WACANA 3 PRIODE ADA SEJAK ZAMAN SBY, JOKOWI PUN SUDAH MENOLAK, YANG RIBUT BERARTI MABOK

Cak Anton – Saya cak Anton. Rakyat jelata yang menjadi saksi sulitnya meyakinkan orang bahwa SBY itu di priode pertama gak memiliki kinerja bagus. Tetapi, semua tutup mata karena bersimpati pada SBY yang dizolimi oleh Megawati. Harapan satu-satunya ketika itu adalah SBY lengser sendiri di priode terakhir karena tidak bisa mencalonkan diri di pilpres selanjutnya.

Wacana presiden selama 3 priode sudah ada sejak zaman SBY menang telak sebanyak 60 persen. Hal itu pertama kali dilontarkan oleh Ruhut Sitompul yang dulu ada di Demokrat. Alasan yang dilemparkan ke publik sederhana yaitu karena SBY dianggap bagus. Soal yang bagus seperti apa tidak dijelaskan secara detail.

Dalam sebuah pribahasa ada yang namanya tak kenal maka tak sayang. Meskipun pada faktanya, semakin kita kenal, kadang aroma busuk tercium. Atau ketika kita kenal yang tadinya kita hanya melihat wajah mulus, setelah kenal lebih dekat, ternyata banyak juga bercak bekas jerawatnya.

Secara umum, orang kerap memandang orang tidak dikenal dengan pandangan buram dan negative. Setelah kenal, baru menemukan sisi baik, dan pada akhirnya timbul rasa sayang. Misalnya, untuk kaum lelaki yang mengejek Nisa Sabyan pelakor, itu mungkin karena si pengejek gak kenal sama Nisa. Siapa tahu setelah kenal lebih dekat dengan Nisa berujung ikutan sayang terhadap Nisa. Itu kenapa sangat penting bagi kita berhati-hati dalam menilai baik dan buruk kalau dasarnya cuma perasaan.

Dulu mungkin SBY bisa dipuja-puja karena lawannya Megawati yang dianggap menzoliminya. Banyak yang memuja SBY tanpa memberikan alasan bagusnya dimana. Yang mengkritik SBY hanya PDI P ketika itu. Menjadi wajar tidak ada hingar bingar. Para pendukung khilafah seperti HTI pun bebas di zaman SBY untuk melakukan propaganda. Bahkan diberi tempat yang cukup baik. Nyaris melakukan live di TVRI untuk acara besarnya. Bahkan sebenarnya, PDI P dulu ditawari kursi menteri oleh SBY, tetapi megawati gak mau. Merangkul semua pihak dilakukan oleh SBY tentu saja untuk mengamankan kekuasaannya.

SBY begitu mempesona, membuat banyak orang bersimpati dan memilih dirinya. Rasionalitas dan turunanannya sudah kalah dengan emosi termehek-mehek yang disebabkan dengan rasa prihatin terhadap peristiwa yang membuat SBY terzolimi sehingga melupakan bahwa negara ini berjalan auto pilot ditinggal sibuk genjrengan untuk menciptakan sebuah lagu.

Itulah Euphoria masyarakat kita. Diteriaki oleh orang-orang yang sudah nyaman berada di lingkup SBY. PKS yang selalu mendapat jatah menteri, Besan Amien Rais yang juga makmur di posisi menteri. Dan orang-orang yang saat ini ribut, mereka dulu adalah kelompok yang nyaman di zaman SBY.

Begitu banyak yang terpesona oleh SBY. Dunia maya pun adem berkat Tifatul sembiring yang membebaskan konten propaganda khilafah dan fokus pada akun bokep dengan alasan seleksi untuk diblokir. Orang melupakan beberapa hal seperti yang saya pikirkan di bawah ini:

Yang pertama adalah ketidak perdulian SBY akan perda yang tumpang tindih dengan pemerintah pusat. Perda terkait investasi yang menimbulkan daerah gak maju, dan juga perda yang berbau diskriminasi bebas di era SBY dengan alasan otonomi daerah. Ketimpangan dan ketidak selarasan ini sangat berpotensi membuat perpecahan akibat ketimpangan ekonomi dan diskriminasi.

Yang kedua, SBY membiarkan negara berjalan auto pilot. Semua berjalan otomatis. Ogah pusing mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kita bisa bayangkan, 10 Gubernur di pulau Sumatera sampai mengirim surat sebanyak 2 kali untuk meminta SBY membuat jalan tol trans Sumatera tetapi tidak terealisasi. Kalau Gubernur yang kirim surat saja dicueki, apalagi yang gak kirim surat?

Infrastruktur adalah fundamental terpenting untuk kemajuan daerah. Kalau orang yang menentang infrastruktur, sudah jelas ada beberapa kelompok. Kelompok gak paham, kelompok politisi penggiring opini, dan kelompok kadrun yang tertutup benci hingga melupakan akal sehat.

Kalau mau dibuat list tentang alasan saya kenapa gak pernah milih SBY bisa panjang. Tetapi yang paling penting sudah saya singgung di atas. Kalau mau saya list, takutnya nanti dikira saya dibayar untuk menjelek-jelekan SBY. Padahal gak perlu dijelekkan, soal kinerja, hampir sulit untuk mengenang apa yang sudah dilakukan SBY setelah 10 tahun memimpin negara ini kecuali Hambalang yang mangkrak.

Meskipun tidak ada yang bisa dibanggakan dari kinerja SBY, tetap saja dia mendapatkan suara terbanyak. Dan saya pun yakin, kalau dia boleh nyalon lagi, bisa jadi dia terpilih kembali. Berbagai cara bisa dilakukan. Ia kembali bisa merangkul semua partai agar menjagokan dirinya. Paling yang ada diluar untuk melawan Cuma PDI P dengan Gerindra. Setelah dia terpilih kembali, AHY pun bisa dengan mudah dibesarkan untuk menjadi capres selanjutnya. Pada akhirnya, trah Cikeas akan semakin menggurita.

Saat ini memang kita menganggap bahwa Jokowi pilihan terbaik. Tetapi yang perlu diingat adalah kaderisasi secara berkala itu penting agar kita tidak kekurangan orang-orang hebat. Selain itu, kekuasaan yang terlalu lama itu berbahaya karena bisa menggurita dan pengaruhnya tidak akan pernah ada habisnya. Contohnya adalah JK, meskipun tanpa partai, tetapi pengaruhnya dalam politik sangat besar. Itu semua karena dia sudah menjadi orang penting sejak orde baru ditambah dia pun menjadi wakil presiden di era SBY hingga Jokowi.

Dengan dibatasinya kepemimpinan hanya 2 priode, minimal kita bisa menjaga demokrasi dari tangan-tangan yang rakus akan kekuasaan. Secara tegas, Jokowi pun sudah menolak kepemimpinan 3 priode, kalau ada relawan yang ngotot, mungkin dia adalah orang yang sedang mabuk cinta terhadap Jokowi sehingga sulit berfikir rasional terkait potensi buruknya. Atau hidupnya nyaman karena diberi posisi selama Jokowi masih menjabat. Lalu kalau PKS masih membahas, mungkin mereka sedang mabok. Udah ah, itu aja… Cak Anton

sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *