Kapal raksasa tersangkut di Terusan Suez belum berhasil digeser, muatannya terpaksa dipindahkan: prosesnya bisa berminggu-minggu
Upaya menggeser kapal kontainer raksasa yang kandas di Terusan Suez terus berlanjut saat pihak berwenang Mesir masih gagal memindahkannya ketika gelombang pasang pada Sabtu (27/03) lalu.
Meski demikian, pejabat setempat mengatakan beberapa kemajuan telah dicapai dan jumlah kapal tunda (tug boat) ditambah untuk memindahkan kapal Ever Given itu pada Minggu (28/03).
Rencana alternatif juga telah disiapkan jika upaya memindahkan kapal kontainer sepanjang empat lapangan sepakbola – yang memblokir lalu lintas Terusan Suez sejak Selasa pekan lalu itu – belum juga berhasil.
Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi telah memerintahkan persiapan untuk meringankan beban angkut kapal kontainer itu dengan memindahkan sebagian muatannya ke tepi kanal.
Para ahli sebelumnya mengatakan kepada BBC bahwa operasi semacam itu akan membutuhkan peralatan khusus, termasuk alat derek yang dapat mencapai ketinggan lebih dari 60 meter. Diperkirakan proses tersebut akan memakan waktu beberapa minggu.
Kapal kontainer Ever Given – yang merupakan bagian dari armada Evergreen – tersangkut di Terusan Suez sejak Selasa (23/03) lalu.
Ini menyebabkan kemacetan parah, membuat lebih dari 300 kapal kini terhambat, termasuk beberapa yang terpaksa mengubah rute pelayaran ke selatan Afrika.
Kapal tanker Iran dan Panama ‘langgar hak lintas dan lakukan pemindahan minyak ilegal’China anggap kesepakatan dagang terbesar di dunia sebagai kemenanganKonstruksi ‘maha besar’ yang kelak bisa dibangun manusia
Sebanyak 14 kapal tunda berupaya melepaskan kapal Ever Given saat kondisi air pasang pada Sabtu lalu. Pada saat yang sama, pengerukan tepi kanal juga dilakukan untuk memberishkan pasir dan lumpur dari haluan kapal.
Bergeser 30 derajat
Ketua Otoritas Terusan Suez (SCA), Jenderal Osama Rabie, mengatakan para kapal tunda itu berhasil menggeser kapal kontainer sebanyak “30 derajat dari kanan dan kiri” kapal.
Sebuah rekaman video yang diunggah di Twitter menunjukkan para awak kapal tunda membunyikan klakson untuk merayakan kemenangan kecil itu.
SCA dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa proses pengerukan tepi kanal sejauh ini telah berhasil memindahkan 27.000 meter kubik pasir dan mencapai kedalaman 18 meter.
Jenderal Rabie mengatakan pada hari Minggu (28/03) bahwa meskipun kapal kontainer itu masih tersangkut, ada sejumlah “indikator positif” yang telah dicapai.
“Kemudi sebelumnya tidak bergerak dan kini dapat bergerak, baling-baling sekarang berfungsi, sebelumnya tidak ada air di bawah haluan, dan sekarang ada air dibawahnya, dan kemarin ada pergeseran 4 meter pada haluan dan buritan,” katanya kepada media televisi pemerintah Mesir.
Namun, seorang sumber dari SCA, yang dikutip oleh kantor berita Reuters, mengatakan bahwa ada bongkahan batu yang ditemukan di bawah haluan kapal. Hal itu kemungkinan dapat menyulitkan operasi penyelamatan.
Jenderal Rabie mengatakan bahwa Presiden Sisi telah memerintahkan persiapan untuk kemungkinan pemindahan sejumlah kontainer yang ada di kapal Ever Given, yang mengangkut 18.300 unit.
Sebelumnya, Presiden Sisi berharap pemindahan tidak perlu dilakukan.
Menurut laporan awal, kapal yang membentang sepanjang 400 meter itu kandas akibat angin kencang dan badai pasir yang mempengaruhi jarak penglihatan.
Namun, Jenderal Rabie mengatakan pada hari Sabtu bahwa kondisi cuaca “bukan alasan utama” kapal itu menjadi tersangkut.
“Mungkin ada kesalahan teknis atau akibat manusia,” katanya kepada wartawan, tanpa memberikan rincian. “Semua faktor ini akan diperjelas dalam penyelidikan.”
Sebelumnya, pemilik kapal tersebut mengungkap kemungkinan bahwa kapal Ever Given dapat dilepaskan secepatnya Sabtu (27/03). Namun, upaya itu gagal.
Yukito Higaki, presiden perusahaan Shoei Kisen sebagai pemilik kapal, mengatakan pada konferensi pers pada hari Jumat bahwa 10 kapal tunda telah dikerahkan untuk mengeruk tepi dan dasar kanal.
AS juga menawarkan untuk mengirim bantuan, termasuk tim ahli Angkatan Laut.
Higaki mengatakan pada konferensi pers di kota Imabari, Jepang barat bahwa mereka “melanjutkan pekerjaan untuk menghilangkan sedimen, dengan menambah alat pengeruk”.
Dia berharap kapal itu dapat dilepaskan pada Sabtu malam waktu Tokyo, sebagaimana dilaporkan surat kabar Asahi Shimbun.
“Air tidak masuk dalam,” katanya. “Tidak ada masalah dengan kemudi dan baling-baling kapal. Setelah dilepaskan, seharusnya kapal itu bisa beroperasi.
Sebelumnya, manajer teknis kapal Ever Given, Bernhard Schulte Shipmanagement, mengatakan upaya untuk melepaskan kapal itu pada hari Jumat gagal dan operasi penyelamatan sekarang difokuskan untuk menghilangkan pasir dan lumpur dari sekitar pelabuhan (di kiri) sisi haluan kapal.
‘Kemacetan di Laut Merah’
Sementara itu, “kemacetan lalu lintas” terjadi di Laut Merah, kata seorang pelaut di kapal lain yang kini mengantre untuk melewati jalur itu.
Joe Reynolds, kepala insinyur kapal Maersk Ohio, mengatakan kepada BBC bahwa jumlah kapal yang menunggu di pintu masuk selatan kanal itu “meningkat signifikan”.
“Ini akan mempengaruhi jadwal pengiriman ke seluruh dunia,” ujar Reynolds.
Lebih dari 230 kapal menunggu untuk memasuki Terusan Suez.
Kapal tunda (tug boat) dan kapal keruk masih berupaya untuk melepaskan kapal Ever Given, yang terjepit secara diagonal di seberang jalur air.
Kapal sepanjang 400m dan berbobot 200.000 ton itu kandas pada Selasa pagi, di tengah angin kencang dan badai pasir yang memengaruhi jarak pandang.
Akibatnya, lebih dari 200 kapal mengantre untuk melewati terusan itu.
“Ketika berdiri di luar, yang Anda lihat adalah kapal-kapal yang mengelilingi Anda,” kata Reynolds.
Keterangan video,
Kapal Ever Given yang kandas masih terus diupayakan untuk dipindahkan.
Tim penyelamat kapal telah didatangkan untuk mengapungkan kembali kapal itu dan seorang penasihat presiden Mesir mengatakan dia berharap situasinya akan diselesaikan dalam dua hingga tiga hari.
Tetapi para ahli menduga kapal itu mungkin baru bisa dipindahkan dalam waktu berminggu-minggu.
‘Pemilik minta maaf’
Pemilik kapal kargo raksasa yang kandas di Terusan Suez sejak Selasa, sehingga memblokir lalu lintas maritim di perairan itu, meminta maaf karena kejadian itu sampai mengganggu perdagangan global.
Sebagai pemilik, perusahaan asal Jepang Shoei Kisen Kaisha menyatakan tengah berupaya mengatasi masalah tersebut secepat mungkin. Namun memindahkan semua muatan dari kapal Ever Given itu sangat sulit.
Sebagai operator kapal itu, perusahaan Evergreen Marine asal Taiwan, menyatakan para pakar masih berkoordinasi dengan kapten dan pihak berwenang Terusan Suez untuk membuat rencana yang lebih efektif untuk memindahkan kapal.
Kapal kargo raksasa Ever Given kandas di Terusan Suez sehingga memblokir lalu-lintas maritim di perairan itu.
Bila menggunakan jalur alternatif, yaitu di Tanjung Harapan yang berada di ujung selatan benua Afrika, bisa memakan waktu lebih lama dua pekan.
“[Kami] bekerja sama dengan pihak berwenang setempat dan perusahaan manajemen kapal Bernhard Schulte Shipmanagement untuk memindahkan kapal itu, namun kami menghadapi kesulitan besar,” demikian pernyataan Shoei Kisen Kaisha pada Kamis (25/3).
“Kami dengan tulus meminta maaf karena menimbulkan kesulitan besar bagi kapal-kapal di Terusan Suez dan yang berencana melewati kanal itu,” lanjutnya.
Kerugian Rp43 triliun per hari
Sumber-sumber di kalangan industri kepada kantor berita Reuters mengungkapkan kalaupun kapal Ever Given bisa segera dipindahkan, baik pemilik maupun pihak asuransinya menghadapi klaim gugatan jutaan dolar akibat penundaan dan tambahan biaya yang harus ditanggung perusahaan-perusahaan lain.
Kerugian akibat kemacetan yang disebabkan oleh kapal kargo raksasa ini mencapai US$3 miliar atau sekitar Rp43 triliun per hari, kata pakar sejarah maritim, Sal Mercogliano.
“Organisasi konferensi pengapalan internasional, ISC, mengatakan kerugian akibat kemacetan di Terusan Suez bisa mencapai US$3 miliar per hari,” kata Mercogliano, dalam wawancara dengan BBC World Service, hari Kamis (25/03).
Mesir telah membuka kembali saluran lama di terusan itu untuk mengalihkan beberapa lalu lintas sampai kapal kontainer yang terdampar itu dapat bergerak lagi.
Kejadian ini telah mengakibatkan kenaikan harga minyak di pasar internasional.
Harga minyak mentah di bursa berjangka global pada Rabu (24/03) naik enam persen setelah para pelaku pasar berjaga-jaga atas dampak gangguan di Terusan Suez itu, ungkap AFP.
Sekitar 12% perdagangan di dunia melewati Terusan Suez, yang menghubungkan Mediterania ke Laut Merah dan menyediakan jalur laut terpendek antara Asia dan Eropa.
Kapal Ever Given, terdaftar di Panama dan dioperasikan oleh perusahaan perkapalan Evergreen, sedang dalam perjalanan menuju kota pelabuhan Rotterdam di Belanda dari China, dan bergerak ke utara melewati kanal untuk sampai ke Mediterania.
Evergreen Marine mengatakan kapal tersebut “diduga dihantam angin kencang secara tiba-tiba, yang menyebabkan lambung kapal menyimpang … dan secara tidak sengaja menabrak dasar laut dan kandas”.
BSM mengkonfirmasi pada hari Rabu bahwa semua kru “aman dan diketahui keberadaannya”, tanpa ada laporan cedera.
Evergreen Marine mengatakan kapal tersebut “diduga dihantam angin kencang secara tiba-tiba”.
Dr Sal Mercogliano, seorang sejarawan maritim yang berbasis di AS, mengatakan kepada BBC bahwa insiden seperti ini jarang terjadi, namun dapat mengakibatkan “konsekuensi besar bagi perdagangan global”.
“Ini adalah kapal terbesar yang pernah kandas di Terusan Suez,” katanya, seraya menambahkan bahwa kapal itu tersangkut di tanggul dan akan kehilangan tenaga dan kemampuan mengemudinya.
“Jika mereka tidak dapat membebaskannya … saat air pasang, mereka harus mulai menurunkan kargo.”
Julianna Cona, yang mengatakan dia berada di atas kapal lain yang terletak tepat di belakang Ever Given, menulis di Instagram : “Kapal di depan kami kandas saat melewati kanal dan sekarang tersangkut dalam keadaan menyamping, sepertinya kami tidak akan ke mana-mana sebentar. … ”
Hampir 19.000 kapal melewati kanal pada tahun 2020, menurut Otoritas Terusan Suez – rata-rata 51,5 kapal per hari.
Terusan Suez adalah arteri perdagangan dunia, yang menghubungkan Mediterania dengan Laut Merah, dan menyediakan jalan bagi kapal untuk melintas antara Asia dan Timur Tengah dan Eropa. Alternatif utamanya, jalur melewati Tanjung Harapan di ujung selatan Afrika, membutuhkan waktu yang jauh lebih lama.
Rata-rata hampir 50 kapal melewati kanal tersebut setiap hari, meski kadang-kadang jumlahnya bisa jauh lebih tinggi – mencakup sekitar 12% dari perdagangan dunia. Ini sangat penting sebagai jalan untuk minyak dan gas alam cair, memungkinkan pengiriman dari Timur Tengah ke Eropa.
Maka dari itu, skenario mimpi buruk adalah pemblokiran rute penting ini – persis seperti yang sekarang terjadi dengan kandasnya Ever Given.
Pinggir kanal telah pula dikeruk dalam upaya memberi ruang bagi kapal kargo untuk bisa bergerak lagi.
Pertanyaannya sekarang adalah berapa lama rute tersebut akan tidak bisa dilalui, karena penundaan yang lama akan menimbulkan masalah serius bagi pengirim barang, menunda pengiriman barang dan bahan bakar.
Pada kasus ini, berbagai laporan menunjukkan bahwa lalu lintas dapat kembali berjalan seperti semula dengan relatif cepat, sehingga dampaknya akan terbatas, meskipun sudah terjadi kenaikan harga minyak.
Bagaimanapun insiden tersebut telah menunjukkan apa yang bisa salah ketika generasi baru kapal ultra-besar seperti Ever Given harus melewati batas kanal yang relatif sempit.
Meskipun sebagian dari kanal itu diperluas sebagai bagian dari program modernisasi besar di pertengahan dekade terakhir, ia tetap sulit untuk dinavigasi – dan kecelakaan bisa saja terjadi.
Kapal Ever Given memiliki kapasitas untuk membawa 20.000 kontainer pengiriman berukuran 20 kaki, menurut kantor berita Reuters.
Hampir 19.000 kapal melewati kanal pada tahun 2020, menurut Otoritas Terusan Suez – rata-rata 51,5 kapal per hari.
Pada 2017, sebuah kapal kontainer Jepang memblokir kanal setelah kandas menyusul laporan tentang masalah mekanis. Otoritas Mesir mengerahkan kapal tunda dan kapal itu mengapung kembali dalam beberapa jam.
Suez Canal
– 1869waterway first opened
– 2015canal expanded to include a 22 mile parallel channel
– 120miles long
– 205m wide
– 24m deep
Source: Suez Canal Authority
Terusan Suez melintasi Tanah Genting Suez di Mesir – sebidang tanah di antara Mediterania dan Laut Merah. Kanal ini memiliki panjang 193 km dan memiliki tiga danau alami.
Pada 2015, pemerintah Mesir membuka perluasan besar kanal yang memperdalam jalur air utama dan menyediakan saluran sepanjang 35 km yang paralel dengannya.
sumber: bbc