OLEH-OLEH LEUWIPANJANG, PENJUALAN KERIPIK TEMPE 500 KG/HARI

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG — Libur Lebaran membawa berkah bagi pengusaha oleh-oleh Bandung. Penjualan mereka pun naik sampai empat kali lipat dibanding hari biasa.

Seperti yang dialami Asep Rahmat, pengusaha oleh-oleh Bandung di dekat Terminal Leuwipanjang. Pada arus balik Lebaran, penjualan makanan yang merupakan oleh-oleh Bandung mengalami kenaikan. “Alhamdulillah ada kenaikan sampai empat kali lipat,” kata Asep Rahmat, saat ditemui di kios oleh-oleh miliknya, Minggu (26/8/2012).

Penjualan, kata Asep, mulai ramai terjadi pada Rabu (22/8/2012) lalu. Sebab saat itu sejumlah orang mulai sibuk untuk kembali ke kota asal setelah berlebaran di Kota Bandung. Ini juga karena pada Kamis (23/8/2012) pegawai pemerintahan dan sejumlah instansi harus sudah kembali bekerja.

Asep mengaku, sejak Rabu itu, penjualan keripik tempenya bisa tembus 500 kilogram per hari. Padahal biasanya penjualan keripik tempe di kiosnya hanya berkisar 130 kilogram per hari. “Rata-rata yang disukai memang keripik tempe. Kalau keripik oncom tidak begitu banyak.Ya mungkin karena rasanya agak pahit,” kata pria yang sudah memulai usaha oleh-oleh Bandung sejak tahun 1984 ini.

Selain keripik tempe dan oncom, kios oleh-oleh yang diberi nama Sari Nikmat itu juga menawarkan sale pisang, dodol Garut, dan wajit Cililin. Semua oleh-oleh tersebut laris manis, terutama untuk dibawa ke Jakarta, Padang, Palembang, dan Medan.

Hal sama diakui pemilik kios oleh-oleh Sari Sari, Asep Dudu. Menurutnya, penjualan makanan oleh-oleh Bandung di kiosnya naik tajam pada musim arus balik Lebaran. “Kalau arus mudik tidak begitu ramai ya. Ada sih peningkatan tapi tak seramai saat arus balik,” kata Asep Dudu, kemarin.

Asep Dudu mengaku, penjualan oleh-oleh naik dua kali lipat dari hari biasa. Ia mencontohkan, keripik tempe bisa tembus 100 kilogram per hari dari biasanya 50 kilogram per hari. Demikian dengan dodol Garut, dari sekitar 20 kilogram per hari menjadi sekitar 50 kilogram per hari.

“Tapi hari ini (Minggu) rada sepi. Mungkin orang sudah pada balik,” kata Asep Dudu, yang telah membuka usaha sejak 1992.

Akibat mahalnya harga kedelai di pasaran, harga keripik tempe di sentra oleh-oleh Bandung di dekat Terminal Leuwipanjang juga ikut naik. Jika biasanya keripik tempe dijual Rp 26.000 per kilogram, kini menjadi Rp 30.000 per kilogram.

“Ada kenaikan harga sejak harga kedelai naik. Perajin tempe telah menaikkan harga tempe, dan saya juga ikutan naik,” kata Asep Rahmat, pengusaha oleh-oleh Bandung, kemarin.

Beruntung kenaikan harga itu, kata dia, tidak dipersoalkan konsumen. Sebagian besar konsumen sudah memahaminya, sehingga harga Rp 30.000 per kilogram tidak dikomplain.

Selain harga tempe, harga bahan baku lain untuk membuat keripik tempe juga ikut naik sejak Ramadan. Akibatnya, pengusaha terpaksa harus menaikkan harga jual keripik tempe. Apalagi untuk sale pisang, harga gula, terigu, dan pisang melambung saat Ramadan.
sumber: tribunnews

This entry was posted in Informasi Teknologi Tepat Guna. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *