Xhardy – Indonesia memang resmi batal jadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Tapi saya flashback lagi, karena ini terjadi sebelum pembatalan.
Plt Menpora Muhadjir Effendy mengatakan masyarakat tak perlu khawatir jika Piala Dunia U-20 batal digelar di Indonesia seolah bakal terjadi kiamat.
“Kita enggak usah terlalu melihat ada suatu hal yang bakal terjadi luar biasa itu,” kata Muhadjir.
Dia meminta supaya masyarakat tidak terhanyut dengan euforia dan protes yang mewarnai Piala Dunia U-20 hingga melupakan cita-cita besar pembangunan manusia yang harus terancang dan terprogram dengan baik.
“Jadi sebetulnya hiruk pikuk U-20 ini sebetulnya bukan bagian yang betul-betul besar dalam konteks pembangunan manusia Indonesia,” katanya.
Iya, bukan kiamat. Tapi bagi yang terkait dengan sepakbola pasti akan menganggap ini kiamat. Bagi pemain timnas U-20, ini adalah impian di depan mata, sirna dan hangus begitu saja. Timnas Indonesia dapat jackpot saat jadi tuan rumah. Tanpa status tuan rumah, Indonesia takkan bisa bertanding karena tidak lolos kualifikasi.
Ibarat dapat hadiah uang yang besar, kita sudah DP mobil, rumah dan kebutuhan lainnya, ternyata hadiahnya dibatalkan. Siapa yang bilang itu bukan kiamat?
Bukan cuma khawatir soal batalnya Indonesia sebagai tuan rumah, tapi juga khawatir karena ini adalah kekalahan negara terhadap tekanan ormas dan kelompok mabuk agama. Siapa yang tidak resah ketika negara terlihat bagai pengecut, ditekan dan diprotes sedikit saja langsung menciut dan tidak berani menindak tegas hingga FIFA pun geleng kepala.
Yang paling fatal adalah kepala daerah ikutan bikin gaduh dengan menolak dengan alasan bela Palestina dan mengemban amanat Bung Karno. Yang satu pakai surat, yang satu pakai kekuatan media.
Muhadjir beranggapan pelaksanaan olahraga bukan satu-satunya prioritas yang benar-benar menentukan masa depan Indonesia.
“Hanya berada di bagian lingkaran kecil sehingga saya dengan segala hormat saya ingin menyampaikan bahwa dilihat dari skala prioritas sebetulnya bukan menjadi prioritas yang benar-benar menentukan masa depan Indonesia,” kata dia.
Dia mengatakan jangan sampai pelaksanaan olahraga, yang sebetulnya tidak dalam posisi strategis pembangunan manusia di Indonesia, menyita perhatian dan energi masyarakat sehingga melupakan program lain di Indonesia yang belum tuntas.
Bukan prioritas? Kalau begitu, ngapain Jokowi capek-capek gelontorkan uang untuk membangun infrastruktur buat MotoGP di Mandalika, F1 Power Boat di Danau Toba dan lainnya? Untuk apa Jokowi berharap Indonesia bidding sebagai tuan rumah Olimpiade dan World Cup?
Itu tujuannya untuk mengangkat derajat negara sehingga dapat respek dan kepercayaan. Trust itu untuk jangka panjang supaya Indonesia dilirik, lalu menarik banyak investasi.
Dengan sikap yang bertabrakan tekait kehadiran Timnas Israel, membuat banyak orang hilang kepercayaan. Dimulai dari FIFA. Next, jangan harap Olimpiade dan World Cup bisa digelar di sini. Peluang Israel tampil tetap ada. Next, dunia akan kehilangan respek karena masalah politik dan olahraga dicampuraduk. Pemerintah dianggap plin plan, mau mengajukan diri sebagai tuan rumah, tapi pilih-pilih dan mau seenaknya mengusir peserta negara lain atas dasar sentimen politik dan agama.
Gak usah munafik deh, Anda sebagai investor besar, kira-kira mau gak invest di negara model begini? Isu yang tak seharusnya ditarik ke bidang lain tapi dicampuraduk.
Jokowi sedang membangun trust, agar dunia internasional percaya dengan Indonesia. Tapi sekarang, sebagian pejabat malah bikin gaduh berlagak cari perhatian demi ambisi politik. Bahkan ada partai yang juga ikut-ikutan. Bertahun-tahun berjuang bidding jadi tuan rumah, tapi mereka tidak hargai perjuangan itu demi sebuah negara Palestina.
Coba lihat deh di Palestina, apakah ada rakyatnya demo sampai gaduh demi bela Indonesia? Dukung tapi tidak sampai bikin ribut satu negara. Dukung ya boleh, tapi jangan memecah belah rakyat sendiri.
Demi bela Palestina, mereka bikin satu negara gaduh. Kalau Indonesia kena sanksi, apakah mereka bakal bela Indonesia dan bikin aksi bertajuk #SaveIndonesia? Gak akan deh. Mereka gak bakalan demo berjilid-jilid sampai FIFA terkencing-kencing. Mereka malah netral dan bijak.
Giliran bela Palestina, mereka rela dan tega merusak harga diri Indonesia. Jadi mereka ini pembela Palestina atau pengkhianat Indonesia? Bagusan minggat aja, pindah ke Palestina, ikut perang lawan Israel dan buang kewarganegaraan. Cinta Palestina, jangan cuma berani teriak di Indonesia. Pindah ke Palestina jauh lebih relevan.
Berani? Jelas gak berani. Modal ngomong doang, nyali kecil, demi suara politik, bukan beneran bela Indonesia. Inilah contoh munafik sebenar-benarnya.
Bagaimana menurut Anda?
sumber: seword