Iran minta Indonesia jelaskan alasan penyitaan kapal tanker yang dituduh ‘melakukan transfer minyak ilegal’ di perairan Kalimantan
Permintaan ini disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, dalam keterangan pers mingguan hari Senin (25/01) yang disiarkan oleh televisi.
Satu hari sebelumnya, kapal tanker berbendera Iran dan Panama dilaporkan disita di perairan Indonesia.
Kementerian Luar Negeri Indonesia belum memberikan keterangan mengenai kronologi peristiwa ini dan mengapa kapal tanker ini disita.
“Masih belum mendapat informasi dari Bakamla (Badan Keamanan Laut) atas kejadian tersebut,” ujar Juru bicara Kemenlu, Teuku Faizasyah, dalam pesan tertulis kepada BBC News Indonesia.
Penyitaan terhadap kapal MT Horse berbendera Iran dan kapal MT Freya berbendera Panama dilaporkan terjadi atas “dugaan transfer minyak ilegal di perairan Indonesia”.
Khatibzadeh mengatakan penyitaan itu terjadi karena “masalah teknis” dan ia sepertinya mengisyaratkan bahwa insiden ini “biasa terjadi di sektor pengiriman oleh kapal”.
“Otoritas Pelabuhan kami dan perusahaan pemilik kapal sedang mencari penyebab masalah dan menyelesaikannya,” kata Khatibzadeh dalam konferensi pers mingguan yang disiarkan televisi, seperti dilaporkan kantor berita Reuters.
Juru bicara petugas penjaga pantai di Indonesia, Wisnu Pramandita, mengatakan kapal tanker yang disita di perairan lepas Kalimantan akan dikawal ke Pulau Batam di Provinsi Kepulauan Riau untuk penyelidikan lebih lanjut.
“Kapal tanker, pertama kali terdeteksi pada pukul 5:30 waktu setempat (24/01), menyembunyikan identitas mereka dengan tidak menunjukkan bendera nasional mereka, mematikan sistem identifikasi otomatis dan tidak menanggapi panggilan radio,” kata Wisnu dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu.
Wisnu mengatakan kepada Reuters pada hari Senin (25/01) bahwa kapal itu “tertangkap basah” mentransfer minyak dari MT Horse ke MT Freya dan terlihat ada tumpahan minyak di sekitar kapal tanker penerima.
Awak kapal ditahan
Wisnu menambahkan bahwa 61 awak kapal tersebut adalah warga negara Iran dan China yang telah ditahan.
Organisasi Maritim Internasional mengharuskan kapal menggunakan transponder untuk keselamatan dan transparansi.
Kru bisa mematikan perangkat jika ada bahaya pembajakan atau bahaya serupa.
Tetapi transponder sering kali dimatikan untuk menyembunyikan lokasi kapal selama aktivitas terlarang.
Kedua supertanker itu, masing-masing mampu membawa dua juta barel minyak dan terakhir terlihat awal bulan ini di lepas pantai Singapura, sebagaimana ditunjukan data Refinitiv Eikon.
Very Large Crude Carrier (VLCC) MT Horse, milik National Iranian Tanker Company (NITC), hampir terisi penuh dengan minyak sementara VLCC MT Freya, yang dikelola oleh Shanghai Future Ship Management Co, kosong, kata data itu.
NITC belum bisa dihubungi untuk dimintai komentar.
Pencarian oleh Reuters pada direktori perusahaan China menunjukkan bahwa alamat kantor terdaftar Shanghai Future Ship Management Co berada di bawah perusahaan lain bernama Shanghai Chengda Ship Management.
Perusahaan itu juga belum memberikan keterangan terkait insiden ini.
Iran dituduh menyembunyikan destinasi penjualan minyaknya dengan menonaktifkan sistem pelacakan pada kapal tankernya, sehingga sulit untuk menilai berapa banyak ekspor minyak mentah yang dilakukan Teheran, sementara negara itu berusaha untuk melawan sanksi AS.
Pada tahun 2018, mantan Presiden Donald Trump menarik Washington dari kesepakatan nuklir Iran 2015 dan menerapkan kembali sanksi yang bertujuan untuk mengurangi ekspor minyak Teheran menjadi nol.
Iran mengirim kapal MT Horse ke Venezuela tahun lalu untuk mengirimkan 2,1 juta barel kondensat Iran.
sumber: bbc