PAUS FRANSISKUS KUNJUNGI IRAK

Paus Fransiskus kunjungi Irak, antara lain untuk menemui salah satu komunitas Kristen tertua di dunia ‘yang kini terancam hilang’

Paus Fransiskus menyerukan semua pemeluk agama untuk bekerja sama, bahu-membahu mewujudkan perdamaian di Irak. Saat menyampaikan pidato di istana presiden di Baghdad, Irak, hari Jumat (05/03), Paus mengatakan “fundamentalisme tak boleh diberi ruang”.

“Cukup sudah intoleran,” kata Paus Fransiskus.

Dalam lawatan pertama pemimpin Katolik dunia ke Irak, Paus akan memberikan dukungan kepada komunitas Kristen di negara tersebut, yang merupakan salah satu komunitas Kristen tertua di dunia.

Orang-orang di wilayah yang kini bernama Irak, telah memeluk agama Kristen sejak abad ke-1 Masehi.

Di era Saddam Hussein, jumlah pemeluk Kristen antara 1,4 juta hingga 1,5 juta orang.

Sekarang, jumlahnya sekitar 250.000 orang atau kurang dari satu persen populasi Irak. Para pejabat gereja khawatir “jumlah pemeluk Kristen akan terus berkurang di Irak”.

Paus Fransiskus tiba di Baghdad, Irak, hari Jumat (05/03), lawatan pertama pemimpin Katolik dunia ke negara tersebut.

Banyak warga Kristen memutuskan untuk meninggalkan Irak ketika koalisi pimpinan Amerika Serikat melancarkan perang pada 2003.

Pada 2014, puluhan ribu pemeluk Kristen mengalami persekusi ketika kelompok yang menamakan diri Negara Islam (ISIS) menguasai sebagian wilayah Irak.

Anggota dan petempur ISIS menghancurkan gereja dan menyita harta warga Kristen Irak.

Oleh ISIS, pemeluk Kristen ini diberi pilihan: membayar pajak, pindah agama, pergi meninggalkan negara itu atau menghadapi kematian.

Gabungan berbagai faktor ini membuat para pejabat gereja meyakini “ada kemungkinan Kristen akan hilang dari Irak”.

Bagi Vatikan, lawatan ke Irak menjadi kesempatan yang sangat berharga bagi Paus Fransiskus untuk menemui langsung komunitas Kristen, berada di tengah-tengah mereka dan memberikan dukungan penuh.

Sebelumnya, di dalam pesawat menuju Irak, Paus mengatakan dirinya senang bisa melakukan perjalanan lagi, dan menambahkan, “Ini adalah perjalanan simbolik dan ini adalah tugas menuju tanah yang menjadi martir selama bertahun-tahun.”

Selain menemui komunitas Kristen, Paus akan mendorong dialog lintas agama dan bertemu dengan ulama Syiah terkemuka, Ayatollah Ali al-Sistani.

Lawatan Paus ke Irak dilakukan di tengah kekhawatiran soal keamanan dan pandemi Covid-19.

Paus dikakatan menyadari sepenuhnya kekhawatiran ini namun pada saat yang sama “ia juga terikat dengan tugas-tugas sebagai seorang paus”.

Sekitar 10.000 personel aparat keamanan Irak dikerahkan untuk melindungi Paus.

Semua acara digelar dengan menerapkan protokol kesehatan untuk menekan penyebaran Covid-19.

Sebelum pandemi, acara-acara Paus selalu penuh dihadiri massa.

Rencana Paus-paus pendahulu

Paus-paus sebelumnya sebenarnya sudah berencana berkunjung ke Irak, tapi karena beberapa alasan, lawatan tersebut tidak terlaksana.

Paus Yohanes Paulus II berniat melawat ke Irak pada 2000, namun dibatalkan karena ketegangan di kawasan.

Paus Benediktus juga mendapat undangan tapi tidak bisa berangkat karena perang.

Menurut The New York Times, presiden Irak saat ini, Barham Salih, mengirim undangan untuk Paus Fransiskus pada Juli 2019 dengan harapan lawatannya bisa membantu menyembuhkan luka Irak, negara yang dikoyak-koyak perang selama bertahun-tahun.

Sekitar 10.000 aparat keamanan Irak dikerahkan selama kunjungan Paus.

Paus menerima undangan ini dan mengatakan bahwa dirinya tak ingin mengecewakan rakyat Irak, terutama komunitas Kristen di sana.

Vatikan memahami tantangan yang dihadapi Paus — baik faktor keamanan maupun situasi pandemi — tapi manfaat yang didapat dinilai jauh lebih banyak. Ini adalah kesempatan berharga bagi Paus untuk mendukung dan berada di tengah mereka, salah satu komunitas Kristen tertua di dunia.

Beberapa jam setelah serangan roket ke sebuah pangkalan militer yang menampung pasukan AS pada Rabu (03/03), Paus menegaskan bahwa umat Katolik di Irak tidak boleh “dikecewakan kedua kalinya”.

Kunjungan Paus ke Irak adalah lawatan perdananya ke luar negeri sejak pandemi Covid-19 melanda dunia.

Apa yang hendak dicapai Paus Fransiskus?

Kepala Gereja Katolik Roma tersebut hendak menguatkan umat Katolik yang dipersekusi serta menyerukan perdamaian dalam pertemuan dengan para pemimpin politik dan pemuka agama lainnya, sebagaimana dilaporkan wartawan BBC, Mark Lowen, yang turut bepergian bersama Paus.

Ketika menyampaikan pesan kepada rakyat Irak melalui video sehari sebelum memulai kunjungan, Paus Fransiskus mengatakan dirinya “datang sebagai musafir, sebagai musafir dengan kerendahan hati, untuk memohon ampun kepada Tuhan serta rekonsiliasi setelah perang dan terorisme selama bertahun-tahun, untuk memohon pada Tuhan akan penghiburan bagi banyak hati dan pemulihan luka-luka”.

Ditambahkannya, “Saya datang ke tengah-tengah Anda juga sebagai musafir perdamaian … mencari persaudaraan dan didorong hasrat untuk berdoa dan berjalan bersama, juga dengan saudara-saudari kita dari tradisi agama lain, dalam jejak Bapa Abraham, yang bersatu dalam satu keluarga Muslim, Yahudi, dan Kristen.”

Paus berkata lagi kepada umat Kristen di Irak, “Saya ingin membawakan belaian penuh kasih dari segenap Gereja, yang dekat dengan Anda, dan kepada Timur Tengah yang dipenuhi peperangan, serta mendorong Anda untuk tetap bergerak maju.”

Siapa umat Kristen di Irak?

Orang-orang di wilayah yang kini bernama Irak, telah memeluk agama Kristen sejak abad ke-1 Masehi.Berdasarkan data Departemen Luar Negeri AS, para pemuka agama Kristen memperkirakan jumlah penganut Kristen di Irak mencapai kurang dari 250.000 jiwa. Populasi terbesar—sedikitnya 200.000 jiwa—berada di Dataran Niniwe dan Wilayah Kurdistan di bagian utara Irak.Sekitar 67% dari mereka adalah penganut Katolik Chaldean, yang punya liturgi dan tradisi ketimuran namun mengakui otoritas Paus di Roma. Sebanyak 20% lainnya adalah anggota Gereja Assyria Timur, yang diyakini sebagai komunitas Kristen tertua di Irak.Sisanya adalah penganut Ortodoks Suriah, Katolik Suriah, Katolik Armenia, Apostolik Armenia. Ada pula penganut Anglikan, Evangelikal, dan umat Prostestan lainnya.

Apa saja jadwal Paus?

Lantaran kekhawatiran akan isu keamanan dan lonjakan penularan Covid-19, pria berusia 84 tahun itu tak akan lama berjumpa khalayak umum, menurut wartawan BBC, Mark Lowen.

Meski demikian, masih ada kekhawatiran bahwa kunjungan itu bakal menjadi klaster Covid-19.

Paus disambut perdana menteri dan presiden Irak.

Kemudian ia menemui para uskup dan rohaniwan Gereja Katolik Suriah Our Lady of Salvation di Baghdad—tempat 52 orang umat Kristiani dan sejumlah polisi tewas dalam serangan kelompok jihadis yang berafiliasi dengan ISIS pada 2010.

Pada Sabtu, Paus akan bertolak ke Kota Najaf untuk menemui Ayatollah Agung Ali al-Sistani. Pria berusia 90 tahun itu adalah panutan bagi jutaan umat Syiah di Irak dan negara lain.

Paus lantas bakal menghadiri pertemuan lintas agama di Ur, yang diyakini sebagai tempat kelahiran Nabi Ibrahim, yang dalam tradisi agama dikenal sebagai bapak para nabi.

Kemudian dia akan melawat ke Kota Mosul, pada Minggu (07/03).

Di sana dia akan mengucapkan doa bagi para korban perang dengan ISIS, yang menyebabkan puluhan ribu warga sipil tewas.

Paus juga akan berkunjung ke Qaraqosh, tempat umat Kristen datang kembali sejak kekalahan ISIS pada 2017 dan membangun ulang gereja dan rumah.

Sorenya, Paus akan memimpin misa di sebuah stadion di Irbil, ibu kota wilayah semi-otonomi Kurdistan. Acara itu rencananya dihadiri ribuan orang.

Sekitar 10.000 personel Pasukan Keamanan Irak akan dikerahkan selama kunjungan Paus.

Jam malam juga akan diberlakukan guna membatasi penyebaran Covid-19.
sumber: bbc

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *