LABU SEBAGAI OBAT DIABETES

YOGYAKARTA -Labu parang mengandung senyawa saponin dan flavanoid. Kedua unsur ini berkhasiat menurunkan kadar glukosa darah dan memperbaiki sel beta pankreas yang dapat menghasilkan insulin kembali.

Demikian hasil penelitian mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Gadjah Mada (UGM), Muhammad Rijki. Atas jerih payahnya ini, ia berhasil mendapatkan penghargaan Alltech Young Scientist Award berupa medali dan piagam yang diserahkan langsung oleh General Manager PT Alltech Biotechnology Indonesia, Isra Noor, di ruang seminar FKH UGM, Jumat (8/7).

Menurut Rijki, berdasarkan hasil penelitiannya, kandungan saponin yang ada di labu parang secara signifikan mampu menurunkan glukosa darah. Meski percobaan ini dilakukan pada tikus, dia melihat hasil yang cukup menggembirakan. Dari hasil pengukurannya, semakin tinggi dosis saponin, akan makin signifikan menurunkan kadar glukosa.

Untuk mengobati penyakit diabetes pada manusia, diperlukan 400-800 gram labu parang yang telah diekstraksi untuk dikonsumsi tiap hari. Namun bila itu terlalu repot, labu parang bisa dikonsumsi secara langsung dengan cara diblender. “Saponin larut dalam air. Jika dimasak, kadar saponin akan berkurang,” katanya.

Rijki, mahasiswa semester VIII, itu mengaku munculnya ide menggunakan labu parang berawal saat dirinya sedang mengisi liburan kuliah di kampung halamannya, Desa Caringin, Sukabumi, Jawa Barat. Di sana, ia melihat banyak petani membudidayakan labu parang.

Maka dia tertarik untuk mencari informasi tentang khasiat labu ini. Kemudian Rijki mencoba searching di internet. Tak puas dengan informasi yang didapat di dunia maya, Rijki kemudian mencoba melakukan penelitian lebih lanjut dengan uji coba di laboratorium. Hasilnya ia uji cobakan pada tikus sebagai kelinci percobaan.

“Tapi sekarang di desa saya, sudah tidak lagi yang menanam labu parang. Semoga dengan temuan ini produksi labu parang makin bertambah,” kata anak kelima dari delapan bersaudara ini. General Manager PT Alltech Biotechnology Indonesia, Isra Noor, mengatakan Rijki merupakan satu-satunya mahasiswa dari jurusan Kedokteran Hewan yang berhasil meraih penghargaan ini. “Tahun ini banyak dari jurusan peternakan dan mahasiswa pascasarjana,” katanya.
sumber: http://www.sinarharapan.co.id

This entry was posted in Informasi Kesehatan. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *