LEONARD KISAHKAN 20 JAM BERADA DALAM KONDISI ANTARA HIDUP DAN MATI, DISELAMATKAN AIPDA JOEL DAN KINI INGIN JADI POLISI

KUPANG, KOMPAS.com – Leonard Laimeheriwa (11) tak berhenti mengucap syukur.

Sempat berada dalam kondisi antara hidup dan mati selama kurang lebih 20 jam, nyawa bocah SD itu akhirnya selamat setelah terpeleset dan terseret derasnya arus Kali Bileno yang berada di Dusun II Bileno, Desa Fatukanutu, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Kepada awak media, Leonard mengisahkan detik-detik dirinya terbawa arus hingga tak tidur dan memegang akar pohon semalaman.

Dia juga bercerita mengenai aksi polisi penyelamat yang rela menghadapi mara bahaya demi menolongnya.

Bermula menginjak batu licin

Peristiwa jatuhnya Leonard terjadi pada Minggu (16/5/2021) sekitar pukul 15.40 WITA.

Terima kasih telah membaca Kompas.com.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email

Leonard mengaku, menginjak batu yang licin, sehingga terseret ke air dan jatuh ke dalam gua.

Hal itu terjadi ketika ia tengah berekreasi.

“Begitu terseret air saya masih minta tolong kepada teman, tapi karena arus cukup deras saya langsung jatuh ke gua. Tangan kiri saya langsung memegang akar pohon, dalam hati saya takut mama bersama rombongan meninggalkan saya sendiri dia dalam,” tutur Leonard.

Dalam kondisi tak menentu, Leonard terus memanjatkan doa agar tak terjadi hal buruk pada dirinya.

Leonard pun semalaman tak tidur dan berpegangan pada akar pohon, hingga seorang polisi bernama Aipda Joel Bolang muncul membantunya.

“Saya pun tidak lupa berdoa meminta Tuhan menolong saya dan tetap bertahan memegang akar pohon sampai om Joel datang dan menolong saya,” sambung dia.

Bercita-cita menjadi polisi

Aipda Joel, bagi Leonard, merupakan malaikat yang dikirimkan Tuhan untuk menyelamatkannya.

Tak heran, Leonard kini bertekad ingin menjadi polisi agar dapat membantu masyarakat yang membutuhkan.

“Terima kasih bayak kepada Om Joel Bolang yang telah menyelamatkan saya. Semoga suatu saat nanti saya menjadi polisi Polair supaya bisa membantu masyarakat,” kata Leonard.

Di tempat yang sama, Aipda Joel Bolang, menuturkan, pada Minggu (16/5/2021) malam, dirinya mendapat perintah langsung dari Dirpolair Polda NTT untuk segera ke sungai Bileno.

Aipda Joel bersama dua orang rekan penyelam dari Ditpolair Polda NTT langsung berangkat dengan membawa peralatan seperlunya.

Senin (17/5/20210) sekitar pukul 03.00 WITA, tim penyelam dari Ditpolair Polda NTT tiba di lokasi kejadian.

Menunggu matahari terbit tim penyelam dan Basarnas melakukan pencarian terhadap Leonard yang diduga tenggelam.

“Setelah melakukan survei terhadap medan, tiga kali kami melakukan penyelaman, namun gagal karena arus sungai dan juga jarak pandang terbatas cuma satu jengkal tangan,” kata Joel.

“Kami pun berusahan mencari apakah, ada ruangan di bawah air terjun. Setelah melakukan penyelaman yang ke empat kalinya saya sendiri yang berhasil melewati arus yang besar dan berupaya mencari kemungkinan adanya ruangan dimanfaatkan oleh korban atau tersangkut di celah-celah batu tersebut,” sambungnya.

Temukan kaki, mulanya dikira telah meninggal

Setelah dua meter berada di dalam gua, Aipda Joel menemukan adanya kaki di atas kepalanya.

Awalnya Joel mengira kaki tersebut milik rekan penyelam dari Basarnas Kupang.

“Saat saya tarik kakinya, tapi diam saja tidak ada respon. Dalam hati saya bilang ini pasti korban yang sudah meninggal. Saya mencoba menarik sekali lagi kaki tersebut, tiba-tiba ada gerakan, sehingga saya langsung senang karena ternyata korbannya masih hidup,” kata Joel.

Joel langsung naik ke permukaan dan menemukan Leonard sedang memegang akar pohon dan kedinginan.

Joel lalu mengajak untuk berkomunikasi namun Leonard sangat pasif, karena kemungkinan masih trauma, lantaran terkurung hampir 20 jam lamanya di lokasi yang sangat gelap.

Aipda Joel tidak kehilangan akal, ia perlahan berusaha mengembalikan mental bocah itu dengan mengajak bercerita dan bertanya-tanya kepada bocah tersebut.

“Setelah kesadarannya agak pulih, saya mulai berpikir bagaimana menyelamatkan korban. Ada tiga kemungkinan usaha penyelamatan yang pertama jalan keluarnya tidak ada, di atas ruangan (gua) tersebut ada air, kedua apabila saya tinggalkan dan meminta bantuan takutnya anak ini berpikiran saya meninggalkannya dan yang ketiga saya mengajari korban menggunakan regulator cadangan yang ada di alat selam,” jelasnya.

Joel akhirnya memakai pilihan ketiga dalam menyelamatkan bocah tersebut.

Leonard lalu berpegangan pada rompi selam dan kakinya melingkar dipinggang Joel.

“Kami berdua loncat ke dalam air dan sempat melewati pusaran hingga akhirnya ke permukaan air sudah banyak orang yang menunggu kedatangan kami,” kata Joel.

Orangtua berterima kasih

Sama halnya dengan Leonard, kedua orangtua bocah itu tak henti mengucap terima kasih ketika Direktur Polair Polda NTT Kombes Pol Andreas Heri Susi Darto, beserta anggotanya Aipda Joel Bilang berkunjung ke kediaman mereka, Rabu (19/5/2021).

“Kami atas nama orangtua dari anak Leon (Sapaan akrab Leonard) mengucapkan terima kasih kepada Polda NTT dalam hal ini jajaran Ditpolair Polda NTT khususnya kepada anggota Aipda Joel Bolang,” ujar Jidon Laimeheriwa Ayah kandung Leonard.

Jidon menyebut, Aipda Joel sudah bersusah payah menembus arus yang deras, hingga bisa menemukan anaknya.

“Begitu ketemu Leon masih diajarkan juga bagaimana menggunakan regulator dan membawa anak kami keluar dari gua melewati pusaran air yang cukup deras. Tak henti-hentinya kami ucapkan terima kasih banyak untuk keselamatan yang diberikan bagi anak kami, Aipda Joel merupakan perpanjangan tangan dari Tuhan dalam menyelamatkan anak kami” ujar Jidon
sumber: kompas

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *