MEROKOK bisa menyebabkan kanker, impotensi serta gangguan pada janin. Imbauan ini kerap diucapkan di televisi manakala usai tayangan iklan rokok. Rokok dan kanker, keduanya bagai sahabat akrab. Selama puluhan tahun, umumnya perokok rentan terserang kanker, penyakit serangan virus yang tergolong mematikan.
Wanita yang selalu mengusung hidup sehat belum jaminan lepas dari kanker. Apalagi jika wanita memiliki kebiasaan merokok selama hidupnya. Ancaman kanker dipastikan akan membayang-bayangi. Biasanya, selain paru-paru, satu jenis kanker paling banyak diderita wanita perokok adalah kanker serviks atau kanker mulut rahim.
Rokok yang dikonsumsi mengandung zat berbahaya yakni nikotin dan tar. Dari kandungan zat tersebutlah memicu sel kanker bertumbuh aktif. Jika perokoknya adalah wanita, maka tar rokok merangsang pertumbuhan sel kanker serviks, biasanya terjadi pada daerah leher rahim. Wanita perokok rentan dua kali lipat terserang kanker serviks.
“Ini karena sebatang rokok tersebut mengandung nicotin dan tar, wanita yang merokok menimbulkan sel kanker yang mengendap di Vagina selanjutnya mengakibatkan kanker Serviks, maka untuk setiap wanita jangan mengkonsumsi rokok terutama saat sedang hamil,” ungkap dr Artisya Fajriani, baru-baru ini di Medan.
Dr Artisya menjelaskan, kanker leher rahim yakni terjadi pada daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim. Letaknya antara rahim (uterus) dengan liang senggama wanita (vagina).
Kanker serviks ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim, apabila telah memasuki tahap lanjut, virus kanker bisa menyebar ke organ lain di seluruh tubuh penderita dan menyerang sistem bagian penting tersebut.
Tak hanya di atas usia produktif, wanita usia 18 tahun juga dimungkinkan menderita penyakit kanker serviks. Umumnya, wanita terjangkit penyakit ini karena kerap berganti pasangan seksual, sering menderita infeksi daerah genital, melahirkan anak banyak anak dan kurang bersihnya alat kelamin kewanitaan.
dr Artisya memaparkan gejala kanker serviks pada stadium awal, wanita pengidap kanker serviks hampir tidak bisa merasakan gejala apapun. Namun, pada stadium selanjutnya, akan terjadi pendarahan abnormal atau di luar waktu menstruasi, pendarahan pasca sanggama. Selain itu, sesudah menopause, keputihan yang tidak kunjung sembuh walaupun sudah diobati dengan obat keputihan.
“Selanjutnya ada bau busuk seperti menanah, warna semu merah karena bercampur darah, menyeri pada panggul dan kaki serta susah buang air kecil,” jelasnya lagi.
Menurutnya, beberapa pencegahan sejak dini bisa dilakukan untuk mendeteksi penyakit mematikan ini. Pap smear atau pemeriksaan alat genital wanita, merupakan salah satunya. Pemeriksaan ini sudah tersedia di rumah sakit umum bahkan puskesmas. Lewat pemeriksaan sejak awal, pencegahan bisa dilakukan sedini mungkin.
Artisya juga menambahkan untuk negara berkembang seperti Indonesia, kanker serviks merupakan penyakit nomor satu mematikan saatnya pemerintah mengambil peran untuk mensosialisasikan bahaya akan penyakit ini bagi wanita saat ini. Data menunjukan, wanita penderita kanker serviks di Sumut berjumlah 62 orang sepanjang tahun 2010.
sumber : http://medan.jurnas.com