Uni Emirat Arab (UEA) berencana untuk tetap mempertahankan hubungan diplomatik dengan Israel meskipun adanya kecaman internasional atas meningkatnya korban tewas akibat perang di Gaza. (Foto: Reuters)
Uni Emirat Arab (UEA) berencana untuk tetap mempertahankan hubungan diplomatik dengan Israel meskipun adanya kecaman internasional atas meningkatnya korban tewas akibat perang di Gaza. Abu Dhabi juga berharap dapat memiliki pengaruh untuk meredakan serangan Israel sambil menjaga kepentingan mereka sendiri, demikian menurut empat sumber yang akrab dengan kebijakan Pemerintah UEA.
Abu Dhabi menjadi negara Arab paling terkemuka yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel dalam 30 tahun di bawah Perjanjian Abraham (Abraham Accords) yang dimediasi Amerika Serikat (AS) pada 2020. Hal tersebut membuka jalan bagi negara-negara Arab lainnya untuk menjalin hubungan mereka sendiri dengan Israel. Hubungan negara-negara Arab tersebut menerobos batasan tabu dalam hal menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel tanpa pembentukan negara Palestina.
Presiden UEA Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan pada bulan lalu berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Para pejabat UEA secara terbuka mengutuk tindakan Israel dan berulang kali menyerukan diakhirinya kekerasan.
Menanggapi permintaan komentar atas isu tersebut, seorang pejabat UAE mengatakan prioritas utama negaranya adalah memastikan gencatan senjata dan membuka koridor kemanusiaan.
UAE dan Israel berhasil menjalin kerja sama dalam bidang ekonomi dan keamanan selama tiga tahun terakhir. Namun, di sisi lain Abu Dhabi tidak terlalu berhasil dalam mengekang serangan di Gaza, yang menyebabkan kematian lebih dari 11.000 orang, menurut para pejabat Palestina. Hamas menewaskan sekitar 1.200 orang dalam serangannya terhadap Israel pda 7 Oktober, dan menyandera sekitar 240 orang, kata pihak berwenang Israel.
Di tengah kebuntuan tersebut, UEA semakin frustrasi terhadap mitra keamanan terpentingnya, Washington, yang diyakini tidak memberikan tekanan yang cukup untuk mengakhiri perang, kata keempat sumber tersebut.
UEA secara terbuka menyatakan keprihatinannya bahwa perang tersebut kini berisiko memicu ketegangan regional dan gelombang ekstremisme baru di Timur Tengah.
Seorang pria melihat orang-orang yang terpantul di jendela pecah pada sebuah bangunan yang rusak di Jalur Gaza selatan, pada 12 November 2023.
UEA masih menerima duta besar Israel dengan tangan terbuka. Dan tidak terlihat adanya langkah-langkah untuk mengakhiri hubungan diplomatik, yang merupakan prioritas strategis jangka panjang Abu Dhabi, kata sumber tersebut.
Kesepakatan tersebut sebagian dimotivasi oleh keprihatinan bersama atas ancaman yang ditimbulkan oleh Iran, serta penyesuaian kebijakan luar negeri Abu Dhabi yang didorong oleh ekonomi. UEA memandang Iran sebagai ancaman terhadap keamanan regional, meskipun dalam beberapa tahun terakhir UEA telah mengambil langkah-langkah diplomatik untuk meredakan ketegangan.
Israel dan UEA telah mengembangkan hubungan ekonomi dan keamanan yang erat dalam tiga tahun sejak normalisasi, termasuk kerja sama pertahanan. Israel memasok sistem pertahanan udara kepada UEA setelah serangan rudal dan drone di Abu Dhabi pada awal 2022 yang dilakukan oleh gerakan Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman. [ah/ft]
sumber: voa