CAPAI TARGET VAKSINASI? MANFAATKAN TENAGA MAHASISWA KEDOKTERAN!

Panjath H – Vaksin berbayar akhirnya dibatalkan oleh Presiden Jokowi. Hal ini disampaikan Sekretaris Kabinet Pramono Anung pada Jumat (16/7/21), bahwa mekanisme vaksinasi Covid-19 gotong-royong tetap dilakukan seperti semula, yakni ditanggung perusahaan. Artinya, pengadaan vaksin Covid-19 berbayar bagi individu yang sebelumnya direncanakan akan disalurkan melalui Kimia Farma, tidak jadi.

Ini suatu langkah yang baik, sebab pengadaan vaksin berbayar ini rawan disalahgunakan oknum. Sasarannya mungkin orang-orang berduit, sebab harga vaksin sedianya dipatok sekitar Rp 800.000-an untuk dua kali suntik. Namun kalau sudah merasa kepepet, warga kelas sederhana pun bisa saja terpaksa menggunakan jalur berbayar ini.

Sialnya, di masa pandemi ini, banyak pihak yang memanfaatkan peluang sekecil apapun untuk mencari uang dengan cara yang tak terpuji. Bahkan kepada orang yang sedang berduka karena sanak keluarganya meninggal oleh covid-19, masih ada oknum yang melakukan pemerasan hingga jutaan rupiah.

Apalagi pada aksi penjualan vaksin yang tentu banyak peminatnya. Bayangkan apabila ada 10 juta orang dikali Rp 800.000, akan didapat uang segar sebesar Rp 8.000.000.000.000,- Mending jika uang ini masuk kas negara sebagai pihak yang membeli vaksin dari luar negeri. Lha, kalau sebagian tidak jelas ke mana perginya?

Yang paling dikhawatirkan sebenarnya dari vaksin berbayar adalah jika oknum malah mempersulit vaksin gratis supaya orang-orang menggunakan vaksin berbayar ini. Akhirnya upaya pemerintah untuk mempercepat pendistribusian vaksin untuk tercapainya herd immunity jadi tersendat.

Alasan vaksin berbayar ini juga lucu, yakni supaya tidak terlalu banyak antrian untuk vaksin gratis. Apakah maksudnya vaksin berbayar akan dijadikan lancar? Maka untuk mewujudkan ini, para oknum yang berada di balik vaksin berbayar ini hanya akan fokus agar vaksinasi berbayar ini lancar. Caranya dengan membuka banyak posko di tempat-tempat nyaman dan punya fasilitas seperti ruang berpendingin, tempat antrian yang nyaman, bahkan mungkin cemilan?

Sementara warga yang menempuh jalur biasa, vaksin gratis, antri sambil berpanas-panas. Sebab ruang puskesmas atau apapun itu tidak akan sanggup menampung ratusan orang, apalagi kerumunan itu sesuatu yang wajib dihindari saat ini.

Namun yang paling mengerikan adalah jika vaksin gratis mulai dibatasi supaya semua orang berbondong-bondong ke vaksin berbayar. Praktik seperti ini jamak terjadi dalam bisnis.

Tapi semua ini berujung pada upaya bagaimana agar target vaksinasi ini bisa tercapai secepat mungkin? Instruksi Presiden Jokowi agar bulan Juli ini bisa dihabiskan satu juta dosis per hari sudah sangat tepat, bahkan kemudian ada harapan pada bulan berikutnya bisa ditingkatkan menjadi dua sampai tiga juta dosis per hari?

Jadi jelas bahwa yang diperlukan dalam upaya mencapai target vaksinasi ini adalah sumber daya yang jumlahnya memadai. Mereka itu lazimnya dari petugas kesehatan. Karena jumlahnya mungkin terbatas maka dibantu oleh TNI Polri.

Maka dengan demikian, jika yang hendak dicapai oleh pemerintah adalah target satu juta sampai dua juta per hari, maka yang dibutuhkan pertama adalah sumber daya atau petugas vaksinasi. Lalu yang kedua adalah posko-posko yang beroperasi di banyak tempat.

Belum lama ini misalnya sudah dioperasikan sejumlah mobil vaksinasi keliling, meski jumlahnya belum memadai. Jadi yang paling urgen dalam upaya mencapai target vaksinasi adalah sumber daya dan kemudian posko-posko vaksinasi.

Maka idealnya di setiap kelurahan — atau kalau boleh tingkat RW — harus ada posko vaksinasi. Petugasnya, berdayakan saja misalnya para mahasiswa jurusan kedokteran atau akademi keperawatan yang sudah paham soal menyuntik pasien.

Jumlah mereka mungkin ada jutaan orang di seluruh pelosok Tanah Air. Dan apabila dalam kondisi seperti ini mereka dilibatkan untuk mempercepat pencapaian target vaksinasi ini, tentu sangat membantu progam pemerintah.

Bayangkan apabila di setiap kelurahan — bahkan kalau boleh di tingkat RW — terdapat posko vaksinasi, maka target dua – tiga juta dosis vaksin covid-19 per hari akan bisa terdcapai dengan sangat cepat. Tidak perlu menunggu sampai akhir tahun 2021, target sudah tercapai.

Jadi masalah sebenarnya pada upaya pencapaian target vaksinasi ini ada pada: tersedianya vaksin itu sendiri, lalu sumber daya manusia, dan lokasi vaksinasi atau posko-posko. Sumber daya atau tenaga vaksinasi yakni para mahasiswa kedokteran dan mahasiswa akademi-akademi bidang kesehatan yang sudah paham soal menggunakan jarum suntik ke pasien.

Kalau masalah sumber daya atau tenaga vaksinasi ini sudah dijamin kesiapannya, tinggal membuka posko-posko di tingkat RW atau kelurahan. Dengan cara ini, maka selain antrian tidak lagi ada, target pun tercapai dengan sangat cepat.

Jadi menurut hemat penulis, target vaksinasi tidak harus dicapai dengan cara jualan vaksin. Sebab vaksin berbayar pun pasti membutuhkan tenaga dan tempat/posko. Kalau nanti posko vaksin berbayarnya terbatas jumlahnya, antrian tidak terelakkan juga. Apalagi jika oknum-oknum mulai memainkan tujuan utamannya, membatasi vaksin gratis, supaya semua orang berbondong-bondong ke vaksin berbayar,

Jadi sekali lagi, kunci utama pencapaian target vaksinasi ini adalah tersedianya tenaga. Maka manfaatkanlah insan-insan pelajar/mahasiswa kedokteran dan akademi keperawatan yang pasti ada di kota-kota besar. Setelah itu buka posko-posko di tingkat kelurahan atau RW — bahkan RT?
sumber: seword

This entry was posted in Berita, Informasi Kesehatan. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *