ITA APULINA & LORETA. DOLATRAYAT (Sora Sirulo, Maret-April 2011). Memperpanjang sedikit lagi usia sebuah rumah adat Karo sebelum mampu memugarnya secara menyeluruh, itulah yang dilakukan oleh anak-anak muda Karo dari Medan bersama Karang Taruna Desa Melas (Kec. Dolatrayat, Kab. Karo) [4-5/3]. Anak-anak muda dari Medan ini terdiri dari para anggota Sanggar Seni Tinuang, Sanggar Seni Sirulo, para mahasiswa jurusan Seni Rupa Unimed dan para pekerja Tabloid Sora Sirulo. Mereka melebur diri menjadi pekerja sukarelawan memperbaiki atap Rumah Suah, begitu nama rumah adat itu, di bawah pimpinan Pauji Ginting, seorang tukang yang pernah ikut merestorasi rumah-rumah adat di Desa Budaya Lingga (Kec. Simpangempat Kab. Karo).
Selain didukung oleh Karang Taruna setempat yang ikut melebur diri sebagai pekerja sukarelawan, kegiatan ini sepenuhnya didukung oleh warga Melas, khususnya para pewaris ke delapan jabu Rumah Suah. Ketua Karang Taruna Desa Melas, Amri Depari, menyumbangkan sebagian besar bambu yang dibutuhkan. Selebihnya dari bambu yang dibutuhkan diambil ‘sedikit dari sana sedikit dari sini’ milik beberapa warga desa. Para warga juga menyumbangkan sayur-sayuran kebutuhan makan selama 3 hari seperti halnya bunga kol, cabe, tomat, kol, daun prei dan wortel. Mereka juga memberi para sukarelawan oleh-oleh sayur-sayuran saat pulang menuju Medan.
Hubungan mesra antara warga dan sukarelawan serta dengan panitia dan tukang mencapai puncaknya pada acara hiburan di Malam Minggu [5/3]. Kibot dan sound system yang disumbangkan oleh Tria Entertainment dari Kabanjahe serta kulcapi yang dimainkan oleh Pauji Ginting menambah semaraknya acara hiburan setelah selesai memperbaiki atap Rumah Melas. Dapat dibayangkan bagaimana para Karang Taruna dihadapkan menari dengan para mahasiswi dari Medan.
Selain bantuan dari warga setempat, panitia mendapat bantuan dana pembeli beras dari H.M. Sitepu (Bangka-Belitung), uang pembeli mie instant dan minuman mineral dari Robert Sinuhaji (Berastagi) dan uang pembeli ijuk dari Benson Kaban (Medan). Uang yang dikeluarkan panitia untuk kebutuhan-kebutuhan lainnya diambil dari dana yang terkumpul melalui gerakan “Koin untuk Rumah adat Karo”.
Gerakan ini akan dilanjutkan terus hingga Rumah Suah diperbaiki seluruhnya dari semua kerusakan. Setelah itu, upaya pelestarian rumah adat Karo dilanjutkan dengan memperbaiki rumah-rumah adat Karo lainnya setahap demi setahap. “Tujuan akhir dari gerakan ini adalah memugar semua rumah adat Karo yang masih tersisa,” kata Juara R. Ginting, penasehat panitia “Koin untuk Rumah Adat Karo” yang tetap membimbing dan memantau semua kegiatan dari Belanda lewat komunikasi telefon dan internet.
Desnalri Sinulingga yang menjadi ketua panitia “Koin untuk Rumah Adat Karo” mengharapkan dukungan dari semua pihak terutama dalam menyumbangkan koin dan, kalau bisa, turut menjadi sukarelawan pengumpul koin di lingkungan masing-masing (Selengkapnya lihat Laporan Utama halaman 3, 4 dan 5).
sumber : http://www.sorasirulo.net