Adin – Hari terakhir kampanye nasional diisi oleh para capres-cawapres melakukan kampanye akbar di beberapa tempat. Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar melakukan kampanye besar-besaran di Jakarta Internasional Stadium.
Paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming sukses mengumpulkan ratusan ribu orang di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. Terakhir Ganjar Pranowo-Mahfud MD menggelar kampanye akbar di Kota Solo.
Ribuan massa pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD meneriakkan yel-yel menyindir calon wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka yang juga Wali Kota Solo.
Mereka meneriakkan dan memekikkan bahwa Solo bukan milik Gibran. “Solo Bukan Gibran, Solo Bukan Gibran,” pekik pendukung Ganjar-Mahfud yang bernada seperti suporter sepak bola itu di Benteng Vastenberg, Kota Solo, Sabtu (10/2/2024) pagi.
Gibran merupakan Walikota Solo yang juga cawapres Prabowo Subianto. Gibran tidak mengundurkan diri selaku Walikota Solo walaupun jadi cawapres. Ayah Jan Ethes ini sukses jadi Walikota Solo dengan kendaraan politik utama PDI Perjuangan.
Pada kontestasi pemilu 2024 PDI Perjuangan menjadikan Ganjar Pranowo sebagai capres. Dahulu Gibran merupakan kader PDI Perjuangan, sehingga wajib mendukung Ganjar Pranowo sebagai capres.
Tapi kemudian Gibran di luar dugaan melakukan manuver esktrim yang mengejutkan seluruh rakyat Indonesia. Gibran yang dianggap akan setia dengan PDI Perjuangan tetapi malah menyebrang ke arah lawan.
Manuver Gibran ini dianggap tidak etis, tidak beretika, bagaikan kacang lupa akan kulitnya. Gibran bahkan dianggap pengkhianat oleh beberapa pihak. Tetapi semuanya seolah tidak dipedulikan oleh Gibran dan keluarga.
Kota Solo sejatinya kandang banteng sehingga Gibran yang waktu itu diusung jadi calon Walikota Solo bisa dengan mudah memenangkan Pilwakot Solo. Ketika menjabat sebagai Walikota Solo, kinerja Gibran banyak disorot, gerak geriknya selalu menjadi liputan media. Sehingga popularitasnya terus menanjak seiring berjalannya waktu.
Gibran dan Solo sudah sangat identik, nama Gibran melejit karena Solo dan Solo pun sekarang lebih maju karena ada peran Gibran di dalamnya. Tetapi ketika Gibran memutuskan untuk jadi cawapres Prabowo Subianto, dirinya seolah melepaskan banyak hal.
Masyarakat Solo mungkin banyak yang beranggapan bila Gibran terlalu berambisi untuk jadi pejabat tinggi secepatnya. Baru 4 tahun jadi jadi Walikota Solo sudah langsung mlompat jadi cawapres.
Lompatan ini sudah dianggap tidak biasa, apalagi melihat prosesnya publik cenderung mengernyitkan dahi. Gibran bisa jadi cawapres dengan jalan berubahnya aturan yang tadinya harus berusia minimal 40 tahun, sekarang bisa kurang asal punya pengalaman menjabat sebagai pejabat publik seperti Walikota atau Bupati.
Teriakan ‘Solo bukan Gibran’ seolah protes masyarakat Solo bahwa Gibran harus ingat, masyarakat Solo mendukungnya jadi Walikota Solo karena PDI Perjuangan, bukan karena Gibran itu sendiri.
Jadi Gibran harus ingat kepada PDI Perjuangan yang telah berjasa besar mengantarkan dirinya seperti sekarang ini.
sumber: seword