Widodo SP – Warga DKI Jakarta kembali harus mengalami keprihatinan akibat siklus tahunan berupa banjir langganan yang masih juga terjadi pada musim penghujan 2024 ini. Sejunlah daerah terendam banjir akibat intensitas hujan cukup tinggi yang dikombinasikan oleh kiriman air dari Bogor, yang membuat daerah tertentu sampai terendam lebih dari 24 jam.
Kondisii ini membuat Pj Gubernur Heru Budi Hartono meminta maaf karena belum maksimal mengatasi banjir.
“Jadi semuanya mohon dimaklumi, dan saya mohon maaf di Jakarta Barat kemarin juga tergenang lebih dari 24 jam. Tapi kita sudah atasi,” kata Heru kepada wartawan di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat, Senin (25/3/2024).
Memang soal banjir ini menjadi masalah klasik yang tak bisa ditangani hanya oleh kemampuan bicara atau dengan (misalnya) meminta maaf dan meminta agar masyarakat sabar dan tawakal menghadapi musibah ini.
Pemimpin yang terpilih (dalam jabatan Pj Gubernur berarti pemimpin yang ditunjuk oleh RI-1) harus punya strategi yang brilian, yang lahir dari kesungguhan hati dan tekad untuk menuntaskan masalah banjir dengan melibatkan berbagai pihak terkait sebagai solusinya, termasuk mengedukasi masyarakat soal relokasi hingga kebiasaan membuang sampah agar tidak dibuang secara sembarangan ke sungai.
Dulu sewaktu Ahok menjadi gubernur sebenarnya sempat ada harapan soal penanganan banjir di Jakarta, tapi semua harapan itu mulai sirna seiring dibuinya gubernur DKI Jakarta terbaik selama 10 tahun terakhir itu.
Pergantian kursi DKI-1 selama dijabat oleh Djarot Saiful Hidayat juga tak banyak berarti karena singkatnya waktu memimpin. Situasi lebih buruk terjadi selama era Anies Baswedan karena penanganan banjir malah amburadul dan semakin parah karena normalisasi sungai (disebut juga naturalisasi oleh Anies) praktis mandeg karena diduga memang nggak niat menyelesaikan problem banjir yang sudah menjadi langganan setiap musim hujan tiba.
Pergantian Anies ke Heru Budi Hartono dengan wewenang sebatas Pj Gubernur juga tidak maksimal dalam penanganan masalah banjir. Mungkin karena pembiaran yang terlalu parah membuat siapa pun yang diminta menangani masalah banjir sebagai Pj Gubernur akan menghadapi banyak kesulitan.
Jadi siapa berani memimpin DKI Jakarta nanti, yang masih akan mewarisi masalah banjir sebagai tantangan yang harus coba diselesaikan supaya ke depan tidak akan semakin parah? Kalau modal berani saja mungkin ada banyak politikus berani, karena salah satunya tergiur dana APBD melimpah yang bisa dipakai selama menjabat, tapi soal gubernur yang kompeten … rasanya kita tahu siapa orang yang tepat meneruskan periode kepemimpinan yang masih tertunda karena kebencian politik pada 2017 silam.
Begitulah kura-kura…
sumber: seword