MEMBANDINGKAN ANALOGI NABI MUSA DAN FIR’AUN SERTA ANALOGI IBLIS “AKU LEBIH BAIK DARI KAMU”

akhmad reza – “Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri” (QS Luqman : 18)

Tuhan tidak menyukai kesombongan. Dalam sejarah agama-agama, banyak yang jatuh karena kesombongan. Iblis karena merasa lebih tinggi derajatnya dibanding Adam adalah pelaku kesombongan yang pertama. “Ana khoirum minkum” (Aku lebih baik dari kamu) adalah kata-katanya kepada Adam. Akibat perbuatannya, Iblis terjatuh hina di sisi Tuhan. Kesombongan dapat menjangkiti siapapun. Mulai dari raja yang merasa menjadi Tuhan, hingga ulama, pendeta atau pemuka agama yang merasa paling benar dan memegang kunci surga.

Dan akhir-akhir ini kesombongan dipraktikkan dengan demikian banal. Salah satu contohnya adalah pernyataan anggota Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) 6 Laskar FPI, Abdullah Hehamahua menceritakan momen ketika pihaknya bertemu Presiden Jokowi di Istana Negara, 9 Maret 2021 lalu.

Dilansir dari suara.com, Dalam pertemuan guna membahas 6 Laskar FPI yang ditembak polisi itu, Hehamahua mengatakan pihaknya seperti Musa mendatangi Firaun. Cerita tersebut dikisahkan oleh Hehamahua dalam video bincang-bincang berjudul “Penembakan FPI dan Habib Rizieq Balas Dendam 9 Naga Kekalahan Ahok?” yang disiarkan saluran YouTube USTADZ DEMOKRASI.

Hehamahua bercerita dari mulai penelusuran kasus, berlangsungnya sumpah Mubahalah, sampai TP3 6 Laskar FPI dipanggil ke istana.

“Tanggal 8 ada telefon dari Istana ke Sekretaris TP3, Marwan Batubara, bahwa Istana siap menerima, besoknya tanggal 9 jam 10,” ungkapnya seperti dikutip Suara.com, Rabu (14/4/2021).

Kedatangan TP3 tersebut harus memenuhi syarat, di antaranya melakukan tes antigen di rumah sakit yang telah ditentukan yakni daerah Menteng. Hehamahua kemudian mengatakan, pertemuan tersebut bak Nabi Musa mendatangi langsung Firaun guna menyampaikan kebenaran.

“Singkatnya besok kami datang, kami sepakat datang seperti Musa datang ke Firaun,” ujarnya tegas. Meski begitu, dia mengaku bukan bermaksud menganggap Jokowi sebagai Firaun. Hanya saja, dia sama-sama penguasa seperti Firaun.

“Tidak berarti Jokowi itu Firaun, tapi kita menempatkan posisi dia penguasa seperti ketika Firaun jadi penguasa, dan kami seperti Musa yang perjuangkan kepentingan rakyat, bangsa, kemudian menegakkan keadilan,” sambung eks Penasihat KPK itu.

Pertanyaannya, jika yang bersangkutan tidak menganggap Jokowi sebagai Firaun, mengapa analogi tersebut yang dipakai ? Adakah analogi yang lebih elegan dan tidak merasa paling benar sendiri ? Membandingkan atau menganalogikan pertemuan TP3 dengan Jokowi seperti Nabi Musa dengan Firaun tidak “apple to apple”

Pertama, mereka bukan Nabi Musa, dan tidak mungkin mirip dengan Nabi Musa dari sudut manapun. Kedua, Jokowi pun tidak mirip dan tidak bisa dipersandingkan dengan Firaun. Firaun adalah Raja Diraja, dia pemegang kekuasaan mutlak, mengaku sebagai Tuhan dan tidak pernah dipilih oleh rakyatnya lewat pemilu.

Dus, tanpa hujan petir dan gluduk, bagaimana bisa Abdullah Hemahua menyandingkan dirinya dengan Nabi Musa dan Jokowi dengan Firaun ? Kalau bukan kesombongan yang luar biasa, pernyataan ini bisa dikategorikan halu yang memalukan.

Apa yang dilakukan Abdullah Hemahua sesungguhnya adalah pengulangan narasi. Sebelumnya, Amien Rais juga mengibaratkan Jokowi seperti Firaun. Kejadiannya pada Januari 2021 lalu. Untuk diketahui, Amien Rais menilai bahwa pembubaran FPI sebuah langkah politik yang menghabisi demokrasi. Amien mengingatkan perihal kepemimpinan Firaun kepada Presiden Joko Widodo, di mana gayanya dalam memimpin sangat ganas dan zalim. Amin pun yakin, layaknya Firaun, kezaliman pemerintah saat ini akan mendapatkan balasan. Tuduhan Amien Rais kepada Jokowi ini pun adalah pengulangan. Pada Agustus 2020 yang lalu, Amien Rais menyebut Jokowi dengan tuduhan serupa, menyebut pemerintahan Jokowi seperti Firaun.

Baik tuduhan Abdullah Hemahua, maupun Amien Rais menunjukkan keangkuhan serta kesombongan yang luar biasa. Sedangkan Allah sangat benci kepada kesombongan dan orang-orang yang merasa sok suci. Allah Ta’ala berfirman, “Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An Najm: 32).

Janganlah engkau mengatakan dirimu suci, dirimu lebih baik. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Janganlah menyatakan diri kalian suci. Sesungguhnya Allah yang lebih tahu manakah yang baik di antara kalian.” (HR. Muslim no. 2142).
sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *