilikan sabu dan kondom bergerigi, dipilih sebagai panglima melawan buzzeRp. Bagaimana melawan buzzeRp sementara istri Ketum, Andi Arief, dan kader lainnya rajin memblokir akun orang yang berseberangan?
Membicarakan keluarga Cikeas tidak akan ada habisnya. Keluarga yang berambisi untuk meraih kekuasaan sangat besar. Tapi apa daya nafsu besar tetapi dukungan lemah.
Oleh sebab itulah, panggung pencitraan dengan manuver politik busuknya berharap banyak orang bersimpati untuk mendukung. Dengan agenda politik dimana pandemi sebagai tunggangan bisa meraup persentase suara elektoral.
Tidak ada lagi yang bisa dijual untuk mengangkat suara partai. Hanya kritikan tanpa solusi, nyinyiran, dan drama politik yang bisa mempengaruhi pikiran masyarakat untuk mendukung partai ini.
Saran saya buat partai Demokrat, banyaklah berdoa di kamar. Jangan berdoa di Twitter karena Tuhan tidak suka. Ingat lho, Tuhan tidak punya akun Twitter. Jika sering berdoa di Twitter, sampai lebaran kuda pun Tuhan tidak akan mendengar. Kira-kira kata kura-kura begitu.
sumber: seword