Niha Alif – Benar-benar tak disangka ternyata urat malu gubernur edan benar-benar sudah putus dan kian parah. Surat yang beredar mengenai permintaan pada kedubes untuk penanganan Covid 19 nyatanya adalah anggaran untuk suatu rusun saja. Dan itupun nilainya jauh lebih kecil dibanding dengan anggaran jalur sepeda Senayan – Thamrin, TGUPP, apalagi fee Formula E yang tak jelas rimbanya. Apesnya kini kader PSI ternyata menemukan adanya kesamaan daftar kebutuhan rusun Nagrak dan yang dikirim ke kedubes. Angkanyapun tak ada seper-seribu APBD DKI.
Entah bagaimana pola pikir Anies hingga bisa mempermalukan bangsa kita sedemikian parah. Atau memang sengaja berbuat demikian agar Jokowi jadi bahan cemooh negara lain. Pasalnya kita yang waras dengan sadar tahu kelakuan minus Anies semenjak dipecat Jokowi. Tapi, bagimana dengan negara lain atau media luar. Jelas saja upaya Jokowi mendatangkan vaksin puluhan juta hingga menyumbang ventilator ke India musna seketika akibat gubernur bahlul.
Berikut beberapa cuitan kader PSI yang geram akan tingkah laku Anies.
“Ternyata pak @aniesbaswedan minta-minta itu cuma untuk nutupin 5,2miliar? Tentu untuk level individu, angka ini besar. Tapi untuk Pemprov yang anggarin jalur sepeda Senayan-Thamrin 30miliar, TGUPP hampir 20 miliar, Formula E 1 triliun, angka 5 miliar ini sih gak ada apa²nya.” Tulis @Uki23
“Saya mencoba menghitung, kebutuhan anggaran Pemprov @DKIJakarta untuk memenuhi kebutuhan Rusun Nagrak sesuai daftar. Ternyata tidak sampai Rp 5,2 miliar. Bandingkan dgn APBD DKI 2021 yg mencapai lebih dari Rp 84 triliun. Seharusnya tidak perlu sumbangan, Pak @aniesbaswedan.” Cuit @sigitwid sambil mencantumkan tabel di atas
Sebelumnya para pegiat media sosial habis-habisan menyerang Anies. Dari Ferdinand dan Denny Siregar terus mempertanyakan permintaan sumbangan yang miskin etika. Betapa kurang ajarnya Anies hingga menyuruh-nyuruh Dubes negara lain memikirkan ekonomi kita. Ibarat saat kita berumah tangga, tentunya akan berpikir panjang kalau mau minta uang ke orang tua. Apalagi tiba-tiba minta sumbangan ke paman, bibi, pakdhe atau budhe tanpa sepengetahuan orang tua. Ini artinya secara tak langsung kita jadi anak durhaka karena telah mempermalukan keluarga.
Inilah yang sekarang sedang dipertontonkan Anies. Mungkin dirinya lelah dibully seorang diri karena tak becus berkarya. Sedang kerja nyata Jokowi semakin hari semakin menghasilkan banyak pembangunan, pembaharuan infrastruktur dan sebagainya. Harusnya Anies bersaing dengan membanggakan infrastruktur baru, tingkat pemberian vaksin yang tinggi atau yang lain sebagainya. Bukan malah bermain kotor dengan mencoreng nama baik atasannya dengan ketidakbecusan dan kekurangajarannya.
Anies harus legowo kalau dirinya tak becus kerja. Jangankan melewati kinerja Ahok dan Jokowi, menyamai Gibran dan Bobby saja mungkin tak mampu. Kita tahu anak dan mantu Jokowi cukup mengagetkan media dengan ketegasannya dalam mengambil kebijakan baru-baru ini. Apalagi Gibran yang terlihat menyindir Anies saat diberitakan bahwa ia menyebut penghargaan yang diberikan adalah buah kerja pendahulunya. Ini jelas antitesa Anies yang selalu tampil di depan mengklaim hasil jerih payah Jokowi Ahok semisal dalam pembangunan MRT dan LRT.
Semoga saja DPRD DKI tak ikutan masuk angin seperti yang ditakutkan Ferdinand. Kalau lembaga yang paling punya kuasa menghentikan sikap ugal-ugalan Anies ternyata mandul, bagaimana dengan rakyat biasa seperti kita. Meski mereka harus berhadapan dengan pendukung Anies, itu lebih baik ketimbang bersikap seperti pecundang. Contohlah Firli yang akhirnya berhasil mendepak Novel cs meski dirinya jadi bulan-bulanan seluruh Indonesia. DPRD DKI harus tegas menginterpelasi Anies kalau tak mau disebut ikut kebagian jatah dari Gubernur edan.
Kita tahu sebentar lagi Anies memang akan lengser, tapi kita juga tidak tau kegilaan apalagi yaang bakal ia lakukan. Apalagi dalam situasi seperti saat ini yang membutuhkan kesigapan dari seorang pemimpin. Karena salah langkah, bukan hanya nyawa warga yang jadi taruhan, tapi juga sektor lain seperti ekonomi, pekerjaan dan pendidikan. Sangat disayangkan upaya pemberian vaksin yang massif oleh pemerintah pusat harus dinodai seorang gubernur langka. Semoga saja ia tak sedang tertawa di sana karena telah sukses mempermalukan Indonesia.
Begitulah kura-kura
sumber: seword