Jakarta, CNN Indonesia — Relasi Israel dan Iran kembali memanas setelah badan intelijen Tel Aviv, Mossad, dituduh sebagai dalang di balik aksi sabotase fasilitas nuklir Teheran di Natanz pada akhir pekan lalu.
Jaringan listrik di fasilitas pengayaan uranium bawah tanah Iran itu padam total pada Minggu (11/4), diduga akibat serangan siber. Lokasinya berada di selatan Ibu Kota Teheran.
Namun insiden ini bukan yang pertama terjadi pada situs nuklir Iran dan juga situs nuklir Natanz. Dari serangkaian kejadian itu, tidak ada satupun yang diakui Israel.
Berikut deretan insiden yang pernah terjadi pada situs nuklir Iran.
Ledakan 2020
Situs nuklir Natanz, yang merupakan fasilitas nuklir utama Iran, juga pernah menjadi target sabotase pihak asing.
Pada Juli 2020, terjadi dua ledakan besar pada situs nuklir yang terletak di Provinsi Isfahan tersebut. Badan Energi Atom Iran mengatakan kedua ledakan itu disebut ulah serangan siber Israel.
Ledakan-ledakan itu mengakibatkan sebagian situs Natanz terbakar.
Sejumlah foto satelit memperlihatkan bangunan yang berada di atas tengah hangus dan rusak. Atap pada bangunan pun hancur karena ledakan.
Natanz disebut-sebut merupakan pabrik produksi sentrifus dan berada 7,6 meter di bawah tanah. Lokasi tepatnya berada sekitar 250 kilometer bagian selatan Teheran.
Wilayah ini merupakan lokasi gudang persenjataan Iran. Menurut para analisis pertahanan, lokasi ini punya fasilitas terowongan bawah tanah. Foto satelit menunjukkan ratusan meter semak belukar hangus terbakar.
Sehari setelah insiden terjadi di Natanz, sebuah jet tempur F-35 milik Israel mengebom kompleks produksi rudal di wilayah Parchin, Iran. Pesawat diduga berangkat dari Israel selatan.
Serangan Siber
Situs nuklir Natanz juga pernah menjadi target serangan siber Israel pada 2010. Saat itu, The Institute for Science and International Security menemukan worm komputer Stuxnet yang menyebabkan kerusakan parah pada situs nuklir Natanz.
Stuxnet dikabarkan teknologi yang dikembangkan kolaborasi antara Israel dan Amerika Serikat.
Institut tersebut memaparkan Stuxnet merusak hingga 1.000 sentrifugal atau 10 persen dari total yang terpasang pada situs nuklir Iran tersebut. Laporan institut itu menyimpulkan bahwa virus komputer itu ditujukan untuk menghancurkan sentrifugal yang pada akhirnya memperlambat kemajuan program nuklir Iran.
Mirip dengan Stuxnet, Israel juga disebut telah mengembangkan program malware Flame. Program itu dibuat bekerja sama dengan Badan Keamanan Nasional Amerika (NSA) dan Badan Pusat Intelijen AS (CIA).
Flame diam-diam memetakan dan memantau jaringan komputer Iran dan menghapus aliran informasi yang berguna untuk mengganggu program nuklir negara Syiah tersebut.
Pembunuhan Ahli Nuklir
Tak hanya menargetkan fasilitasnya, Israel juga diduga berupaya menggagalkan program nuklir Iran dengan membunuh ahli atom ternama negara tersebut.
Israel dituduh membunuh ilmuwan nuklir ternama Iran, Mohsen Fakhrizadeh, pada November 2020 lalu.
Fakhrizadeh dibunuh saat melintas di jalan di luar ibu kota Teheran. Menurut pemerintah Iran, dia dihabisi oleh tim pembunuh dalam operasi yang dirancang oleh Badan Intelijen Israel (Mossad).
Pemerintah Iran menyatakan Fakhrizadeh diberondong dengan senjata mutakhir yang terhubung dengan sistem satelit untuk melacak posisi target.
Sedangkan menurut pengakuan saksi, sebelum terjadi Fakhrizadeh tewas sempat terjadi ledakan bom dari sebuah truk, diikuti penembakan yang dilakukan sejumlah orang.
Sebanyak sebelas ajudan Fakhrizadeh dilaporkan sempat terlibat baku tembak dengan para pelaku.(rds/dea)
sumber: cnn