CILAKA! WARISKAN PROYEK MANGKRAK DAN UTANG, ANIES SUDAH MIRIP SBY!

Ninanoor – Ada satu momen memalukan yang pernah dialami Gubernur Anies. Yakni ketika dia dikalahkan oleh mantan Wali Kota Surabaya, Risma. Momen ini terjadi sehari sebelum ulang tahun Anies pada bulan Mei lalu. Tepatnya, pada tanggal 6 Mei. Ketika Presiden Jokowi memberikan pujian dan acungan jempol pada Kota Surabaya. Dengan diresmikannya Pengolah Sampah menjadi energi listrik (PSEL) atau Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Kota Surabaya menjadi yang pertama di Indonesia, yang berhasil menuntaskan proyek ini.

Waktu itu Risma memang sudah tidak lagi menjabat sebagai Wali Kota Surabaya. Namun, kerja kerasnya lah yang akhirnya berhasil menyelesaikan proyek PSEL. Yang kemudian tinggal dilanjutkan sedikit oleh Wali Kota Surabaya yang sekarang, Eri Cahyadi. Dan akhirnya diresmikan oleh Presiden Jokowi.

Proyek ini memang bukan hanya ditargetkan ada di Surabaya. Tapi juga di beberapa kota lainnya. Oleh sebab itu, Presiden Jokowi sudah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2018, tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan. Untuk mempermudah dan menyediakan payung hukum bagi pemerintah daerah, untuk membangun PSEL/PLTSa. Lewat Perpres tersebut, Presiden Jokowi menunjuk 7 kota untuk membangun pilot project PSEL. Yakni Jakarta, Surabaya, Bandung, Tangerang, Semarang, Solo dan Makassar. Atas prestasi Surabaya yang proyeknya sudah kelar, Presiden Jokowi memerintahkan agar kota-kota lain meniru dan meng-copy apa yang sudah dilakukan oleh Surabaya Sumber.

Masalah sampah sudah harus jadi perhatian dan prioritas utama bagi pemerintah daerah. Terutama yang wilayahnya meliputi wilayah perkotaan. Data tahun 2020 yang dilansir Majalah Tempo, menunjukkan bahwa di antara ke-7 kota tersebut di atas, Jakarta menempati urutan teratas yang volume sampahnya terbesar. Yaitu 7.500 ton per hari. Sedangkan Surabaya menempati urutan kedua dengan volume 2.600 ton per hari Sumber. Artinya, Jakarta harusnya jadi yang pertama menyelesaikan proyek PSEL ini, atau lebih dikenal di Jakarta dengan sebutan intermediate treatment facility (ITF).

ITF? Kok kayaknya kenal ya? Proyek ITF memang sudah digembar-gemborkan Anies sejak tahun 2018. Bahkan pada tanggal 20 Desember 2018, dengan hebohnya Gubernur Anies menggelar acara groundbreaking proyek ITF yang berlokasi di Sunter. Apa kata Anies waktu itu? Bahwa acara itu bukan sekedar groundbreaking. Karena ITF Sunter adalah fasilitas besar yang pertama, yang sangat bersejarah. Yang akan berimplikasi ke seluruh Indonesia. Bahwa 2 tahun lalu pihak Anies telah berjanji untuk membangun ITF. Dan bahwa janji itu dilunasi Sumber. Ehh?? Dilunasi? Dari Hong Kong? Kan baru juga acara groundbreaking, alias peletakan batu pertama. Jangan-jangan omong doang?

Benar saja. Diberitakan media pada bulan September 2019, bahwa ternyata pengerjaan fisik ITF Sunter baru akan dimulai pada kuartal pertama tahun 2020 Sumber. Dan sampai sekarang proyek ini mangkrak! Dari bulan Desember 2019 hingga awal 2020, Gubernur Anies ngapain aja? Waktu itu anggaran DKI Jakarta masih banyak. Kalau sejak awal pandemi tahun 2020 hingga sekarang, pastilah terdampak imbas pandemi. Ketika dana banyak, mengapa tidak juga dikerjakan?

Kita lihat dulu sejarahnya. Proyek ITF Sunter ini diberikan Anies kepada PT Jakarta Propertindo (Jakpro) sebagai pihak pengembangnya. Jakpro kemudian bekerja sama dengan perusahaan dari Finlandia, Fortum. Keduanya membentuk PT Jakarta Solusi Lestari (JSL) sebagai anak usaha yang akan diberikan mandat untuk mengelola ITF Sunter.

Proyek ini memerlukan dana sekitar 250 juta dolar AS, atau sekitar Rp 3,5 triliun. Sumber dana yang terbesar berasal dari fasilitas pendanaan dari International Finance Corporation (IFC), yang merupakan bagian dari Bank Dunia. Dari IFC, sedianya Proyek ITF Sunter akan mendapatkan dana sebesar 240 juta dolar AS atau sekitar Rp 3,36 triliun. Namun, pada bulan Juni lalu diberitakan bahwa Fortum akhirnya mundur dari proyek ini. Yang mengakibatkan batalnya IFC menggelontorkan dananya. Oleh sebab itu, kemudian pihak Jakpro mengajukan pinjaman dari dana Pemulihan Ekonomi Nasional atau PEN sektor persampahan Sumber Sumber.

Berhubung masalah sampah merupakan masalah yang sangat penting, pinjaman itu pun disetujui, sebagai bagian dari pinjaman yang dikucurkan buat Pemprov DKI Jakarta. Pada bulan November 2020, diberitakan bahwa Pemprov DKI Jakarta mendapatkan pinjaman PEN sebesar Rp 12,5 triliun. Yang akan dicairkan secara bertahap. Untuk tahun 2020, sudah dikeluarkan sebesar Rp 3,26 triliun. Menurut Anies waktu itu, dana pinjaman PEN akan digunakan buat pembiayaan infrastruktur yang terancam mangkrak. Di antaranya buat infrastruktur pengendalian banjir, peningkatan layanan air minum, transportasi, dan pengelolaan sampah. Anehnya, Anies juga memasukkan proyek revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) dan pembangunan Jakarta International Stadium (JIS) dalam target penggunaan dana utangan tersebut. Padahal kedua program tersebut bukan lah termasuk yang urgent buat kepentingan rakyat. Hal ini mengundang kritik dan kecaman dari DPRD DKI Jakarta. Namun, Anies jalan terus saja dengan keinginannya itu. Sumber Sumber.

Akhirnya ketahuan, yang diselesaikan Anies dengan dana PEN malah proyek stadion JIS. Lewat akun media sosialnya pada bulan Juni lalu, Anies memamerkan proyek JIS. Yang diperkirakan akan rampung pada akhir tahun ini. Sementara kita tidak mendengar kelanjutan proyek-proyek lain yang jauh lebih penting, seperti penanganan banjir dan tentu saja, ITF Sunter.

Anies terbukti tidak konsisten dengan perkataannya sendiri. Di acara grounbreaking tahun 2018, Anies menegaskan pentingnya proyek ITF Sunter. Bahkan Anies sampai menyebut seluruh Indonesia. Pakai kata melunasi janji pula. Padahal baru juga acara peletakan batu pertama. Buktinya mana? Parahnya, ketika mendapatkan bantuan dana pinjaman PEN, Anies malah memilih untuk menyelesaikan proyek mercu suar stadion JIS. Yang manfaatnya tidak signifikan buat rakyat.

Kebutuhan atas fasilitas pengolahan sampah sangat mendesak buat Jakarta. Volume sampah sekarang bergerak naik hingga 7.000 sampai 8.000 ton per hari. Sementara tempat pembuangan sampah Bantar Gebang sudah diprediksi akan penuh pada tahun 2021 ini. Dan akan tutup pada tahun 2022 Sumber. Apakah Anies punya program yang sedang berjalan untuk mengurangi volume sampah di Jakarta? Sepertinya tidak ada. Lalu sampah segunung itu akan dibuang di mana? Lama-lama, Jakarta akan jadi lautan sampah. Iiihh, ngeriii…!

Sementara itu, tahun depan, Anies akan mengakhiri masa jabatannya. Sepertinya Anies akan mewariskan proyek mangkrak ITF Sunter, sampah dan utang buat penerusnya dan warga Jakarta. Masih bahagia kah warganya? Kok mirip-mirip sama SBY ya? Di media sosial, ada yang menyebut SBY sebagai ”bapak mangkrak nasional”. Dengan warisan epik tak tertandingi, yakni wisma atlet Hambalang. SBY juga diketahui mewariskan utang sekitar Rp 2.700 triliun ketika mengakhiri masa jabatannya. Waah, Anies jadi mirip sama SBY dong.

Anies kan pernah maju dalam konvensi capres Partai Demokrat pada tahun 2014. Ada kedekatan yang hakiki antara Anies dan SBY. Terlebih kita pun tahu bahwa Anies kerap mengambil posisi yang berseberangan dengan Presiden Jokowi. Bisa jadi, dalam mewujudkan ambisi pribadinya sebagai capres, Anies akan meniru SBY. Dan jika Anies terpilih jadi presiden, dia akan meng-copy gaya SBY. Waduhhh, cilaka! Kebayang kan. Kata-kata manis akan lebih banyak dimainkan ketimbang menyelesaikan pembangunan buat kepentingan rakyat. Sekali lagi, cilaka! Selalu dari kura-kura!

sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *