MENAKLUKKAN KEANGKUHAN GUNUNG SIBUATEN

Banyak yang tidak tahu Gunung Sibuaten merupakan gunung tertinggi di Sumatera Utara. Gunung yang memiliki ketinggian 2.458 mdpl ini diapit Kabupaten Karo dan Dairi, tepatnya di Kecamatan Merek. Sangkin uniknya, gunung yang dikenal misterius ini membuat banyak orang penasaran ingin membelai tubuhnya. Hanya sebagai informasi, ketika tidak mengetahui jalur gunung Sibuaten, menjadi perdebatan hangat dikalangan pendaki di beberapa milis gunung.
Aneh memang, mereka jauh-jauh datang dari Pulau Jawa hanya untuk menjejalkan kakinya di Gunung Sibuaten, tapi informasi yang simpang siur membuat mereka tidak dapat menemukan tempat persembunyian Sibuaten meski sudah menanyakan informasi gunung itu ke sejumlah orang, tapi tidak juga menemukannya.

Meski tidak terkenal seperti gunung Sibayak dan Sinabung, disinilah letak keunikan Deleng Sibuaten, demikian panggilan akrab Tetua Karo. Gunung yang memiliki medan sangat menantang dan jarang dijamah itu hampir dieksploitasi ekosistemnya. Rupanya banyak barang tambang dikandung tubuhnya yang misterius. Gunung yang memiliki banyak puncak tipuan itu juga menyimpan misteri yang belum terungkap sampai saat ini.

Mendaki Dengan Pendaki OGKL

Sekitar pertengah tahun 2005, penulis mendaki gunung ini bersama sahabat alam Orang Gunung Kuala Lumpur (OGKL) Jaleha Samah dan beberapa anggota Pencinta alam Mapagratwa Medan. Persis didepan pintu rimba kami mendirikan tenda untuk beristirahat karena malam telah tiba. Setelah selesai sarapan dan packing perlengkapan mendaki, kami mulai menjelajahi betis gunung Sibuaten. Terasa capek setelah merangkak sampai ke paha gunung. Uhh…kita berhenti ada sungai dan istirahat. Setelah itu kita menyimpan semua carrier (ransel besar-red), kata seorang teman pendaki yang paling muda. Sekaligus mengatakan perlengkapan yang dibawa hanya seperlunya saja karena medannya semakin menantang.

Kami kembali berkemas dan perjalanan dilanjutkan. Tidak lama kemudian kami menemukan hutan pengunungan yang masih alami. Medan yang cukup berat membuat kami harus hati-hati. Beberapa kali kami menemukan kotoran kambing hutan. Hmm…pasti tidak jauh dari sini banyak binatang buas, pikirku. Menurut informasi, binatang buas seperti harimau masih berkeliaran di hutan sibuaten ini.

Hampir mencapai punggungan gunung ditemukan hutan lumut dan kantong semar. Tumbuhan inilah yang menjadi ciri khas hutan gunung ini. Setelah itu mulailah kami menemukan banyak puncak tipuan. Sangkin letihnya, selalu ada harapan bila ketemu satu puncak maka perjuangan berakhir. Tapi ahh, kami kembali tertipu, itu bukan puncak. Rupanya Gunung Sibuaten merupakan gunung angkuh yang tidak mudah ditebak. Punggungan-punggungannya berlapis-lapis.

Karena teramat lelah meraih puncaknya, penulis hampir saja ketiduran di hutan lumutnya yang indah. Meski pendakian terasa berat tapi sibuaten setia menyodorkan pemandangan alam yang tidak dapat dilupakan. Dan bau khas gunungnya yang wangi. Angin yang bertiup kencang ketika hampir mencapai puncak membuat kami hampir menggigil.

Ketika mentari mulai condong ke barat kami mencapai puncak. Pada puncak pertama pemandangan alam begitu menabjubkan. Terlihat keindahan Danau Toba, Gunung Sibayak dan Sinabung. Di puncak utama ditemukan hutan ilalang dan disana ada sebuah pilar. Kabarnya tentara Belanda yang mendirikan pilar ini. Satu persatu kami membuka daypack (ransel kecil) dan mengambil bendera masing-masing. Jaleha mengibarkan bendera negaranya, penulis kibarkan bendera Pencinta Alam (PA) Sibayak dan pendaki lain kibarkan bendera Mapagratwa. Sebagai tanda telah sukses meraih puncaknya, kami berfoto bersama untuk mengabadikan petualangan ini. Luarbiasa, dari atap Sumatera utara ini sinyal sangat bagus. Kami menyempatkan diri mengabarkan kesuksesan pendakian ini ke teman-teman sebelum berbalik arah untuk menuruni puncaknya.

Sekitar 20 menit dipuncak, kami turun dan menghabiskan malam itu di tepi sungai, tempat kami menyimpan carrier tadi pagi. Untuk selamatan karena telah sukses menaklukkan puncaknya, malam itu kami pesta indomie dan kerupuk pedas. Besok harinya setelah sarapan bersama pemburu yang kebetulan lewat, kami meninggalkan kaki gunung sibuaten menuju Medan.                                                                                                     Oleh Rahel Sukatendel

This entry was posted in Jelajah Objek Wisata Karo. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *