ANCAMAN DIABETES PADA ANAK OBESITAS

MEMILIKI balita tumbuh sehat dengan tubuh proprosional sangat didambakan para orangtua. Namun terkadang tidak sedikit ayah dan ibu menyukai anak-anak bertubuh gemuk dengan pipi tembem karena dianggap sangat menggemaskan.

Tapi, tahukah Anda bahwa anak bertubuh subur tak harus menjadi patokan bahwa buah hati sehat. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2010, dinyatakan bahwa prevalensi kegemukan pada anak balita secara nasional adalah 14 persen atau meningkat dibanding hasil riset serupa tahun 2007 yakni 12,2 persen. Di Sumatera prevalensi balita gemuk mencapai angka yang cukup tinggi yaitu sebesar 18,3 persen.

Kelebihan asupan gula tambahan (excessive added sugar) secara terus menerus dapat menyebabkan obesitas atau kelebihan berat badan. Sementara obesitas dapat meningkatkan risiko bagi penyakit kronis seperti penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung dan stroke), diabetes, sindroma metabolik yang berkaitan dengan obesitas yang ditandai dengan resistensi insulin, dislipidemis dan hipertensi, gangguan musculoskeletal khususnya osteoarthitis, beberapa jenis penyakit kanker seperti kanker endometrial, payudara dan kolon.

Pada talkshow yang digelar Eugenia Communications di JW Marriot Medan, kemarin, membahas tentang konsumsi nutrisi tanpa gula tambahan berlebih dapat menjadikan pilihan yang tepat di masa pertumbuhan anak. Talkshow tersebut menghadirkan pakar kesehatan anak Prof Guslihan Dasa Tjipta SpA (K), dokter spesialis anak endokrin FKUI Jakarta, dr Aman Bakti Pulungan SpA (K) dan Medical Marketing Maneger PT Fonterra Brands Indonesia dr Muliaman Mansyur.

Pada acara ini, Prof Guslihan Dasa Tjipta Sp.A (K) mengimbau agar orangtua harus mewaspadai ancaman obesitas pada anak-anak di Sumatera Utara. “Mengingat angka kejadian yang tergolong relatif tinggi di Sumatera Utara, maka harus  dilakukan langkah-langkah pencegahan yang dapat dimulai dari sekarang, antara lain dengan mencermati dan membatasai asupan gula tambahan pada anak agar tidak berlebih,” paparnya.

Dikemukakannya, susu pertumbuhan anak sebagai salah satu sumber nutrisi diformulasikan untuk memenuhi kebutuhan gizi dari mulai satu tahun ke atas. Nutrisi memainkan peranan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Kenaikan berat badan dan lemak anak dipengaruhi oleh waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dan karbohidrat dan lemak serta kebiasaan mengonsumsi makanan yang mengandung energi tinggi.

“Salah satu hal yang sering terjadi adalah kebisaan mengonsumsi makanan atau minuman dengan kadar gula yang tinggi sejak kecil, padahal mekanisme gula dapat meningkatkan risiko obesitas,” tambahnya.

Ketika makanan atau minuman manis dikonsumsi, akan cepat diserap oleh pembuluh darah, sehingga meningkatkan kadar hormon insulin. Selanjutnya, hormon insulin ini akan bekerja menarik lemak darah untuk disimpan di jaringan sebagai persediaan di masa mendatang. Proses penyimpanan ini akan menyebabkan kenaikan berat badan.

“Sebagian gula yang dikonsumsi anak dari makanan dan minuman biasanya merupakan gula tambahan seperti laktosa, sukrosa, gula jagung (Corn Syrups Solid) sera glukosa (Glucose Syrups Solids). Jenis gula ini kaya kalori dan hampir tidak mengandung nutrisi sama sekali. Gula tambhan dapat dijumpai pada susu pertumbuhan anak. Cermati, karena mengonsumsi terlalu banyak gula tambahan akan mengakibatkan siklus ketergantungan,” kata dr Aman Bakti Pulungan SpA (K).

Merujuk pada imbauan dari WHO bahwa obesitas kini sudah menjadi epidemi global yang harus segera ditangani. Jika tidak, obesitas anak bukan hanya mengganggu penampilan, tetapi juga berpotensi tinggi menjadi obesitas dewasa di kemudian hari.

Selain itu dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes melitus tipe 2, obstructive sleep anea (mengorok), gangguan ortopedik serta pseudomotor selebri yaitu peningkatan ringan tekanan intrakranial pada obesitas. “Pencegahan yang dapat dilakukan adalah melalui perbaikan nutrisi yang diberikan sejak dini pada anak di samping meningkatkan aktivitas fisik dan modifikasi pola hidup. Edukasi terhadap orangtua mengenai hal ini sangat diperlukan,” jelas dr Aman Pulungan.

Nutrisi Cukup

Di samping risiko depresi, obesitas juga dapat mengakibatkan anak memiliki masalah pada pola tingkah laku dan pola belajar mereka. “Anak-anak tersebut lebih sering cemas dan memiliki kemampuan bersosialisasi yang lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki berat badan normal.

Apalagi lingkungan juga seringkali memberikan stigma negatif kepada anak obesitas, sehingga dalam hal ini pemberian nutrisi yang berimbang dan meminimalisisr kandungan gula tambahan sejak dini sangat signifikan pengaruhnya terhadap kesehatan menyeluruh anak,” demikian disampaikan Prof Guslihan.

Sejalan dengan terjadinya perubahan pola pemberian nutrisi pada anak, dr Muliaman mengatakan, produsen susu mesti menghadirkan kandungan yang sesuai syarat kecukupan nutrisi untuk anak sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perkembanangan yang terjadi dalam pertumbuhan anak.

“Kami senantiasa berinovasi untuk menciptakan produk dengan kandungan nutrisi baik namun tanpa kandungan gula berlebih. Sebagai susu pertumbuhan yang baik, Anmum Essential, misalnya, mengandung makronutrisi protein, lemak essensial dan karbohidrat yang terdiri dari gula alami susu, serta FOS dan Inulin serta mikronutrisi penting lain di antaranya, vitamin dan mineral,” pungkasnya.
sumber : http://medan.jurnas.com

This entry was posted in Informasi Kesehatan. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *