DESA AJINEMBAH, PALAS PITU RUANG DAN KARO MENJADI KAWASAN GEO PARK

Palas Pitu Ruang adalah peninggalan masa lalu yang meninggalkan banyak tanya. Tempatnya di Desa Ajinembah, Kec.Merek Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Batu yang berjajar ini dengan bentuk yang sama besarnya merupakan pondasi rumah kuno yang sangat mewah pada jamannya. Kalua diperhatikan dengan seksama bahwa pondasi batu ini berbeda dengan pondasi rumah adat Karo lainnya yang masih ada di beberapa desa di  Tanah Karo. Selain itu juga ada cerita yang akan ditampilkan dari palas pitu ruang ini, sebuah cerita yang bisa diangkat sebagai kekayaan budaya, layak dijual dan masyarakat banyak yang tanya apa sebenarnya latar belakang lahirnya Palas Pitu Ruang ini. Palas ini juga akan menjadi kekayaan budaya yang menjadi salah satu pendukung untuk Tanah Karo masuk kawasan Geo Park Toba. Selain itu di desa ini juga masih ada Gua Umang dengan diselimuti misteri yang sangat menarik yang nantinya akan ditampilkan dengan cerita yang unik dan penuh tanda tanya.

Besar kemungkinan, Suku Karo dulunya kalau membuka desa baru sebagai hunian baru, berangkat dengan delapan keluarga atau kelipatannya. Ini tampak dengan rumah adat yang dibangun mereka, dihuni dengan delapan keluarga. Memang ada juga rumah adat yang dihuni empat keluarga. Tapi, umumnya hunian delapan keluargalah yang banyak didirikan.

Di tahun empat lima , hunian tersebut ada yang dibakar, dibumi hanguskan tak rela digunakan oleh Belanda. Penghuni sedesa mengungsi ke desa yang lebih aman.

Di Desa Ajinembah ada sepuluh rumah adat. Dari Kota Kabupaten Karo, Kabanjahe arah ke Siantar. Di tengah perjalanan belok kanan memasuki Desa Ergaji. Lewati satu desa, dulu namanya Desa Sungsang. Sampailah di Desa Ajinembah. Perjalanan mobil masa kini dapat ditempuh sekitar 20 menit.

Menjelang memasuki desa Ajinembah, jalan menurun ringan, jumpalah dengan jambatan (1955, model jambatan itu punya atap seng) Airnya cuma se betis, jernih mengalir. Tak jauh dari jambatan, ada satu mata air di sisi sebelah kanan aliran. Nyembul sepanjang masa, permukaannya sama dengan air yang mengalir. Namun, kalau dipakai mandi terasa hangat di badan, walau pagi hari. Padahal minyak goreng beku di Desa Ajinembah karena dinginnya. .

Kembali ke tahun 1955, kedua sisi tebing aliran air se betis itu, rimbun pepohonan. Tepatnya Desa Ajinembah sisi luarnya dibentengi oleh hutan, banyak monyet dan babi hutan disana tentunya burung juga. Tak pelak lagi hutan ini jadi lumbung persediaan daging hewani buat warga desa kala itu. Sekarang hutan itu tinggal kenangan, memang masih ada pepohonan sedikit, tapi babi dan moyet sudah pergi. Desa Ajnembah memiliki sepuluh Rumah Adat Karo

1. Rumah Adat Mecu (4 Rumahtangga).

2. Rumah Adat Jahe (8 Rumahtangga)

3. Rumah Adat Suah (8 Rumahtangga)

4. Rumah Adat Pelajaren (4 Rumahtangga).

5. Rumah Adat Mbelin (8 Rumahtangga)

6. Rumah Adat Rancang (8 Rumahtangga)

7. Rumah Adat Julu (8 Rumahtangga, 1919 dirubuhkan, karena kondisi tak layak pakai).

8. Rumah Adat Si Pitu Ruang , pasak atau alas tiang bangunan hampir sebesar tong masih kokoh berdiri sampai kini.

9. Rumah Adat Bolong (8 Rumahtangga)

10. Rumah Adat Mbaru. Terakhir dirubuhkan, sebelum tahun 1998.

Rumah Adat Si Pitu Ruang, ada legendanya, begini. Beru Munthe Desa Ajinembah, konon sangat cantik parasnya. Dilamar oleh Umang (Orang halus). Keluarga sang gadis menetapkan persyaratan pinangan, yaitu Umang membangun Rumah Adat 8 rumahtangga dan pesta pernikahan yang meriah 7 hari 7 malam.

Rumah Adat yang disyaratkan selesai dibuat, pesta pernikahan meriah, menjelang hari ke 7 pun sedang berlangsung meriah. Para tamu masuk pintu hulu dan keluar di pintu hilir tak henti hentinya. Rumah Adat Suku Karo memang hanya berpintu dua.

Sang ibu pengantin perempuan mulai kecewa berat. Pasalnya sang menantu tak pernah tampak baik muka maupun punggungnya. Bersumpahlah sang ibu,

“Tak usah cantik anakku asal kulihat menantuku”

Warga Ajinembah berkomentar bahwa Umang itu, bukan Umang. Tapi orang sakti yang dapat menghilang. Rupanya sangat buruk sekali, sehingga tidak pernah menampakkan diri. (Buku Kenangan Marga Munthe, FKMMI, 2004, hal 149-150)

Situs Palas Rumah Adat Si Pitu Ruang, kini di dandani dan ada papan merek petunjuk ke lokasi. Dipasang sebelah kanan jalan.di sudut jalan menuju Desa Ergaji. Kalau berangkat dari Kabanjahe arah ke Siantar, sekitar 10 menit mobil sudah membelok ke kanan. Dari Kota Medan sekitar dua jam perjalanan mobil.

Kini Rumah Adat Karo di Kabupaten Karo tinggal hitungan jari penghuni tidak seperti konsep awal leluhur yakni menerapkan tatanan kekerabatan adat Suku Karo. (Supriadi Purba)
sumber : kompasiana

This entry was posted in Adat Istiadat Karo, Cerita (Turi - Turin). Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *