LEGENDA SUKU KARO DARI PAGARUYUNG

Dahulu ada orang Pagarujung , dua orang laki- laki  kakak beradik  yang berlainan ibunya yang sulung  tinggal di  Pagarujung, sedang yang bungsu  merantau mengelilingi Sumatera untuk  mencari tempat tinggal berhubung  ia masih merupakan manusia satu- satunya di Sumatera. Kemanapun ia pergi ia selalu membawa  surat  Kerajaan  dengan sembilan materai  dan pisau bala  bari , pisau Kerajaan   yang  diterima dulu dari abangnya. Terus menerus ia mencari tempat tinggal , akan tetapi  belum  tempat  yang  diketemukan yang cocok  baginya.Apa bila tempat itu kecil,maka tempat itu terlampau kecil bagi untuk dia . Apabila  tempat  itu besar , maka baginya tempat itu  terlampau besar.Demikianlah ia samapai  di Bangko, dan tinggal  sebagai perantau .

Disana ia  bertemu dengan  dua orang  dan mengusahakan  sawah di Bangko ( Hal ini tidak terang  karena tidak  diberitahukan bahwa ia  berpergaian  bersama  empat orang ) . Sesudah  ada segala macam tanaman  cukup untuk ditanam, maka bawahan yang lima orang itu bertanya :  ” Raja bagaimanakah nasib kami ? Kampung kita sudah bagus  teratur, tetapi belum ada perempuan “  Dan  Raja ber berkata dalam hatinya: Memang benar . Maka  ia siapkan kapalnya  dan berlayar ia ke Makkah, disitu ada banyak perempuan dan dibelinya  sebelas  orang . Mereka  dibawa ke Bangko  dan diberi  kepada masing masing  seorang perempuan sedang sisanya  enam orang  adalah untuk dia sendiri.

Sesudah  dua tahun maka lahirlah  dari masing- masing  perempuan  seorang  anak laki- laki. Setelah  tiga  tahun maka para hambanya bertanya kepada Raja Bangko: ” Raja  apa bila nanti Raja tidak  ada disini lagi  sedang  anak Raja  banyak , siapakah  menjadi Raja  kita ? ” maka  Raja  Bangko  berpikir : ” Memang benar  ” ,karena  ibu mereka masing- masing  adalah  adalah bekas  budak  belian . Sedang  ibu Raja  sendiri adalah keturunan Raja , dan ke enam  perempuan itu bukan. Maka  Raja Bangko  menyiapkan kapalnya  dan berlayar  Raja Bangko   Kuala  Ajer  Batu. Oleh karena Raja   tersebut   adalah  Raja besar , maka ia disana menikah  dengan seorang putri  Raja. Setahun kemudian  Raja  kembali ke Bangko  dengan membawa  seorang putra  dengan diantar  diantar oleh  ayah  mertuanya , ( Saya tidak tahu  mengapa hal ini dianggap  sangat penting  dan disebut  sekali lagi  dalam nyanyian  yang termasuk dibelakang ). Setelah  Raja  selama  setahun  ada  di Bangko,  maka para hambanya menanyakan :  ” Raja,  apakah Raja pada suatu waktu pergi dari sini, siapa yang menjadi Raja kita ? Maka Raja mengumpulkan pembicara-pembicara itu  dan semua  putranya . (Siapakah  yang dimaksud  dengan “pembicara” tidak djelas , mungkin ini adalah  gelar , barangkali anak – beru- senina pada  suku  Karo ).

Maka berceritalah ayahnya sebagai berikut : Kamu sekalian yang terbesar , kamu sekalian adalah Raja. Akan  tetapi tanda kerajaan , yaitu  (surat)  dengan sembilan materai  dan pisau  bala  bari, akan ada  pada adikmu yang terkecil . Karena ibunya  adalah seorang  keturunan Raja, kalian tidak boleh melawan  dia, kata  ayahnya.  Selanjutnya (Adalah sukar  mengatakan  apa artinya bala bari . bala mungkin merupakan awalan  lama bahasa Karo , seperti dalam  kata- kata bala gais , balagege  dan sebagainya . Selanjutnya  juga  ”prajurit , bala  tentara   ” .

Bari  berarti  ”dingin , dingin  sampai orang  menggigil”. Akan tetapi  ini adalah dingin  lain dari  di nyatakan dengan  malam  yang  berarti  pula  “dingin” dan juga   sehat “. Tidak lah mustahil, bahwa      kata  bari  dalam logat yang asing bagi  saja , arti yang sama seperti  kata malem, dan dengan mungkin kata bala dengan demikian mungkin kata bala bari adalah nama  yang bagus untuk pisau, sehingga  membawa untung). Pembicara – pembicara itu di dijadikan saksi dari pada  kata- katanya. “Ayah, apabila  baginda berbicara demikian, siapakah yang akan menentang  kata- kata ayahanda, Setahun kemudian maka  meninggallah ayahnya. Pembicara- pembicara mengatur pesta makamnya dari warisan ayahnya dan mengangkat sebagai  Raja  putra  yang telah  di angkat oleh Raja yang meninggal, oleh karena  ia memiliki  tanda- tanda kerajaan dan karena beliau dari pihak  ibunya seorang keturunan  Raja Kuala Ajer Batu. Keenam anak Raja menentang.

Setahun kemudian ia  diangkat lagi sebagai Raja, maka menentanglah lagi ke enam  anak Raja. Empat kali ia diangkat sebagai Raja, tetapi ke enam anak Raja menentang terus.Akhirnya datanglah Keramat dari hutan, tinggi, dan  gemuk, membawa  tongkatnya  dan menanamkannya  didalam tanah di pekarangan dusun. Ia pergi ke rumah dan menanyakan  dimana Raja-nya. Akan tetapi tidak ada Raja. Keramat menanyakan apa sebabnya  kemudian berkata : ” Yang mempunyai hak  menjadi Raja   adalah  dia yang keturunan  Raja dari ibunya”. Yang ke enam itu menentang. Maka Keramat berkata “kalau begitu  air bah akan datang “

Maka  yang enam itu berkata “Biarlah air bah itu datang (Saja terjemahkan selalu ” yang enam itu ” mungkin akan terjadi kemudian, bahwa yang enam itu mempunyai arti tertentu). Keramat berangkat, menarik tongkatnya dari tanah  dan pergi, dari lobang bekas  tongkat itu keluar air, maka bah itu sungguh dating.  Anak laki- laki keturunan sRaja  dari pihak ibunya menyiapkan perahunya, mengirimkannya kekampung menaruh harta bendanya beserta tanda- tanda kerajaan di dalam perahu itu dan belayarlah ia ke tanah  Alas  dan sampailah ia di Alas.

Disana ia membuka sawah dan berdirilah disitu kampung Ketangkuhen. Ia adalah manusia pertama yang berlayar di sungai Alas (?). Kemudian ia kawin dan mendapat dua orang anak. Anak- anak itu akhirnya  menjadi besar.  Ayahnya meninggal, Raja Bangko yang dari pihak ibunya adalah keturunan Raja Kuala Ajer Batu. Anak bungsu berpergian dan surat kerajaan ; akan tetapi pisau bala  dari bari ditinggalakannya. Anak yang sulung menerima kerajaan. Anak yang bungsu berangkat  dan membawa rakyatnya  sampai sungai Petani. Ia adalah manusia  pertama yang mendirikan  kampung Mabar di tepi sungai Petani, (sekarang ada perkebunan  Mabar, yang terletak antara  Medan dan laut. Dengan demikian sungai Petani adalah sungai Deli sekarang. bandingkanlah hal 42  dimana  seorang dari Merga Tarigan yang  dianggap telah mendirikan Ale Deliu.Hal ini rupanya sering terjadi ).

Anak yang sulung tinggal di Alas  dan menjadi Raja   Raja di ketangkuhen. Ada orang yang dibawa oleh seekor  burung layang- layang yang jatuh Anak- anak Raja sangat menderita karenanya. Anak yang sulung berkata : Tinggallah disini di Alas , Raja Ketangkuhen berjumpa dengan dia  dan di bawanya kerumah . Kelakuannya  baik dan   Raja mengankatnya sebagai saudara. Raja Ketangkuhen menikah dan mendapat dua nak laki- laki. Mereka bergilir menyaji Raja. (Siapa dua  anak itu  ataukah Raja   dan orang burung laying- layang ? ).

Pisau kerajaan ada pada Orang Burung Layang- layang . Setelah ayahnya meninggal, maka anak- anak Raja  minta pisau kerajaan ayahnya. Orang Burung Layang- layang tidak mau memberikannya . Oleh karena  ia memiliki Raja  Bangko, maka ia menjadi penghuklu ( orang burung layang- layang tidak  mendapat gelar ” Raja , tetapi ” pengulu “. Raja adalah  gelar yang pasti datang dari luar).Anak- anak Raja menderita karenanya . Anak yang sulung berkata : Tinggallah disisi  dan mintalah pisau kita dari pengulu. Saja  pergi ke Toba untuk mengunjungi saudara – saudara kita “yang enam itu”. Demikan lah katanya  kepada  adiknya. Ia  pergi ke Toba mengunjungi saudara- saudaranya yang enam itu demikianlah katanya kepada adiknya.

Ia pergi ke Toba mengunjungi  saudara- saudara nya yang enam . Dia berjumpa dengan mereka, mereka telah menyaji Raja  dari Toba Selaki, sebab diberi nama Toba Selaki ialah karena  alasan sebagai berikut : Berhubung dengan adanya kain Toba maka mereka  tidak mati (yaitu dalam air bah. Yang empunya pustaka menerangkan  sbb: Ketika  terapung di atas air, maka  kain Toba tersebut  menjadi cembung dan dengan demikian mereka mengambang dengan aman ketempat yang kering ) Ia mempunyai anak laki-laki dan untuk dia didirikanlah kampung Paropo (kedua kampung terletak pada tepi Barat dari Danau Toba). Setelah anaknya  besar ia pergi ke Pak Pak untuk mengunjungi  saudaranya yang enma itu. Ia bertemu  dengan mereka  yang telah menjadi Raja- Raja  dari  Pakpak. Nama Pakpak berasal  dari  “kepingan – kepingan dari batang “nya (Tjelampong tentunya  berarti  batang sebuah pohon atau sepotong kaju , yang dapat  di pakai  untuk pegangan agar dapat tetap mengapung. Jadi saudara itu  juga dapat tertolong dari air bah, karena mereka  berpegangan pada sepotong kayu seperti yang lain dengan kain mereka). Kampung mereka adalah martogan.

Anak- anak dari “yang  enam itu” kawin dan mendirikan kampung Martogan . Dari “yang enam “ itu masih hidup empat orang dan ia bertemu dengan mereka . Ia kawin lagi. Telah dua kali ia kawin tetapi tidak mendapat anak  laki-laki. Dari  anak-anak Raja Ketangkukuhaen masih tinggal empat orang yang sulung dan yang bungsu masih hidup. Akhirnya meninggal. Setelah anak- anaknya  menjadi besar, maka yang bungsu tidak mampu untuk mengurus dirinya sendiri. Ia pergi ke dataran rendah (Djahe- Djahe  dimana  letak tanah ini dapat dicari  di Alas akan diberitahukan nanti. Disini tentu hanya  dimaksudkan bahwa ia pergi kehilir sungai). Setelah ia  berada  disitu, ia mendirikan sebuah kampung dekat sungaI BIYANG (WAMPU) sebelas kiri kebawah dengan sungai  itu sebagai tempat pemandian, ia mendirikan sebuah PENGULU BALANG, aji manering (Raja yang menengok kebelakang), tempat pemudjaan kita. (Lau mbelin saja terjemahkan  dengan “sungai”, tetapi disitu ada juga sungai yang namanya lau mbelin ).

Pengulu balang adalah sebuah  patung  batu yang menjaga kampung itu. Apabila akan datang suatu bahaya , maka berbunyilah  patung itu. Dekat kampung Gunung Meriah -dyangan  keliru   dengan  Gunung  Meriah yang terletak  di Serdang  masih ada beberapa patung  yang kecil-kecil, sedang tempat persembahan kampung itu namanya  masih Silan Manering).

Kampungnya dinamakan Pertibi untuk menyatakan bahwa ia adalah Raja. (Sekarang kampung itu sangat sepi ). Ia adalah orang pertama yang memasuki daerah sungai Biyang. Ia kawin dengan seorang gadis dari suku Ginting. Dua tahun kemudian ia kawin dengan seorang gadis dari Jambur Beringin, seorang putri Raja Kutabuluh, setahun kemudian pecahlah perang yang mencekik. Ia mengambil ke- empat saudaranya dari Martogan dan berkata kepada kakak- kakaknya: “O, kaka- kakak jika anda tidak malu, bahwa kampung Pertibi harus harus ditinggalkan karena musuh.”.  ”Jika kamu mengatakan demikian, mari kita pergi “, kakak-kakaknya itu, pengulu- pengulu Martogaan, Maka tiga dari ke empat; saudara mengikuti dia dan sampailah mereka di Raja Pertibi kampung dari adiknya yang bungsu. “O, kakak- kakak , apakah yang harus kita buat ?” kata adiknya, ” Budyang  – budyang sipitu (nama suatu jampian). Perintahkan untuk mengambil bengkuang kumpulkan duri- durinya.

Setelah itu masaklah duri- duri itu didalam belanga (bilang kawah, sebuah wajan besi yang tjeper), tuangkan ratjub di solar di bolar untuk membasmi duri-duri itu dengan rat5jun. Perumangnya membuat suatu jaminan agar orang menjadi tidak kelihatan (pengelimun). Perminak sagi menaburkan duri- duri itu sekeliling  pertahanan musuh.  (Belakangan ternyata bahwa seorang dari saudara- saudara itu ternyata adalah seorang umang dan yang lain adalah serigala penjelmaan manusia.

Nama Perminyak sagi  sungguh  menarik perhatian, biasanya orang berbitjara , tentang harimo sagi.pada waktu  hari mulai terang  permusuhan dimulai lagi. Musuh datang dari tempat yang telah diperkuat ; sekian banyak yang keluar , sekian banyak pula yang kena; sekian  banyak pula yang mati. Sungguh pun musuh sudah kalah namun perang belum selesai. Selama pengulu- pengulu martogan masih ada, musuh tidak berani menyerang pertibi. Musuh tak berani  karena pengulu  adalah  dan seorang lagi ahli menembak dengan sumpitan. Penghulu Pertibi tidak berani untuk mejuruh pergi abang-abangnya, pengulu- pengulu dari Martogan.

Sesudah   dua tahun perang belum berhenti. Pengulu pertibi mencarikan istri untuk pengulu- pengulu Martyogan untuk  mengikat mereka. Ia bertanya kepada yang sulung tetapi ia tidak mengendaki seorang istri manusia , karena  ia umang. ia bertanya  kepada Perminak Sagi, tetapi ia keberatan. Pengulu Pertibi mengawinkan dia ( si ahli menembak dengan Sumpit), karena takut bahwa abangnya meninggalkan dia.Karena  ia adalahPerminak sagi , mkaka  ia pergi kesawah berhubung yang sudah tunggi dan dirusak oleh babi hutan. Mendjelang makan malam  ia berkata kepada  istrinya :  ” Saya pergi kesawah untuk mengusir babi hutan besak pagi  kira- kira jam 12 siang saja kembali “. (Cerita disini terlampau singkat. Disini dimaksudkan si ahli penembak dengan sumpitan karena istrinya akhirnya si serigala penjelmaan manusia  itu).

Ia pergi  kesawah dan berubah menjadi  macan. (Esok harinya) kira- kira  jam satu siang istrinya pergi kdesawah untuk  nengantarkan  makanan. Sampai  di sawah ia melihat kedalam, tetapi suaminya  tidak disitu . Ia  berjalan dipinggir sawah dan bertemu dengan seekor  macan. Macan itu menelan dia sampai  keyang. Kemudian ia pergi kekampung dan berubah menjadi manusia  lagi. ia mencari istrinya. Orang- orang berkata : ” Ia pergi  keswah “. Ia mencari  kesawah , menyusulnya ke pinggir sawah . Istrinya sudah mati. Ia pergi kekampung . ” O. adikku, adalah nasib bahwa saudara- saudara  harus berpisah. saya berkata  demikian , karena orang- orang tidak akan   pertjaja  pada saja , sungguh pun saja  sudah berubah  menjadi manusia saja  (biasa- sebenarnya ) tidak djahat terhadap  orang- orang . kaluloreng- loreng  harimau itu merapat, maqka  namanya arimo kembaren , itu binatang pantangan “  Demikianlah ia berkata kepada adiknya   Djagat , si ahli menembak dengan sumpitan . Maka adiknya mendjawab : ” Demikian lah  kakak kita berkata :  Saja  juga  pergi kepegunungan, itu, itu tidak nasib”.

Maka  Umang berkata : Kita berempat adalah anak dari satu ibu , satu anak tinggal di Martogan, satu lagi di Pertibi, satu lagi jadi macan, dan satu lagi jadi umang. Memang kita yang dahulu meminta ( yaitu nasib kita kepada dewa- dewa ), sekarang kita harus menerima nasib kita. O, adikku, kamu berdua tinggal di Pertibi. ( banyak suku diantar orang- orang Batak Karo mempunyai binatang pantangannya, mungkin iotutotemnya yang dianggap sutji. Terutama macan memang binatang binatang pantangan . Disitu  ada arimo kembaren yang lorengnya harus berjumpa  pada satu titik  adalah tidak galak dan  tidak ditakuti ). Beru  Jambur Beringin, istri pengulu Pertibi tidak mempunyai anak dan tiap-tiap kali mengadukan  suaminya (tentu karena ia diterlantarkan). Pengulu Pertibi juga takut , kalau-kalau  si Djagat perpergi, maka  ia  berkata  kepada  adiknya si Djagat  : Biarlah begini sadja , 0 , kakak, anda harus  harus  mengambil istri saja,   saja  tidak sanggup memeliharanya . kalay saja  kembalikan  dia kepada  familinya , tentulah timbul hal- hal yang tidak  menyenangkan, maka  kamu harus  harus  mengambilnya . saja  mengetahui  hutang saja kepada mertua  saja. dan kepada  mertuanya  ia berkata : “Jambur Beringin  akan di ambil oleh si Djagat. kami adalah betul- betul kakak- beradik” demikianlah pengulu Pertibi berkata kepada si Djagat.Pengulu Pertibi memperoleh kedudukan ( pangkat ) Raja itu, karena  ia  telah mendirikan Pertibi. Kalau ada  kerbau lewat dari  dari tanah Alas, maka pengulu  Pertibi menerima  bea keluar, karena ialah yang paling tua.”

Supaya  kemudian tidak bertengkar “. (Jalan ke Langkat menuju Bohorok adalah melalui Pertibi ).Beru Jambur beringin  Beringin, istrinya  pengulu Pertibi, telah di berikan kepada si Djagat  sebagai istrinya, karena ada perang besar, agar ia tidak akan pergi. Demikianlah  pengulu  Pertibi berpikir . Kita adalah bersaudara hingga pertibi (?? ). ” Setelah empat tahun musuh hendak menaklukkan Kuta Buluh. Karena  Kuta Buluh memelihara perhubungan dengan pertibi, maka  datanglah perang. Ia hendak mengalahkan Kuta Buluh .” Tidak ada gunanya saja tinggal disini “  berkatalh pengulu Kuta Buluh  dengan perasaan malu. Ia berkunjung pada iparnya si Djagat di Pertibi,.

Ia  bertemu dengan iparnya: ” O, ipar “, kata si pengulu Kuta Buluh kepada i[parnya si Djagat, ” jika anda tidak berbaik hati , maka Kuta Buluh akan hilang “. Jika anda berkata demikian , o, ipar, maka biarlah kita pergi, kata iparnya  si Djagat berrsama istrinya Beru Jambur Beringin pergi ke Kuta Buluh. Setelah sampai di Kuta buluh, mjaka iparnya oengulu Kuta Buluh bertanya : ” Apa yang harus kita berbuiat ?” Aturan Budyang- budyang si pitu . Suruh memetik bengkuang ( semacam pandan yang dipakai untuk anyaman ).

Kumpulkan duri-durinya, masukkan dalam wadjan masukkan ratjun si bolar untuk meratjuni duri- duri itu. Setelah itu taburkan sekeliling kampung “. Maka duri- durinya ditaburkan sekeliling kampung dan permusuhan dimulai lagi. Sekian banyak musuh yang keluar, sekian banyak yang kena , sekian banyak yang mati. Musuh kalah, tetapi perang belum selesai.Iparnya Si Djagat tidak boleh pulang . Dua tahun kemudian iparnya  mendirikan kampung Nggalam untuk dia.

Lahirlah seorang anaknya  laki- laki. Ia mengandung iparnya, yaitu Raja Kuta Buluh untuk datang di Ngalam . Iparnya datang dan menginap  dua malam disitu. Raja Kuta Buluh berkata kepada  iparnya si Djagat: ” Marilah kita tentukan bnatas- batas  negeri kita, agar supaya  anak- anak kita dibelakang hari tidak tidal bertengkar karena itu “. maka di djawab si Djagat kepada Raja Kta Buluh: ” Karena kau menginginkannya , marilah kita tentukan “.

Raja Kuta Buluh berketurunan dari Suka Tendel. Disini perlu diberi catatan bahwa hal ini tidakcocok dengan yang dahulu. Mula- mula diberitahukan bahwa putri Raja Kuta Buluh adalah beru Jambur Beringin. Dengan demikian dapat secara wajar diambil kesimpulan bahwa marga ayahnya juga harus Jambur Beringin.

Sekarang dikatakan disini, bahwa marga mereka adalah Suka Tendel. Ini juga marga  dari Sibajak pada waktu sekarang. Orang mengatakan kepada saja bahwa marga Jambur Beringin telah hilang. Sukan Tendel adalah sebuah kampung yang masih ada didekat gunungSinabung. “Datanglah besok ” kata Raja Kuta Buluh pada si Djagat datang dan menunggu di tempat yang telah dibuat sebagai tempat pertapaannya. Disitulah ia bertemu dengan Raja Kuta Buluh.Marilah kita tentukan batas- batas kita kata Raja Kuta Bulkuh pada si Djagat .

Dengan sumpitan si Djagat menunjukkan bats- batas mulai tempat yang sutji itu ke Nggalam  terus lurus sampai Lau Buridi ke hilir sampai hilir sungai Lau Biyang , akhirnya samapidi Damak. ” itulah negeri saja “, kata si Djagat kepada  Raja Kuta Buluh. Ia mengajunkan sumpitannya  sebelah kiri hilir sampai kelaut di Tangkuhen. Kemudian ia letakkan sumpitan itu.Kemudian iparnya dari  Kuta Buluh  menundjuknya  mengikuti arah iparnya dan menundjuk  ke arah sungai Lau Biang ke hilir sampai kelaut. ” Sebelah kasna hilir adalah tanah saja  sekiann jauhnya kearah daratan dimana  bunji senapan saja terdengar, 0,ipar, kata radjka Kuta Buluh kepada iparnya si Djagat. ia menembak dan setelah itu Raja Kuta Buluh pulang, si Djagat juga pulang ke Nggalam.

Sesudah itu satu bulan  si Djagat  mengirim pesan kepada Raja Kuta Buluh : ” Berilah nama kepada  kemenakanmu! ” dan pamannya memberi nama “Si Bulan KeRajan ” *( KeRajan yang luas ). ” Mengapa saja memberinya nama  ” KeRajan yang luas ” adalah karena Raja Bangko   keturunan Raja  Pagaujung . Karena ipar adalah Raja dari Alas. Mabar, Tumbga ( tamba ), Raja dari Pakpak, Pertibi sampai kelaut  anda adalah Raja.” Si Djagat adalah  ayah dari  Belang KeRajaan”. Kalau keRajaan n sajan begitu luasnya , maka  saja berhak menerima bea keluar dari muara sungai itu, jika muara sungai itu milik sja. ” Yang ndemikian demikian itu adalah hak “, kata Raja Kuta Buluh. ” ‘ Boleh diadakan Eksport jika sin Djagat  mendiaminya . ” Demikian hak itu”, kata Raja  Kuta Buluh.” Jika ada  Eksport, dari apa harus ada penerimaan  ) ? “  Kuda, Kerbau, bdak belian,yang melewati daerah kita. ” de adi “, kuRajat gularna (?). Kata pengulu   dari nKuta Buluh. termpat membajar tjukai adalah Pertibi, karena daerah ini klepujaan  anak sulung. Dari semua  Kuda.

Kerbau dan Budak belian, yang  lewat aayah si Belang KeRajaan  menerima  ( hak bea keluar ). ( Tidak dapat dikatakan bahwa bagian yang dikutip ini tegas. Apakah kuala dimaksudkan muara sungai kelaut? Ataukah muara  dari suiatau sungai kedalam sungai lain ?. berhubung dengan adanya cerita- cerita  yang disampaikan dengan lisan bahwa Marga Perangin- angin telah meluaskan kekuasaannya sampai ke Bindjei , maka  saja  teringat kepada penentuan  batas- batas ” swampai kelaut “.

Tetapi kemudian disebut Pertibi sebagai tempat pembjaran bea keluar ).Ia (siapa? si Djagat atau si Belang Kerajaan)  mendapat enam orang anak. Seorang pergi ke Sungkun Berita , seorang ke Lau Mbentar, seorang ke Sampe Raja , sedang  ketiga lainnya pergi juga: seorang ke Udyang Deleng, seorang ke Batu  Mamak ,seorang lagi ke kuruas, tempat yang tinggi letaknya  di Lau Ntebah. ia membuat sawah dan mendirikan sebuah gubuk ( Sapo ) dengan atapnya   dari rumput  ( padang ) yang akhirnya menjadi kampung, dengan di beri nama Sapo Padang .Selama satu generasi lahirlah tiga anak laki- laki. yang bungsu pergi ke Kelange, yang kedua ke kuta Tjih, sedang yang sulung tonggal di Sapo Padang. dalam waktu  satu atau dua generasi lahirlah enam orang anak.

Seorang  pergi ke gunung Silkukuten, seorang ke Tuladeh, seoran g ke Batu katak, sedang tiga orang anak tinggal di Sapo padang.Yang sulung , yang tengah , dan yang bungsu. Yang sulung mempunyai seorang anak laki- laki, sedang yang bungsu dua anak laki-laki. Anak yang sulung meninggal, tetapi ia tidak meninggalkan anak, dan sekarang tinggallah  yangb bungsu. Ia(siapa ) kawin dengan istri abangnya  yang sulung tidak mempunyai anaqk laji- laki.

Nyanjian :Kata- kata  kulit phon alim yang diambil oleh (saja) paman dari suku Sembiring dari pihak ibu keturunan  Raja kula Ajer Batu yang bernama  Kintja  tampe Kula , Raja dari Ketangkuhen , di lembah sungai Alas.Sunguhpun banuak Manusia hidup tak ada seorangpun mempunyai nasib seperti saja.Saja katakan, bahwa tidak demikianlah halnya 😀 ilahirkan di Kuala Ajer Batu, sangat mudah saja pergi kebangko.Raja Kaula Ajer Batu mengantarkan kita.Belum lagi besar.

Ayah memberikan kepada saja  alat- alat keRajaan dari Pagaruyung.Bukti bahwa seseorang  itu Raja.Raja- Raja mengenal lat- alat keRajaan Pagaruyung .Raja Kuala Ajer Batu mengenalnya.kata ayah saja dahulu, keturunan Pagaruyung.Raja Bangko.Kemudian ayah meninggal, saja belum besar.Tidak ada saudara -saudara  untuk sakaing mengadjarTanah Bango dilanda bandjir.Ajkah meninggalkan sebuah perahu.Saja turun kedalamnya, anak- anak  buah turun kedalamnyaPerahu itu berlabuh di Alas , yang disebut Ketangkuhen,O,anak- anak laki- lakiiku berdua , mungkin saja meninggal,Disini saja ceritakan kepada keturunan saja  tentang perjalan – perjalanan saja.tentang berpisahnya  orang- orang  yang bersaudara.Inilah pelajaran yang harus diikuti.

Oleh mereka yang datang sesudah  saja.Sampai kepada anak tjutju  saja janhg deatang sesudah saja Jika lama berpisah, mereka yang bersaudara,Orang saling tidak mau tahu,Dyangan lupa ini, kata saja  kepada putera- putra  saja.Inilah kata- kata   saja kepada anda , kata sajayang asal dari suku sembiring ,, kemanah dari Raja  Kuala Ajer.yang merupakanputra tunggal . Yang datang dari jauh ke Ketangkuhenyang berkusa  di tanah Ketangkuhen.Dilembah sungai Alas.

Pentingnya isi dari pustaka  ini  adalah : Bahwa diletakkan suatu hubungabn antara Minangkabau dan suku Sembiring kKembaren,. Yang diberitahukan itu dapat kita pisahkan menjadi dua . Sebagian yang termasuk sedjarah dahulu  , yaitu  perjalan Pagar ruyung melalui bangko  sampai keketangkuhen di Tanah Alas dan  bagian yang kedua  yang termasuk sdjarah yang lebih muda , yaitu terjadinya  Pertibi dan perluasannya dari situ dari kampung- kampung Sembiring – Kembaren di daerah  Liang Melas dan Langkat Alas.Berangkatlah dari istana  Pagar rujung  seorang putra  Raja, tetapi berlainan ibu dengan kakaknya  yang tertua, berjalanlah ke Bangko, mendirikan sebuah kampung atau keRajaan  disana  dan ia  sendiri menjadi Raja. Ia mempunyai tudjuh orang putra, diantaranya  enam  dilahirkan dari ibu- ibu budak belian .tidak mengakui  putra Raja  yang sebenar .

Suatu  bandjir mengusir mereka. ke . Ke- enam saudara  pergi ke tanah Pak pak ( barangkali mengikluti jalanjka  sungai  Renun ) dan menjadi  Raja disana.DiSilahi-lahi dan paropo ditepi danau  Toba orang – ioarang suku Ginting dikalahkan dan orang Kembaren berkuasa . Putra Raja  yang sebenarnya  pergi kehulu sungai Alas  dan mendirikan Ketangkuhen.. Juga disitu  Keluarga ini terdesak oleh Orang Burung  Layang- layang: seorang putra yang yang lebih muda mendirikan Mabar  disungai Petani, dan seorang lain lagi Pertibi, di sungai Lau Biyang .Dengan ini kita  sampai kepada masa  masih ada dongeng- dongenyang disampaikian secara lisan.Inilah secara singkat  isi dan  keuntungan sedjarah,yang  diperoleh dari Pustaka ini.

Sungguhpun demikian, pemberitahuan yang sedikit itu membuka harapan yang luas. Suku Sembiring (orang- orang Hitam),berasal dari Minangkabau , paling sedikit orang- orang suku nKembaren. Sungai Singkel  dahulu adalah jalan ketanah Pakpak dan Karop. Aceh belum dibicarakan. Kemudian setelah suku – suku Senmbiring masuk, maka Aceh mulai dibicarakan. Aceh pada waktu ituadalah musuh Maleale dsb.Dari sini  kita akan dapat menarik kesimpulan bahwa pada waktu itu Aceh belum memegang peranan penting di pesisir  Barat , tetapi baru kemudian bhwa orang mengambil orang- orang perempuan di Akkah dapat memberi lagi alasan untuk menduga,bahwa bagaimanapun Islam ada disekitarnya.. Tetapi bagaimana juga orang- orang laki- laki bukan orang- orang Islam.Dugaan- dugaan kita dapat lebih jauh lagi.

Orang dapat menyangka ( sekarang  tidak tanpa sesuatu alasan ) bahwa marga Sumanik dari Minangkabau Manik dari Tjinndeng . Ginting manik ditanah Karo, dan Damanik dari Simalungun mempunyai hubungan keluarga diantara  mereka dan ingat  kepada Imigrasi dahulu  sepandyang sungai Sungai Singkel ,sehingga orang Sembiring- Kembaren mengikuti suatu jalan yang sudah sedjak lama  diikuti . Pertayaan  yang di adjukan dalam sumbangan saja yang tadi.: Mengapa bahasa Karo  tersebar begitu luas, akan juga dapat diterangkan lebih baik.

Hanya nama Sembiring, orang – orang hitam, dapat mengingatkan kitakepda suku Hindu Minagkabau. Dengan demikian  juga akan dapat diterangkan , bahwa  sangat  bajak unsur- unsur  Hindu terhadap  gambaran- gambaran keagamaan dari orang- orang Batak  Karo.Saja tidak tahu dimana kita harus mencari Bangko dan Kuala  Ajer Batu. Mungkin  orang lain mempunyai alasan untuk memberitahukan pengetahuannya saja  ingin menunjuk lagi kepada bagian yang tidak djelas mengenai dimilikinya  kuala     “muara  sungai “   oleh Pertibi. Ini mungkin muara di dalam sungai lain tetapi juga muara di dalam laut. Apakah ini bukan suatu petunjuk  tentang adanya  keRajaan di Teluk Aru ? Mungkin bahwa kemudian penemuan membuat hal ini lebih terang.Berhung  dengan  keRajaan pagar  Rujung  timbul tjap  siwah menimbulkan suatu kesulitan. Kita segera ingat jkepada  tjap sembilan dari Aceh .  ” Kesembilan meterai atau meterai  rangkap sembilan ” yang di pergunakan untuk mentjap surat atau dubuhkan pada surat , dianggap berasal  dari Pagar rujung .

Saja  tidak beranimenentukan  bagaimana  satu  dan lainnya  dapat dicocokkan. Apakah  di Padgar rujung juga dipergunakan meterai rangkap sembilan.Dalam hubungan ini  saja hendak menundjuk  pada karangan  G,R. Rouffer  , ” De Hindostanscheoorsprong van het negenvoudig Sultanszegel  van Aceh . ( Asal Hindustan  dari meterai rangkap  sembilan dari Sultan Aceh ) . ( Bijdragen Djilid 59, halm 380 ). Disini penulis mengatakan : ” Jadi ide tentang tjap sembilan dari Aceh diperoleh  dari Hindustan , sesudah 1603  … yang lebih dapat diterima antara  1605 dan 1627 “.

Karena dalam pustaka  kita ada satu tanggal pun , bahkan Agama Islam sudah memainkan peranan, kecuali  pengambilan perempuan dari Makkah, maka  saja menarik kesembilan sebagai  berikut : Aceh belum disebut- sebut dan orang- orang Kembaren bukanlah orang- orang Kembaren  bukanlah orang orang- orang Islam.Kemudian dongeng yang disampaikan.Kemudian donmgeng yang disampaikan secara  lisan mengatakan, bahwa orang- orang Sembiring lainnya memang di- kejar- kejar oleh Aceh.Tetapi dengan demikian kita berada  dalam suatu priode  lain dari pada  waktu orang- orang  Kembaren masuk.

Raya , Agustus 1927

Raya adalah terletak  antara Berastagi dengan desa Sumbul , dahulu 1926  pernah dibangun meseum (Gereja) tetapi dibakar dalam masa repolusi  1945.*) Terjemahan ini dikerdjakan  tidak  langsung dari bahasa Karo , tetapi  merupakan  terjemahan  dari terjemahan  dalam bahasa Belanda. Yang ditulis oleh penulis  karangan ini  ( J.H.Neuman ). /sapo holan
sumber : http://www.karo.or.id

This entry was posted in Cerita (Turi - Turin). Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *