Widodo SP – Lama tak terdengar kabarnya, rupanya Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) terkait enam laskar Front Pembela Islam (FPI) masih ada, juga masih berupaya agar peristiwa pembunuhan, yang sebenarnya merupakan tindakan yang tegas, terukur, berani, dan sangat tepat itu agar dibawa ke pengadilan HAM.
Maklum, tim yang dipimpin oleh Mbah Amien Rais tersebut rupanya masih belum puas jika peristiwa itu berakhir begitu saja, terlebih jika 6 anggota FPI yang tewas didor oleh petugas untuk malah dinyatakan sebagai pihak yang bersalah.
TP3 bertemu Presiden Joko Widodo pada Selasa (9/1/2021), seperti dilansir laman Kompas, dan mengungkapkan dua hal ini kepada Presiden Joko Widodo, seperti disampaikan oleh Menko Polhukam Mahfud MD dalam keterangan pers secara virtual pada hari yang sama:
Pertama, mereka (TP3) menyampaikan harus ada penegakan hukum sesuai dengan ketentuan hukum. Boleh sih istilah penegakan hukumnya, tapi saya tidak yakin kalau hasil dari penegakan hukum itu mengarah pada keputusan yang dirasa tidak memihak kepada mereka, pasti mereka akan terus ngeyel dan tidak mau menerima. Beda perkara kalau penegakan hukum yang dimaksud menguntungkan atau memenuhi harapan mereka.
Kedua, mereka (TP3) meyakini adanya ancaman dari Tuhan kalau orang membunuh orang mukmin itu ancamannya neraka jahanam. Tolong jangan tertawa membaca bagian ini, karena beneran ini yang diyakini oleh Mbah Amien Rais dan teman-teman sekutunya di TP3. Bagi saya keyakinan ini terbilang relatif, tergantung dari sudut pandang mana melihatnya, juga tidak bisa dijadikan landasan hukum untuk menuntaskan perkara ini.
Atau … kalau memang begitu keyakinan TP3, silakan saja nanti dibuktikan di akherat apakah benar bahwa petugas yang nge-dor para laskar FPI tersebut akan berakhir di negara jahanam, ataukah malah 6 orang itu yang akan berada di sana. Mbah Amien mau coba memastikan duluan?
Ketika, mereka (TP3) menuntut agar peristiwa itu dibawa ke Pengadilan HAM karena diyakini ada pelanggaran HAM berat. Yaaah … itu kan versi mereka, karena kebetulan pihak mereka yang diragukan. Namun, sejauh ini penyelidikan dan rekonstruksi terhadap peristiwa ini setahu saya sudah cukup membuktikan bahwa keenam laskar FPI tadi memang bersalah, bahkan layak didor karena sudah membahayakan jiwa petugas.
Diterimanya TP3 oleh Presiden Joko Widodo bagi saya menunjukkan bahwa Presiden kita ini menghargai setiap upaya yang dilakukan oleh oleh TP3, terutama dalam mencoba menuntut keadilan (versi mereka) terkait tewasnya 6 anggota FPI beberapa waktu lalu, usai baku tembak dengan petugas kepolisian.
Namun, jangan dikira beliau akan mampu didikte, apalagi jika ada Mbah Amien dalam tim tersebut, yang kita tahu bagaiaman sepak terjangnya dalam dunia politik di Indonesia, juga bagaimana framing yang selama ini coba dibangun terhadap pemerintahan Jokowi.
Berlangsungnya pertemuan yang tak sampai 15 menit saja sudah cukup menunjukkan bahwa ada kemungkinan Presiden Jokowi ogah bertemu lama-lama, melihat wajah-wajah TP3, dan mendengarkan ocehan mereka. Yakinlah bahwa bagaimanapun nasib dari 6 laskar FPI tadi, seandainya tidak tewas pun, tetap akan ada upaya untuk menggiring opini publik, juga agar disimpulkan telah terjadi pelanggaran HAM berat.
Saya juga tidak yakin jika misalnya korbannya dari kepolisian, dengan angka persis sama, TP3 akan beraksi segetol ini, karena jelas tidak ada kepentingan dengan kelompok mereka. Ini mirip kalau ada aksi massa ribuan, dengan puluhan anggota polisi terluka karena serangan dari oknum demonstran, tapi seolah kekerasan terhadap mereka diabaikan begitu saja, demi mengejar tindakan hukum terhadap, misalnya, seorang demonstran yang terluka karena gebukan pentungan. Mereka hanya ingat gebukannya, tidak peduli sebelumnya demonstran berbuat apa kepada petugas.
Akhirnya, mengakhiri artikel ini, saya hanya bisa menaikkan doa agar Presiden Jokowi diberi hikmat untuk menghadapi aduan-aduan ora mutu dari kelompok TP3 dan semacamnya. Kalau perlu, tunjuk perwakilan saja pak, untuk menemui mereka. Ada masalah bangsa yang jauh lebih besar dan urgent masih perlu dipikirkan dan dicarikan solusinya, daripada mengurus orang-orang seperti mereka.
Begitulah kura-kura …
sumber: seword