Jakarta (ANTARA) – Pertumbuhan industri hilir kelapa sawit di tanah Air yang pesat saat ini dinilai membutuhkan dukungan penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (APOLIN) Rapolo Hutabarat menyatakan pembangunan sumber daya manusia (SDM) sangatlah penting bagi kemajuan industri hilir kelapa sawit di Indonesia, sebab permintaan produk dasar oleokimia Indonesia juga terus meningkat setiap tahunnya.
“Itu sebabnya, industri sangat membutuhkan SDM unggul dan teknologi modern. Di sinilah, perlunya model link and match agar kebutuhan tenaga kerja dapat segera terpenuhi,” ujarnya di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, industri hilir sawit telah menguasai pangsa pasar ekspor Indonesia di pasar global yang mana saat ini komposisi ekspor produk turunan sawit mencapai 70 persen dan ekspor hulu (Crude Palm Oil atau CPO) sebesar 30 persen.
Peranan SDM yang siap bekerja, tambahnya saat saat memberikan sambutan dalam penandatangan nota kesepahaman APOLIN dan Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) dengan Politeknik LPP Yogyakarta secara virtual, menjadi penopang tren pertumbuhan industri hilir sawit.
“Melihat permintaan global yang tumbuh positif, kami dari Apolin mengajak perguruan tinggi bersama-sama mencari, menggali dan mengembangkan berbagai teknologi unggul dan beragam untuk produk oleokimia yang sangat dibutuhkan industri global,” ujar Rapolo melalui keterangan tertulis
Tahun 2020, produk turunan oleokimia berhasil diekspor ke pasar global sebanyak 3,8 juta ton sedangkan kapasitas industri oleokimia Indonesia saat ini 11,3 juta ton per tahun dengan produk terdiri lima kelompok utama fatty acid, fatty alcohol, metil ester, gliserol dan soap noodle .
Menurutnya MoU APOLIN dengan LPP Politeknik Yogyakarta sangat penting bagi kedua belah pihak. Poin dari kerjasama ini terdiri dari empat aspek yaitu penyusunan kurikulum pendidikan, pengiriman dosen tamu, training dosen, dan magang.
Ketua Bidang Pemasaran Dan Promosi APROBI Irma Rachmania menuturkan penandatanganan kerjasama sangat penting baik Poltek LPP Yogyakarta dan APROBI untuk memperkuat kompetensi dan daya saing lulusannya.
“Perjanjian ini semakin mendukung industri sawit khususnya energi terbarukan. Kerjasama ini meningkatkan daya saing industri dan terutama kesejahteraan Indonesia,” ujar Irma.
Sementara itu, Musdhalifah Machmud, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian berpesan supaya MoU dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya terutama bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia, penciptaan lapangan kerja.
Menurut dia, kerjasama industri hilir dengan perguruan tinggi sangat dibutuhkan karena Indonesia telah menjadi produsen utama sawit dan produk turunannya.
“Indonesia telah menjadi penghasil utama sawit bahkan dijuluki produsen CPO terbesar. Kita semakin ke hilir dan produk turunan terbesar di dunia,” ujarnya.
Penandatanganan MoU dilakukan oleh Muhamad Mustangin, Direktur Politeknik LPP Yogyakarta dengan Rapolo Hutabarat, Ketua Umum Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (APOLIN) dan MP Tumanggor, Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI).
Direktur Politeknik LPP Yogyakarta Muhamad Mustangin mengatakan penandatanganan MoU diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran di Politeknik LPP sehingga menghasilkan lulusan sesuai tuntutan dunia kerja khususnya hilir kelapa sawit.
Sementara itu, lanjutnya, sektor industri khususnya hilir kelapa sawit akan memperoleh sumber daya manusia sesuai kapasitas dan kapabilitas yang diharapkan.(ant).