JURUS MABUK NASI GORENG ALA SBY

Daeng – Cuitan Andi Arief soal nasi goreng ala SBY digambarkan sebagai keadaan ekonomi Indonesia yang susah. Di zaman yang penuh drama politik ini, semua rakyat Indonesia yakin SBY bukan orang yang susah secara ekonomi. Meski telah mewariskan candi Hambalang yang unfaedah.

SBY telah pernah menikmati kekuasaan selama 10 tahun, dan selama itu pula tak kurang proyek yang digelar, sehingga masa itu partainya “gemuk”. Partai dengan dana yang melimpah pasti banyak peminat.

Bukankah SBY menerima dana pensiun sebanyak 30 Juta rupiah tiap bulan? Coba bandingkan dengan rakyat yang begitu kesulitan mendapatkan 3 juta saja sebulan. Kerja ini, kadang ada kadang ngak ada, masih bisa bertahan dan tidak nyinyir.

Rakyat senantiasa bersyukur sehingga sangat jarang nyinyir atau pun mengeluh. Jauh beda dengan sebagian besar teman-teman Andi Arief atau yang di Demokrat.

Mereka mengeluh dan menyerang pemerintah. Paket data internet mereka melimpah, ngak ngontrak rumah, ngak kesulitan uang belanja bulanan, bahkan Andi Arief yang pernah kedapatan menikmati narkoba dan psk, tak kekurangan duit dan masih bisa eksis. Jadi mereka tidak susah ekonomi, justru mereka masih bisa boros dan menghamburkan duitnya. Mulai dari bikin baliho gede, sampai buat acara-acara yang pasti tidak murah menunya.

Mereka pada kenyataan tak merasakan apa yang dirasakan rakyat atau tidak merakyat. Mereka hanya mengandalkan baliho sebagai pencitraan. Coba tulisan tulisan “Nasi Goreng Ala SBY” lengkap dengan foto SBY dan Ibu Ani. Biaya baliho itu pasti tidak murah. Belum lagi baliho AHY yang mulai banyak di Jakarta.

Jadi selama 10 tahun kekuasaan SBY, rakyat yang miskin masih banyak, sehingga diwariskan ke pemerinthan saat ini. Dan pastilah ini kerja berat bagi pemerintahan Jokowi, apalagi pandemi covid menyerang.

SBY dan demokrat yang sibuk mencari kekurangan pemerintahan Jokowi, sementara mereka sendiri tidak bercermin atas apa yang selama ini diperbuatnya. Mereka tidak berhasil membuat perubahan yang signifikan bagi ekonomi rakyat, kecuali hanya masuk orang seperti Andi Arif?

Partai yang masih halu. Dengan kata-kata ikonik, “Prihatin”, “tidak suka”, “Lebaran Kuda”, dan entah nanti ke mana belum apa lagi. Begitulah sebenarnya, mereka sejatinya sudah tidak menilai rakyat, tapi mereka tidak menyebut mereka. Benar-benar halu.

Nasi goreng ala SBY yang digunakan Andi Arief untuk menyerang Pemerintahan Jokowi adalah mabuk-mabukan yang tidak sakti. Ngawur. Dan sudah sangat basi. Karena itu hantamannya salah sasaran. Justru yang bisa terhina adalah rakyat. Seolah-olah mengambil alih jualan wong cilik.

Sudah kaya raya, sudah banyak saham, sudah bisnis menggurita, meskipun banyak proyek yang dimangkrakkan, eehh … lahan jualan nasi goreng rakyat kecil juga mau diembat. Wkwkwkw. Inikah konsep pemerataan ekonomi yang berkeadilan?

Sungguh Tuhan tidak suka. Prihatin Bro.

Nilai jual demokrat sudah benar-benar tenggelam. SBY yang seharusnya duduk tenang dan menikmati masa tua, malah masih berambisi. Bisa dimaklumi, anak emasnya yang diharapkan menjadi orang besar dan bisa memimpin, belum cukup matang. Terlalu cepat pensiun dini. Belum banyak merasakan pahitnya kehidupan kelas bawah. Dan lagi-lagi, baliho jadi andalan.

Partai ini minim kreatifitas, apakah karena anggotanya sebagian besar gemar menggunakan jurus mabuk yang ngawur? Misalnya si tukang embat panci Roy. Sangat memalukan, masa panci saja diembat. Padahal dia mampu beli kok. Tapi yahh, begitulah.

SBY yang sudah semakin umur, tentu punya keterbatasan. Beliau akan prihatin dan galau terus jika ambisi untuk anak keturunannya belum bisa mencapai.

Pemimpin yang handal itu lahir dari kesulitan hidup yang dilaluinya. Seperti Jokowi yang pernah kena gusur dan pernah tertipu dalam bisnis. Tapi beliau bangkit dan menjadikannya sebagai cambuk berubah lebih baik dan berhat-hati.

Bagaimana dengan AHY dan keluarganya atau koleganya? Dibesarkan dengan kemanjaan yang sangat nyaman dan nikmat? Bagaimana dia bisa memimpin jika benar-benar tak merakyat?

Apakah seseorang bisa menjadi pemimpin yang handal yang dididik dengan kemanjaan? Yang merasakan bagaimana kesulitan hidup arus bawah? Dan bagaimana emfati bisa terbangun?

Dan tentu saja akan jadi berantakan semua misi dan kunjungan ke sebuah partai jika diisi oleh orang-orang yang mabuk, yang nyaman dengan narkoba plus doyang main psk. Iya kan?

Maka jangan heran, nasi goreng ala SBY yang dicuitkan Andi Arief itu, benar-benar ngawur ketika dinarasikan menyerang pemerintahan Jokowi. Justru bikin ngakak para pengamat. Salah sasaran, konyol, dan terlalu dramatis. Pencitraan yang sangat dipaksakan.

Ayo ngakak bareng-bareng, jangan takut tosa, karena Tuhan Tidak Suka! Huhahahahaa ….

Begitulah kura-kura ….

sumber: seword.

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *