Alifurrahman – Lebaran Kuda. Itu adalah istilah yang disampaikan oleh SBY saat berpidato soal ancaman kepada Ahok. Kala itu, Pilkada 2017 sedang memanas dan SBY ikut memprovokasi agar Ahok dipenjara.
Sebagai seorang ayah dan ketum partai, SBY all out mendukung anaknya yang baru mengundurkan diri dari TNI dan berharap bisa jadi Gubernur DKI. Dan Ahok adalah calon yang harus dikalahkan jika ingin maju ke putaran kedua.
Inti dari pidato SBY adalah, kalau Ahok tidak dipenjara, maka sampai lebaran kuda masalah penistaan agama itu tidak akan pernah selesai.
Pada kenyataannya Ahok akhirnya dipenjara. Tapi anak SBY juga gagal dalam Pilkada. Sekilas itu adalah hasil yang kembang. Draw.
Tapi jika melihat kondisi Jakarta hari ini, yang banyak kasus, mulai dari penebangan pohon di Monas, Formula E yang gagal dan dana ratusan miliar raib entah ke mana. Belum lagi kasus lem aibon, bongkar pasang trotoar dan atap jembatan, sampai urusan lubang-lubangan unfaedah. Maka jelas itu adalah harga yang sangat mahal yang harus dibayarkan oleh Pilkada berbasis SARA. Dan SBY, adalah orang yang terlibat sangat aktif dalam hal ini.
Demo 411 dan 212 jadi semacam pola paten. Seolah apapun isunya, bisa dikerahkan dengan isu aksi bela Islam. Panitianya lengkap. Asal ada yang order, semua bisa turun berdemo.
Rizieq seolah bebas mencaci maki. Kebal hukum. Provokasi terus dilakukan meski dalam pelarian.
Tapi hari ini akhirnya kita bisa melihat Rizieq tidak berdaya. Meringkuk di tahanan. Sementara Prabowo sang pembela sudah sibuk menghitung posisi, koalisi dan proxy.
Sebenarnya masih ada Anies Baswedan. Gubernur Jakarta itu cukup menghargai Rizieq. Tak heran kalau Rizieq disambangi dengan suka cita.
Tapi posisinya yang hanya Gubernur tak punya partai, pun masih belum tentu bisa maju di Pilpres 2024, kini sibuk sendiri cari perhatian. Jangankan mikirin Rizieq, diri sendiri aja belum tentu aman.
Karena dalam politik, kekuatan seorang pejabat yang masih berkuasa cenderung aman. Tapi setelah turun, bisa jadi babak belur karena dikasuskan.
Jika melihat ada banyak kasus yang sudah ditorehkan Anies, dirinya jelas terancam bila tak punya jabatan. Makanya Anies ngebet mau maju di Pilpres. Agar posisi tawarnya kuat dan aman.
Sebenarnya Demokrat masih sempat mencoba membangun narasi pembelaan untuk menyelamatkan Munarman. Andi Arif yakin bahwa Munarman tidak terlibat. Dan dirinya menjamin sebagai saksi hidup bahwa Munarman orang baik.
Namun arus besar publik yang merayakan penangkapan Munarman mustahil dibendung. Siapapun yang membela Munarman langsung disikat habis.
Fadli Zon yang juga coba membela Munarman buru-buru menghapus pernyataannya. Tapi itu juga sudah terlambat, banyak media terlanjur memberitakan.
Dan secara otomatis ancaman demo berjilid-jilid yang dulu cukup menakutkan itu kini sirna. Karena dua orang tokoh berpengaruh, Rizieq dan Munarman, sudah ditangkap polisi. Bahkan Munarman terancam hukuman seumur hidup.
Bagaimanapun, ini sudah tahun 2021. Istilah Lebaran Kuda itu sudah empat tahun yang lalu.
Entah kebetulan atau tidak, rasanya sangat pas sekali kalau tahun ini kita merayakan lebaran kuda. Karena Rizieq dan Munarman sama-sama ditahan. Keduanya adalah simbol penyelesaian dari kasus-kasus intoleransi dan arogansi kelompok radikal.
Meski begitu, bisa jadi ini hanya sebatas jeda. Bukan penyelesaian. Karena politisi yang fokus pada suara, akan selalu mencari pengganti dari orang-orang yang bisa mengelola demonstrasi.
Munarman mungkin sudah selesai dan akan mati di penjara. Tapi Rizieq? Belum. Dia adalah orang yang licin dan selalu tau caranya keluar dari penjara. Selama masih ada politisi busuk seperti Anies Baswedan yang mau merangkul dan memanfaatkannya.
Tapi apapun itu, kemenangan ini tetap layak dirayakan. Lebaran Kuda tahun ini tetap harus dicatat sebagai akhir, walau pun nantinya berubah jadi jeda.
Dan buat SBY atau siapapun yang sudah ikut memprovokasi akhirnya Pilkada SARA 2017 lalu, tolong diingat bahwa demo-demo itu tidak hanya merusak fasilitas umum. Tapi juga merusak nilai-nilai demokrasi.
Lebaran Kuda yang kalian imajinasikan itu kini sudah terlaksana. Selamat menikmati. Begitulah kura-kura.
sumber: seword