BELAJAR TATAP MUKA, 43 SISWA SMAN 1 SUMBAR POSITIF COVID

Jakarta, CNN Indonesia — Sebanyak 43 siswa SMA Negeri 1 Sumatera Barat di Padang, Sumatera Barat terkonfirmasi positif Covid-19 setelah mengikuti pembelajaran tatap muka dan menetap di asrama sekolah.

“Jumlah siswa yang positif sebanyak 43 orang dengan rincian empat orang putri dibawa orang tua diisolasi di rumah sakit terdekat dengan rumah siswa,” kata Kepala SMAN 1 Sumatera Barat Budi Hermawan melalui surat yang ditujukan kepada Dinas Pendidikan Sumbar, dikutip Selasa (30/3).

“39 orang yang positif (5 siswa putra dan 34 putri) diisolasi di asrama di lantai atas,” kata dia.

Budi mengatakan masih ada dua orang siswa lagi yang ditemukan reaktif dari pemeriksaan antigen dan baru mengikuti pemeriksaan swab PCR kemarin, Senin (29/2). Sementara 123 siswa lainnya sudah dipulangkan ke orang tua masing-masing.

Penularan di klaster sekolah ini bermula ketika sekolah mulai melakukan pembelajaran tatap muka secara bertahap untuk siswa kelas XII, kemudian kelas XI dan kelas X.

Sebelum sekolah dibuka, seluruh guru, tenaga kependidikan dan swab melakukan pemeriksaan swab PCR dan semua didapati negatif covid-19. Atas dasar hasil tes itulah kemudian pihak sekolah mulai menerapkan belajar tatap muka.

Namun di tengah pembelajaran tatap muka, ada seorang siswa yang mengeluhkan tidak bisa menggunakan indera penciumannya. Ia langsung diperiksa swab PCR dan didapati positif covid-19 pada Sabtu (20/3).

Dari hasil tersebut, pihak sekolah langsung mendorong pemeriksaan swab terhadap 13 kontak erat siswa tersebut. Hasilnya, ditemukan enam siswa positif covid-19.

Pada Rabu (24/3), SMAN 1 Sumbar kemudian menghentikan pembelajaran tatap muka. Sekolah pun melakukan telusur (tracing) terhadap kontak dekat enam siswa yang juga terpapar. Akhirnya, total ditemukan 43 siswa positif covid-19.

Budi melaporkan hingga Senin lalu, 79 siswa serta 57 guru dan pegawai sudah melakukan pemeriksaan swab PCR. Ia menegaskan keadaan siswa yang positif stabil dan masih beraktivitas seperti biasa sembari diisolasi.

“Setelah berkoordinasi dan tim satgas kota dan dinas kesehatan, maka dilakukan penyemprotan seluruh lokasi sekolah dan asrama dan melakukan swab menyeluruh,” tambah dia.

Kabar munculkan klaster sekolah muncul di tengah keputusan pemerintah mewajibkan opsi pembelajaran tatap muka di seluruh sekolah setelah vaksinasi guru dan tenaga kependidikan rampung.

Mendikbud Nadiem Makarim menegaskan pada Juli seluruh sekolah ditargetkan sudah dibuka. Ia berargumen pembukaan sekolah penting didorong karena Indonesia tertinggal dari negara-negara lain soal kebijakan belajar tatap muka.

Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan Guru (P2G) Satriwan Salim mengatakan sekolah belum siap dibuka karena vaksinasi guru dan tenaga kependidikan yang masih lambat dan protokol kesehatan yang belum maksimal.

“Sekolah di pinggiran nggak bisa menganggarkan [protokol kesehatan] dari dana BOS. Oleh karena itu kami dorong [dana] khusus dari APBD, dari daerah. Termasuk juga [bantuan dana] dari pusat. Ini yang sampai sekarang kami belum dengar,” katanya.
sumber: cnn

This entry was posted in Berita, Informasi Kesehatan. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *