PILOT DAN KOPILOT BATIK AIR TERTIDUR SELAMA 28 MENIT SAAT PENERBANGAN, KEMENHUB BERI ‘TEGURAN KERAS’ – APA ITU PILOT FATIGUE DAN BAGAIMANA MENCEGAHNYA?

SUMBER GAMBAR, GETTY IMAGES
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) merekomendasikan pentingnya “panduan dan prosedur terperinci” untuk mengidentifikasi kelelahan awak pesawat, menyusul insiden “serius” melibatkan dua pilot maskapai Batik Air yang tertidur secara bersamaan saat menerbangkan pesawat dengan rute penerbangan Kendari-Jakarta.

Insiden yang terjadi pada 25 Januari silam itu diklasifikasikan sebagai insiden serius oleh KNKT, lantaran menyebabkan rangkaian kesalahan navigasi yang terjadi saat kedua pilot tertidur selama sekitar 28 menit ketika bertugas.

Kondisi kesehatan dan performa pilot menjadi isu penting dalam keselamatan penerbangan. Keletihan atau kelelahan yang dialami pilot (pilot fatigue) menjadi penyumbang terbesar yang mempengaruhi performa pilot.

“Memang alokasi istirahat bagi pilot sudah memadai dan memenuhi standar regulasi. Tapi kualitas istirahatnya tidak baik, sehingga tidak menghasilkan kebugaran fisik maupun mental sebagaimana mestinya,” menurut pengamat penerbangan Alvin Lie, Sabtu (09/03).

Ini bukan kali kali pertama insiden semacam ini terjadi. Pada 2019 silam, pesawat Batik Air mendarat darurat karena pilot pingsan yang disusul oleh perintah Kementerian Perhubungan kepada seluruh operator penerbangan melakukan pengecekan kesehatan seluruh staf penerbangan.

Adapun, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan menegaskan telah “memberikan teguran keras” kepada Batik Air atas insiden pilot dan kopilot yang tidur selama 28 menit dalam penerbangan Kendari-Jakarta.

Bagaimana kronologi dua pilot Batik Air tertidur ketika terbangkan pesawat?

Merujuk pada laporan investigasi yang dirilis KNKT, pesawat Airbus A320 itu dengan nomor egistrasi PK-LUV beroperasi sebagai penerbangan penumpang terjadwal dengan rute Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta menuju Bandara Haluoleo di Kendari, Sulawesi tenggara, kemudian kembali ke Jakarta.

Pesawat itu dioperasikan oleh dua pilot dan empat pramugari. Kedua pilot yang mengawaki pesawat itu adalah seorang pilot berusia 32 tahun dan seorang kopilot berusia 28 tahun.

“Dalam penerbangan dari Jakarta menuju Kendari, second in command (SIC atau kopilot) memberi tahu pilot in command (PIC atau pilot) bahwa dirinya tak istirahat yang cukup,” tulis KNKT dalam laporannya.

Kopilot kemudian beristirahat di kokpit dan tidur sekitar 30 menit kemudian terbangun sebelum pesawat bersiap mendarat.

Namun, Menara Pengatur Lalu Lintas Pesawat (ATC) di Bandara Kendari memberitahu bahwa kondisi cuaca di bawah standar dan bandara juga belum buka. Pesawat kemudian bertahan selama 30 menit di udara.

Pukul 07.48 waktu setempat, pesawat itu mendarat di Kendari.

Seorang teknisi memeriksa bagian dalam kokpit pesawat Airbus Batik Air saat transit di bandara Sukarno-Hatta di Tangerang pada 26 Juni 2020

Pada pukul 00.05 UTC atau 08.05 waktu setempat, pesawat itu melakukan penerbangan rutinnya menuju Jakarta dengan nomor penerbangan BTK6723 dan waktu penerbangan 2 jam 35 menit, sesuai jadwal maskapai Batik Air.

Ada sekitar 153 penumpang di dalam pesawat tersebut.

Saat pesawat mencapai ketinggian jelajah, kedua awak melepas headset mereka

“PIC (pilot) meminta izin kepada SIC (kopilot) untuk istirahat dan izin diberikan. Tak lama kemudian PIC tertidur dan SIC mengambil alih tugas sebagai PM (pilot monitoring),” tulis KNKT.

Pada pukul 01.22 UTC atau 09.22 waktu setempat, pilot terbangun dan menawarkan untuk bergantian istirahat. Namun kopilot mengatakan dia akan melanjutkan tugasnya. Sang pilot kemudian melanjutkan tidurnya.

Kopilot pada saat itu menjalankan tugas sebagai PF (pilot flying) yang menerbangkan pesawat dan PM (pilot monitoring) sekaligus.

Dia kemudian meminta Area Control Center (ACC) Makassar untuk terbang menuju 250 derajat untuk menghindari cuaca buruk. ACC Makassar menginstruksikan pesawat untuk menghubungi ATC Jakarta atau ACC Jakarta.

Beberapa saat setelah membaca kembali instruksi ACC Jakarta, kopilot “tidak sengaja tertidur,” menurut KNKT.

Pada 01.56 UTC atau 12 menit setelah rekaman transmisi terakhir dari kopilot, petugas ACC di Jakarta menanyakan berapa lama pesawat harus terbang pada jalurnya saat ini. Tidak ada balasan dari pilot.

“Beberapa upaya menghubungi BTK6723 telah dilakukan ACC Jakarta termasuk bertanya pilot lain untuk memanggil BTK6723. Tidak ada satupun panggilan yang ditanggapi oleh pilot BTK6723,” tulis KNKT dalam laporannya.

Pada 02.11 UTC atau 28 menit setelah transmisi terakhir yang direkam dari SIC, pilot terbangun dan menyadari pesawat “tidak berada pada jalur penerbangan yang benar”.

Pilot segera membangunkan kopilot yang tertidur dan pada waktu yang hampir bersamaan, pilot menanggapi panggilan dari pilot lain dan petugas ACC di Jakarta.

“Pilot memberi tahu ACC Jakarta bahwa BTK6723 mengalami masalah komunikasi dan saat ini masalah tersebut telah teratasi. Penerbangan kemudian dilanjutkan dan mendarat di Jakarta dengan lancer,” tulis KNKT.

Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini dan tidak ada kerusakan pada pesawat.

Apa penyebab dua pilot tertidur selama penerbangan?

Pilot yang menerbangkan pesawat itu berusia 32 tahun, warga negara Indonesia dan memegang Lisensi Pilot Angkutan Udara (ATPL) serta memenuhi syarat sebagai pilot Airbus A320. Dia memiliki total waktu terbang 6.304 jam. Sementara kopilot adalah pria berusia 28 tahun dengan jam terbang 1.665 jam.

Merujuk pada laporan KNKT, sehari sebelumnya kopilot kurang tidur lantaran baru saja pindah rumah dan terkadang sulit tidur nyenyak karena membantu istrinya menjaga anak mereka.

“SIC (kopilot) merasa kualitas tidurnya menurun akibat beberapa kali terbangun [di tengah tidur],” tulis KNKT.

Sebelum penerbangan, keduanya menjalani pemeriksaan medis dan hasilnya menunjukkan tekanan darah dan denyut jantung keduanya normal. Tes alkohol mereka juga menunjukkan hasil negatif. Oleh karena itu, keduanya dianggap layak melakukan tugas penerbangan.

Pengamat penerbangan Alvin Lie berpendapat insiden dua pilot tertidur dalam penerbangan seperti yang dialami oleh penerbangan Batik Air pada 25 Januari 2024 ini dipicu oleh “fatigue mental”.

Menurutnya, meski waktu istirahat bagi pilot sudah memadai dan memenuhi standar regulasi, sayangnya kualitas istirahat tersebut tidak baik.

“Sehingga tidak menghasilkan kebugaran fisik maupun mental sebagaimana mestinya,” kata Alvin Lie.

“Shift kerja tengah malah atau dini hari berdampak pada terganggunya metabolisme tubuh,” ujarnya kemudian, seraya berharap “insiden ini bukan hanya puncak gunung es”.

Pengamat penerbangan Alvin Lie berpendapat insiden dua pilot tertidur dipicu oleh “fatigue mental”.

Apa itu pilot fatigue?

Kualitas istirahat yang tidak memadai, kerap menjadi bumerang bagi para pilot, menyebabkan apa yang disebut sebagai pilot fatigue atau kelelahan yang dialami pilot dan memicu sejumlah insiden penerbangan.

Pada Juli 2022, pilot maskapai Citilink dengan rute penerbangan Surabaya-Makassar meninggal dunia setelah mendarat darurat di Bandara Juanda, Jawa Timur lantaran pilot mengalami darurat kesehatan.

Pilot berusia 48 tahun tersebut sempat mengalami sakit ketika menjalankan tugasnya menerbangkan pesawat, hingga akhirnya meninggal dunia.

Pada November 2019, pesawat Batik Air dengan rute penerbangan Jakarta-Kupang mendarat darurat di Bandara El Tari di Kupang karena pilot pingsan.

“Sebelum menurunkan ketinggian, Pilot in Command (PIC) dalam hal ini pilot merasa adanya gangguan kesehatan dengan indikasi pusing berat sehingga membuat konsentrasi terpecah dan lemas,” ujar Danang Mandala Prihantoro, juru bicara Lion Group, perusahaan induk Batik Air dalam keterangannya saat itu.

Seluruh kru yang bertugas lantas memberikan pertolongan pertama.

“Penerbangan ID-6548 dengan komando kopilot atau first officer lalu menginformasikan bahwa pesawat akan mendarat dalam keadaan darurat alias emergency landing,” ucap Danang.

Pada September 2014, maskapai Garuda Indonesia kehilangan salah satu pilotnya yang menerbangkan pesawat dengan rute penerbangan Lombok-Bima.

Setelah mendarat di Bima, pilot diperkirakan mendapat serangan jantung. Meskipun telah mendapat perawatan, nyawanya tak tertolong.

Sebuah penelitian menyatakan bahwa pola kerja para pilot sering memiliki faktor yang terhubung dengan meningkatnya kelelahan pilot.

Pilot yang bertugas dengan penerbangan jarak pendek sering dilaporkan mengalami pola kerja yang kurang teratur karena permulaan kerja yang awal dan selesai kerja yang lebih lama dari jadwal yang ditentukan, dimana hal ini dapat mengganggu rutinitas tidur normal dan meningkatnya penyebab kelelahan.

Berbeda dengan pilot yang menerbangkan pesawat jarak jauh, pola kerja pilot yang menerbangkan jarak pendek melibatkan beberapa lepas landas dan pendaratan yang menuntut beban kerja sehari penuh.

Lebih dari itu, penerbangan dengan jarak pendek hanya dikemudikan oleh dua pilot yang tidak memberi kesempatan beristirahat selama penerbangan bila dibandingkan dengan penerbangan jarak jauh yang diawaki oleh tiga pilot.

Kelelahan yang dialami pilot (pilot fatigue) ini tak hanya dialami oleh pilot di Indonesia namun di belahan bumi lainnya.

Berdasarkan data Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (EASA) pada Juli 2023, kelelahan pilot meningkat di kokpit menjelang puncak musim panas.

Sebanyak tiga dari empat pilot mengalami setidaknya satu kali microsleep – hilangnya kesadaran karena merasa mengantuk – saat mengoperasikan pesawat dalam empat minggu terakhir, seperempatnya melaporkan lima atau lebih microsleep.

“Ini adalah tanda-tanda yang mengkhawatirkan dan indikasi jelas bahwa risiko keselamatan akibat kelelahan tidak dikelola dengan baik di banyak maskapai penerbangan Eropa,” kata Presiden Asosiasi pilot Eropa (ECA) Otjan de Bruijn.

Apa tanggapan Kementerian Perhubungan?

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menegaskan telah “memberikan teguran keras” kepada Batik Air atas insiden pilot dan kopilot yang tertidur selama 28 menit dalam penerbangan Kendari-Jakarta.

“Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan memberikan teguran keras kepada Batik Air dan akan melakukan investigasi secara khusus terkait kasus tersebut,” ujar Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, M Kristi Endah Murni, seperti dikutip dari detik.com, pada Sabtu (09/03).

Lebih jauh Kristi menjelaskan bahwa dua kru BTK6723 telah dikenai sanksi sesuai prosedur dan standar operasi internal untuk investigasi lebih lanjut.

Sementara itu, Ditjen Perhubungan Udara akan mengirimkan inspektur penerbangan yang menangani Resolusi of Safety Issue (RSI) untuk menemukan akar permasalahan dan merekomendasikan tindakan mitigasi terkait kasus ini kepada operator penerbangan dan pengawasnya.

“Kami tegaskan bahwa sanksi akan diberlakukan sesuai dengan hasil investigasi yang ditemukan oleh tim investigator,” ucapnya.

Dalam pernyataan tertulisnya kepada BBC News Indonesia, Corporate Communications Strategic of Batik Air, Danang Mandala Prihantoro, mengatakan Batik Air telah membebastugaskan sementara kedua pilot tersebut pada 26 Januari silam.

“Keputusan tersebut merupakan bentuk keseriusan perusahaan terhadap pentingnya aspek keselamatan serta dalam rangka menjalankan investigasi menyeluruh,” kata Danang dalam pernyataan tertulisnya, Sabtu (09/03).

Apa rekomendasi KNKT dan respons Batik Air?

KNKT mengakui tindakan keselamatan telah dilakukan oleh operator pesawat, namun sayangnya ada sejumlah permasalahan keselamatan yang harus dihadapi maskapai penerbangan.

Oleh karena itu, KNKT mengeluarkan rekomendasi keselamatan untuk mengatasi masalah keselamatan yang teridentifikasi dalam insiden tertidurnya dua pilot pesawat Batik Air pada Januari silam.

Pedoman Pengoperasian Batik Air Volume A (OM-A) menjelaskan bahwa pilot harus memiliki sebuah daftar pemeriksaan pribadi, yang mencakup kategori gangguan yang akan dialami pilot – Penyakit, Pengobatan, Stres, Alkohol, Kelelahan dan Emosi (IM SAFE) yang dapat dengan mudah disimpan dalam memori sebagai pengingat sebelum melakukan tugas penerbangan apa pun.

Sayangnya, investigasi yang dilakukan KNKT tidak menemukan panduan atau prosedur rinci dari daftar periksa pribadi IM SAFE, seperti pedoman penilaian untuk setiap kategori penurunan nilai.

“Tidak adanya panduan rinci dan prosedur mungkin membuat pilot tidak dapat menilai kondisi fisik dan mental mereka dengan baik,” tulis KNKT.

Oleh karena itu, KNKT merekomendasikan Batik Air untuk menyusun panduan dan prosedur rinci demi memastikan bahwa daftar periksa pribadi IM SAFE dapat digunakan untuk menilai kondisi fisik dan mental pilot dengan benar.

Prosedur Darurat Keselamatan (SEP) Batik Air menjelaskan prosedur untuk melakukan pemeriksaan kabin yang juga memuat kebijakan bahwa kokpit harus diperiksa setiap 30 menit.

Namun, investigasi KNKT tidak menemukan prosedur rinci untuk melakukan pemeriksaan kokpit sebagaimana disebutkan dalam SEP seperti siapa yang bertanggung jawab dan bagaimana melakukannya.

“Tidak adanya prosedur rinci mungkin menjadi penyebabnya kebijakan pemeriksaan kokpit tidak dapat diterapkan dengan baik,” tulis KNKT dalam laporannya.

Oleh karena itu, KNKT merekomendasikan Batik Air untuk menyusun prosedur rinci dalam melakukan pemeriksaan kokpit untuk memastikan bahwa pemeriksaan kokpit dapat dilaksanakan dengan baik.

Menanggapi hasil investigasi dan rekomendasi KNKT, Danang Mandala Prihantoro dari Batik Air mengakatan bahwa pihaknya berkomitmen untuk menerapkan seluruh rekomendasi keselamatan.

“Sebagai bagian dari upaya tersebut, Batik Air memperkuat program pembinaan dan meningkatkan prosedur keselamatan operasional penerbangan terhadap semua awak pesawat.” kata Danang dalam pernyataan tertulisnya.

Dengan kebijakan waktu istirahat yang memadai, lanjut Danang, Batik Air menekankan kembali pemahaman akan pentingnya memaksimalkan waktu istirahat bagi awak pesawat agar tetap dalam kondisi prima sebelum melaksanakan tugas terbang.

“Ini merupakan langkah penting dalam upaya selalu mempertahankan standar tertinggi dalam keselamatan penerbangan,” tegas Danang.

Apa yang semestinya dilakukan agar insiden tak berulang?

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, M Kristi Endah Murni, mengatakan maskapai perlu memperhatikan waktu dan kualitas istirahat pilot dan awak pesawat lainnya, yang mempengaruhi kewaspadaan dalam penerbangan.

Dia juga menambahkan pihaknya akan meninjau ulang manajemen risiko maskapai tersebut.

“Kami akan melakukan investigasi dan review terhadap Night Flight operation di Indonesia terkait dengan Fatigue Risk Management (manajemen risiko atas kelelahan) untuk Batik Air dan juga seluruh operator penerbangan,” jelas Kristi.

Untuk mencegah terulangnya insiden ini, pengamat penerbangan Alvin Lie menekankan perlu kajian lebih lanjut tentang pola shift dan pemantauan kualitas istirahat awak pesawat, tak hanya pilot tapi juga awak kabin.

Selain itu, masakapai dan regulator sebaiknya secara sistematik lakukan pemantauan kebugaran kejiwaan awak pesawat.

“Medical check tidak hanya aspek fisik tapi juga aspek psikiatri.”

Demikian juga, lanjut Alvin, perlu perbaikan sistem interaksi awak kabin dengan pilot, terutama dalam penerbangan tengah malam atau dini hari.

“Jadwal kunjungan awak kabin ke kokpit perlu ditingkatkan.”

“Pada penerbangan normal setiap 30 menit. Untuk penerbangan tengah malam mungkin dapat dipercepat jadi setiap 15 menit,” cetusnya.
sumber: bbc

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.