Mora Sifudan – Lampiran Perpres mengenai pembukaan investasi baru dalam industri minuman keras yang mengandung alkohol telah resmi dicabut presiden Jokowi. Alasan dari pencabutan itu dilakukan setelah mendengar masukan dari berbagai pemuka agama, ormas dan tokoh agama lainnya.
“Setelah menerima masukan dari ulama-ulama, MUI, Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, ormas-ormas lain, tokoh-tokoh agama, juga masukan-masukan dari provinsi dan daerah, bersama ini saya sampaikan saya putuskan lampiran Perpres terkait pembukaan investasi baru dalam industri minuman keras yang mengandung alkohol saya nyatakan dicabut.” (Jokowi, presiden)
Yang saya heran, kenapa isu yang beredar di masyarakat justru perpres miras tentang pelegalan miras. Ini aneh. Publik tidak lagi berbicara mengenai regulasi yang dimaksudkan, manfaatnya apa dan bahayanya apa. Publik justru fokus pada haramnya miras dan daya rusaknya terhadap masyarakat dan generasi bangsa.
Padahal kalau mengacu pada lampiran perpresnya, tidak ada pelegalan miras, melainkan pembatasan produksi miras dan penjualannya. Intinya miras tidak bebas diproduksi dan tidak bebas pula diperdagangkan. Tidak percaya? Coba baca isi lampiran III perpres tersebut di cnbcindonesia.
Setelah lampiran perpres ini dicabut, yang berlaku adalah perpres sebelumnya yang juga tidak melarang miras. Substansinya hampir sama, yaitu membatasi atau mengatur produksi dan peredarannya. Lalu kenapa heboh?
Menurut saya, kehebohan terjadi karena manusia-manusia mabuk agama, yang tidak paham isi lampiran, terprovokasi pihak-pihak tertentu yang punya kepentingan, entah itu kepentingan politik, bisnis dan pengaruh. Pihak yang punya kepentingan ini lalu mempertentangkan dalil agama dan miras antara haram dan halal atau banyak manfaat atau kerugiannya.
Saya yang tidak peduli halal-haramnya suatu barang, tentu saja tidak peduli dengan keributan halal-haramnya miras. Sebab bagi saya, miras akan merusak diri saya kalau saya mengonsumsinya secara berlebihan. Selama tidak merusak diri saya, ya halal-halal saja.
Perlu pembaca tahu juga bahwa miras hanya mengandung alkohol. Miras tidak mengandung dorongan untuk menyakiti orang lain, merusak orang lain atau membahayakan orang lain. Yang merusak orang lain itu adalah manusianya sendiri, bukan mirasnya. Kenapa saya katakan demikian?
Saya pernah mabuk. Mabuk berat sampai muntah-muntah berkali-kali. Saya masih ingat persis. Ketika saya mabuk, tidak ada niatan sedikit pun dari diri saya untuk menyakiti orang lain. Pun tidak ada dorongan untuk mengganggu orang lain. Makanya saya heran, kenapa orang mabuk diidentikkan dengan bahaya.
Selain saya, banyak juga teman saya pernah mabuk. Mereka tidak berkelahi, tidak merusak dan tidak berbahaya, malah bernyanyi dan bergembira ria. Bahwa kemudian mereka sempoyongan maju selangkah mundur dua langkah, itu bukan kejahatan toh.
Maka saya simpulkan, orang yang minum miras dan kemudian mabuk tidak akan menjadi jahat atau berbahaya, jika ketika sadar, dia tidak jahat dan tidak berbahaya. Sementara orang yang jahat, jangankan mabuk, sadar pun dia akan berbahaya.
Ah abang sok tahu saja? Masak sih begitu? Jika Anda tidak percaya, berarti Anda tidak pernah mabuk. Orang mabuk mungkin dianggap tidak sadarkan diri sehingga berpotensi menyakiti orang lain. Anggapan seperti itu hanya berlaku bagi orang yang tidak pernah mabuk. Ketika kamu mabuk, tidak benar kesadaranmu hilang sepenuhnya. Kalau mau jujur, orang mabuk itu masih punya kesadaran dan kontrol diri walau memang tidak maksimal. Lah buktinya dia masih tahu jalan pulang!
Jangan dikira, kalau sudah mabuk miras langsung jadi jahat dan berbahaya. Lu halu geloy……
Jauh lebih berbahaya orang mabuk agama, dari pada orang mabuk miras. Orang mabuk agama, mabuknya lama sementara miras tidak. Orang mabuk agama akan mengorbankan apa saja demi kepercayaannya, sementara orang mabuk miras tidak – kecuali dia memang manusia bebal. Orang mabuk agama sudah terbukti membunuh pun adalah kebaikan demi kepercayaannya, sementara mabuk miras itu berdiri saja sudah oyong. Dan masih banyak lagi perbedaan yang menunjukkan mabuk agama itu jauh lebih berbahaya.
Belum pernah kita dengan di dunia ini ada kasus orang mabuk miras membunuh sampai ratusan orang sekaligus. Sementara yang mabuk agama, jangankan di dunia, di Indonesia saja mereka sudah membunuh ratusan orang dengan cara bom bunuh diri. Belum lagi trauma dan ketakutan atas kejadian tersebut.
Saya sebenarnya tidak mau membandingkan ini. Tetapi karena begitu banyak orang beragama menjadikan miras sebagai penjahat paling berbahaya. Sementara mereka tidak menyadari bahwa ajaran agamanya sendiri dapat dijadikan alasan untuk melakukan kekejian paling biadab di dunia. Padahal, ajaran agama loh!
Saya tidak menganjurkan Anda untuk minum miras. Tidak sama sekali. Kalau boleh jangan coba-coba. Tetapi saya ingin Anda tidak menghakimi miras sebagai sumber kekerasan dan mereka yang menenggak miras sudah otomatis jahat.
Ada banyak orang yang jadikan miras sebagai minuman harian sebagaimana Anda meminum kopi tanpa mereka melakukan kejahatan atau berbahaya bagi orang lain. Banyak yang jadikan minum miras itu sebagai sarana membangun silaturahmi. Ada banyak orang yang menganggap miras itu sebagai kearifan lokal.
Salam dari rakyat jelata
sumber: seword