SAMPAIKAN SALAM MEJUAH-JUAH JIKA BERTEMU MERGA SUKU KARO

Karo adalah sebuah suku bangsa  yang memiliki falsafah yang tinggi. Kehidupan Suku bangsa ini dibangun dari kekerabatan antar bangsa yang berbaur dan berevolusi sehingga menghasilkan berbagai hal yang baru pada masanya. Hal yang baru itu merupakan sifat-sifat yang saling mengikat dan suka bekerja sama namun mengutamakan kejujuran.

Kejujuran orang Karo telah teruji oleh Kesetiaan Kiras Bangun, pahlawan nasional yang mengetarkan Belanda saat ingin menguasai dataran tinggi Karo dengan alasan perluasan perkebunan di awal abad 20. Demikian juga Jendral Jamin Ginting, yang terus setia mendukung NKRI tetap bersatu pada masanya. Kesetiaan yang ditunjukkan selama ini, oleh orang seperti Dr. Sutradara Ginting (alm) aktifis PDIP ini cukup memiliki kesan yang luar biasa secara Nasional. Dimasa ini karo memilki MS KABAN, lengkapnya merga Karo-karo Kaban, dimasa pemerintahan SBY dan JK juga memiliki karakter yang dapat dipertangung jawabkan. Di saat ini ada Tifatul Sembiring, sebagai menteri SBY dan Bud, yang dapat dilihat kinerjanya membangun jaringan komunikasi dengan apa adanya yang dimilki Indonesia saat ini. Semua itu contoh yang menunjukkan kejujuran orang Karo.

Karo juga memiliki Djaga Depari (alm) seorang penyair yang menuliskan bagaimana ORANG KARO BERJUANG MELAWAN BELANDA DI KOTA MEDAN dalam LaguNYA:ERKATA BEDIL I KOTA MEDAN dalam bahasa Indoneisa  SUARA SENJATA DI KOTA MEDAN. Isinya menyatakan,TERDENGAR DENTUMAN SENJATA DI KOTA MEDAN OH SAUDRA/SAUDARIKU, ITU MENYATAKAN KAMI HARUS BERPERANG, HARUS BERJUANG OH SAUDARA/SAUDARI KU TETAPLAH KUAT. ……….dan seterusnya. Itulah sebuah ungkapan bagaimana orang Karo kalau selalu siap melawan penjajah. Tentunnya  seperti diketahui dalam sejarah Guru Patimpus Sembiring Pelawi sipendiri Kota Medan adalah seorang Karo.

Kalau disearch digoogle, akan banyak ditemukan Karo yang dalam posisi Jendral disegala kesatuan di TNI, dan  Kepolisian tentu keberhasilan mereka hingga menjadi Jendral semata karena INTEGRITAS dan KERJA KERAS, apalagi SUKU KARO dikenal dengan menjaga HARGA DIRI dan tidak TIPE PENJILAT, ini  benar-benar menunjukkan sifat kekaroan. Tentunya seiring dengan perubahan posisi ruang dan waktu serta pendidikan yang diperoleh dapat mengubah manusia-manusia Karo tersebut. Namun sehebat manapun mereka yang mengaku sebagai orang Karo, tunduk kepada hukum adat dan budaya Karo.

Orang Karo penuh perhitungan dan selalu menggunakan logika, tidak salah karena orang Karo suka berpikir dan mampu menciptakan sesuatu yang baru dalam banyak hal. Coba bayangkan bahwa  pernah terjadi tiga pecatur Karo mewakili enam pecatur Indonesia di kejuaraan catur dunia…..artinya Karo memang memilki keungulan khusus dalam hal berlogika dan berrencana. Disisi lain Karo dengan kekayaan alamnya yang indah dan harmoni memampukan pertumbuhan otak yang baik dan tentunya karena faktor turunan yang campuran berbagai bangsa di dunia.

Seperti dari tulisan sebelumnya, orang Karo yang jumlahnya diperkirakan  sekitar 1,7 juta jiwa di seluruh jagad raya ini, adalah orang-orang yang menghasilkan kualitas budaya yang tinggi, alat kebudayaan yang tinggi serta juga memiliki ikatan yang tinggi. Karo memilki ikatan RAKUT SITELU yang disusun sebagai SUKUT (tuan rumah), KALIM BUBU (yang di hormati) dan ANAK BERU (yang bertangung jawab mempersiapkan segala dalam acara adat). Contoh saja dari kehidupan Penulis, Saat penulis MENIKAH dan DI-ADATI, ada seorang Anggota DPR bermarga Ginting di Medan, yang dalam ikatan keluarga dia adalah ANAK BERU, maka mau tidak mau dia harus bekerja dalam acara itu, minimal dia mengambil posisi berdiri sambil mengarahkan saat acara. Padahal banyak yang bekerja sebagai petani dan guru dan sebagainya mengambi posisi yang dihormati dan duduk karena dia berada di posisi kalim  bubu dan anggota DPR harus berdiri karena posisinya adalah anak beru.

Demikianlah Karo hingga saat ini, siapapun mereka mau Jendral, Professor, Pandita atu Ustat, anggota DPR bahkan menteri sekalipun mengambil posisinya masing-masing dalam kekerabatan sebuah kerja adat.

Falsafah Karo dan Kehidupan budaya yang tinggi ini dapat dilihat dari cara tegur sapanya yaitu MEJUAH-JUAH. Mejuah-juah ini bukan sekedar Hello, atau Hi. Mejuah-juah ini setara dengan SALAM SEJAHTERA, SALAM DAMAI. Arti yang lebih dalam lagi adalah Sehat, damai, sukacita tidak kurang satu apapun. Ketika seorang mengatakan MEJUAH-JUAH KITA KERINA  artinya semua kedaian itu untuk kita semua. INI adalah Falsafah yang tinggi, ini juga mengindikasikan Karo itu membawa damai, namun tentunya membawa kesusahan besar kepada Belanda saat menjajah daerah Karo. Buktinya museum Belanda menuliskan betapa repotnya melawan keluarga DATUK SURBAKTI saat perang Sunggal yang menjadi sejarah perjuangan terpanjang di Indonesia yaitu 23 tahun menurut referensi Belanda tersebut.

KARO dengan integeritasnya ini PLEASE jika anda bertemu dengan Merga KARO-KARO, TARIGAN, GINTING, SEMBIRING dan PERANGIN-ANGIN, sampaikan MEJUAH-JUAH dan akan disambut dengan MEJUAH-JUAH yang artinya damai dan suka cita buat kita semua. MEJUAH-JUAH KITA KERINA………..(Bhtrg)

This entry was posted in Cerita (Turi - Turin). Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *