SUMBER GAMBAR, GETTY IMAGES
Keterangan gambar,
Pemimpin hamas di Gaza pernah mengklaim bahwa mereka punya terowongan hingga sepanjang 500km.
Israel mengatakan akan menyerang bagian-bagian dari labirin terowongan rahasia yang dibangun di bawah Jalur Gaza oleh Hamas, seiring mereka terus melancarkan serangan balasan atas serangan lintas-perbatasan kelompok milisi Islam Palestina tersebut pada hari Sabtu, 7 Oktober lalu.
“Bayangkan Jalur Gaza itu satu lapisan untuk warga sipil dan kemudian satu lapisan lagi untuk Hamas. Kami mencoba untuk sampai ke lapisan kedua yang telah dibangun Hamas,” kata seorang juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dalam sebuah video pada hari Kamis (12/10).
“Ini bukan bunker untuk warga sipil Gaza. Ini hanya untuk Hamas dan teroris lainnya sehingga mereka dapat terus menembakkan roket ke Israel, untuk merencanakan operasi, untuk meluncurkan teroris ke Israel,” klaim mereka.
Sangat sulit untuk menentukan ukuran jejaring terowongan tersebut, yang dijuluki Israel “Gaza Metro” karena diyakini membentang di bawah wilayah yang panjangnya hanya 41 km dan lebarnya 10 km.
Menyusul konflik pada tahun 2021, IDF mengatakan telah menghancurkan lebih dari 100 km terowongan dalam serangan udara. Sementara itu, Hamas mengeklaim bahwa terowongannya membentang sepanjang 500 km dan hanya 5% yang terkena serangan.
Untuk menempatkan angka-angka itu ke dalam perspektif, panjang saluran kereta api London Underground 400 km dan sebagian besarnya berada di atas tanah.
Pembangunan terowongan dimulai di Gaza sebelum Israel menarik pasukan dan pemukimnya pada tahun 2005.
Namun Hamas menggenjot pembangunan setelah mereka menguasai Jalur Gaza dua tahun kemudian, yang mendorong Israel dan Mesir untuk mulai membatasi pergerakan barang dan orang masuk dan keluar demi alasan keamanan.
Pada puncaknya, hampir 2.500 terowongan yang berada di bawah perbatasan Mesir digunakan untuk menyelundupkan barang-barang komersial, bahan bakar dan senjata oleh Hamas serta kelompok militan lainnya.
Penyelundupan menjadi kurang penting bagi Gaza setelah tahun 2010, ketika Israel mulai mengizinkan lebih banyak barang diimpor melalui perlintasannya.
Mesir kemudian menghentikan penyelundupan dengan membanjiri atau menghancurkan terowongan.
Terowongan digali di bawah perbatasan Mesir untuk membawa berbagai macam barang dan senjata.
Hamas dan faksi lainnya juga mulai menggali terowongan untuk menyerang pasukan Israel.
Pada tahun 2006, Hamas menggunakan satu terowongan yang berada di bawah perbatasan dengan Israel untuk membunuh dua tentara Israel dan menangkap tentara ketiga, Gilad Shalit, yang mereka sandera selama lima tahun.
Pada tahun 2013, IDF menemukan terowongan sepanjang 1,6 km dan kedalaman 18 m yang dilapisi dengan atap dan dinding beton yang mengarah dari Jalur Gaza ke sepetak lahan di dekat sebuah kibbutz (permukiman) Israel setelah penduduk mendengar suara-suara aneh.
Tahun berikutnya, Israel menyebutkan perlunya memberantas ancaman serangan milisi yang menggunakan “terowongan teror” di bawah perbatasan untuk serangan besar-besaran baik udara maupun darat di Gaza.
IDF mengatakan pasukannya menghancurkan lebih dari 30 terowongan selama perang. Namun sekelompok milisi juga dapat menggunakan salah satu terowongan untuk melancarkan serangan yang menewaskan empat tentara Israel.
“Terowongan lintas batas ini cenderung sederhana, artinya hampir tidak ada fortifikasi. Terowongan ini digali untuk satu tujuan saja, yaitu untuk menyerang wilayah Israel,” kata Dr Daphné Richemond-Barak, pakar perang bawah tanah yang mengajar di Universitas Reichman di Israel.
“Terowongan di dalam Gaza berbeda karena Hamas menggunakannya secara rutin. Terowongan ini mungkin lebih nyaman untuk digunakan dalam jangka waktu yang lebih lama. Terowongan tersebut pastinya dilengkapi dengan fasilitas untuk menunjang kehadiran yang lebih lama dan berkelanjutan.”
“Para pemimpin bersembunyi di sana, mereka memiliki pusat komando dan kendali, mereka menggunakannya untuk transportasi dan jalur komunikasi. Mereka dilengkapi dengan listrik, penerangan, dan rel. Anda dapat lebih banyak bergerak dan berdiri.”
Dia berkata Hamas tampaknya telah “menyempurnakan seni” pembangunan dan peperangan terowongan dalam beberapa tahun terakhir, setelah belajar banyak dengan mengamati taktik pejuang pemberontak Suriah di Aleppo dan militan jihadis dari kelompok yang menyebut diri mereka Negara Islam (ISIS) di Mosul.
Terowongan di dalam Gaza diyakini berada hingga 30 m di bawah permukaan tanah dan memiliki pintu masuk yang terletak di lantai rumah, masjid, sekolah, dan bangunan umum lainnya untuk memungkinkan militan menghindari deteksi.
Membangun jaringan terowongan juga harus dibayar oleh penduduk setempat. IDF telah menuduh Hamas mengalihkan jutaan dolar yang diberikan ke Gaza sebagai bantuan, untuk membayar terowongan serta puluhan ribu ton semen yang seharusnya digunakan untuk membangun kembali rumah-rumah yang hancur dalam perang sebelumnya.
Ada kemungkinan bahwa terowongan lintas batas digunakan oleh militan Hamas dalam serangan akhir pekan lalu di Israel, yang menewaskan sedikitnya 1.300 orang, sebagian besar warga sipil, dan lebih dari 150 lainnya disandera. Ada laporan bahwa pintu keluar terowongan ditemukan di dekat kibbutz Kfar Aza, tempat puluhan warga sipil dibantai.
Jika itu terkonfirmasi, berarti terowongan tersebut dibangun di bawah penghalang beton di bawah tanah yang dilengkapi dengan sensor pendeteksi anti-terowongan canggih, yang baru selesai dipasang oleh Israel pada akhir tahun 2021.
Dr Richemond-Barak mengatakan ini akan mengejutkan, namun dia menekankan bahwa tidak ada sistem deteksi terowongan yang sempurna.
“Inilah sebabnya terowongan telah digunakan sejak dahulu kala dalam perang, karena tidak ada cara untuk mencegahnya.”
Anggota Brigade al-Quds, sayap militer Jihad Islam, menjaga terowongan di bawah Jalur Gaza.
Dia juga memperingatkan bahwa tidak realistis bagi pemerintah Israel dan masyarakat umum untuk percaya bahwa IDF dapat menghancurkan seluruh jaringan terowongan Hamas di Gaza, sementara ratusan ribu tentara sedang berkumpul di dekatnya untuk bersiap melakukan operasi darat.
“Akan ada bagian dari jaringan di mana warga sipil, apa pun alasannya, tidak akan mengungsi… Beberapa bagian dari jaringan bawah tanah tidak diketahui. Dan bagi beberapa di antaranya, dampak kerusakannya akan terlalu tinggi.”
Menghancurkan terowongan juga akan mengakibatkan banyak korban jiwa – baik di antara pasukan Israel di lapangan, warga sipil Palestina, maupun para sandera, dia memperingatkan.
Lebih dari 1.500 warga Palestina di Gaza, banyak dari mereka adalah warga sipil, telah tewas dalam serangan udara balasan Israel sejak Sabtu.
“Hamas sangat pandai menggunakan perisai manusia. Begitu serangan sudah dekat dan mereka mengetahuinya, mereka akan menempatkan warga sipil yang tidak bersalah di atas gedung. Ini telah memaksa Israel untuk membatalkan serangan berkali-kali,” kata Dr Richemond-Barak.
“Setelah menguasai teknik ini, Hamas dapat dengan mudah menggunakannya dalam konteks terowongan dan dengan mudah menyandera orang Israel, Amerika, dan lainnya di dalamnya.”
Selama konflik tahun 2021, serangkaian serangan udara dahsyat di Kota Gaza menyebabkan tiga bangunan tempat tinggal runtuh dan menewaskan 42 orang.
IDF mengatakan pihaknya menyasar terowongan bawah tanah, namun ketika terowongan tersebut runtuh, fondasi bangunan juga ikut runtuh.
Tiga bangunan runtuh di Kota Gaza pada 2021 setelah terowongan di dekatnya kena hantam serangan udara Israel.
Jaringan terowongan juga akan membuat keunggulan yang dimiliki IDF dalam hal teknologi dan intelijen jadi percuma, memperbesar kesulitan perang di perkotaan, serta menimbulkan ancaman mematikan bagi pasukan Israel, menurut Dr Richemond-Barak.
“Pertama-tama, Hamas punya banyak waktu untuk memasang jebakan pada seluruh jaringan,” katanya. “Mereka bisa saja membiarkan tentara masuk ke dalam jaringan terowongan dan akhirnya meledakkan semuanya.”
“Mereka bisa menculik [tentara dalam serangan mendadak]. Dan kemudian Anda menghadapi risiko lainnya – kehabisan oksigen, melawan musuh dalam pertarungan satu lawan satu, dan menyelamatkan tentara yang terluka menjadi hal yang hampir mustahil.”
Dia menambahkan: “Bahkan kalau Anda tidak masuk ke dalam terowongan, mengamankan area yang Anda curigai mungkin ada terowongan sangat berbeda dengan mengamankan area pada umumnya. Di sini, Anda harus mengamankan sesuatu yang tidak terlihat.”
Namun, pasukan Israel punya beberapa cara untuk mengurangi risiko tersebut.
Menurut Colin Clarke, direktur penelitian di konsultan keamanan Soufan Group, ini dapat termasuk mengirimkan drone dan kendaraan tak berawak ke dalam terowongan untuk memetakannya dan mengidentifikasi jebakan-jebakan sebelum tentara membersihkannya.
Pesawat tempur juga bisa menjatuhkan bom “penghancur bunker”, yang menembus jauh ke dalam tanah sebelum meledak. Namun, hal tersebut akan menimbulkan risiko kerusakan tambahan karena padatnya medan perkotaan.
sumber: bbc