MENGAPA INFRASTRUKTUR DI KARO AMBURADUL..?

Saya hanyalah salah satu saksi (diantara ribuan saksi) , bahwa ketika Jokowi selesai dilantik menjadi presiden RI pada tahun 2014, Tanah Karo adalah daerah yang pertama sekali dia kunjungi. Jokowi belum kemana², langsung ke Tanah Karo, beberapa saat setelah dilantik. Dan itu terjadi beberapa kali. Bahkan Tanah Karo adalah daerah kampanye kedua Jokowi, setelah Papua. Dan di Sumatera Utara, Tanah Karo adalah satu²nya tempat kampanye Jokowi, selain kota Medan. Danau Toba yang dibangga²kan itu belum menjadi perhatian Jokowi.

Saya tahu persis hal ini karena terlibat aktif dalam memperjuangkannya.

Apa artinya itu?

Artinya Jokowi sudah mengulurkan tangan. Ingin membantu penyelesaian masalah² di Kab. Karo, khususnya persoalan infrastruktur yang amburadul. Jokowi sudah menjadikan Tanah Karo sebagai daerah prioritasnya. Jokowi sudah menjadikan Tanah Karo sebagai perhatian utama dan pertamanya.

Tapi apa lacur?

Tak ada bukpati Karo yang ikut mengulurkan tangan. Tak ada gubernur yang pro aktif menyambut tangan Jokowi. Pemkab Karo, Pemprov Sumut, merasa tidak butuh Jokowi. Dan itu membuat Jokowi terpaksa mencari daerah lain untuk dikembangkan. Yang pemerintahnya responsif. Yang masyarakatnya responsif. Sebab dia harus membangun Indonesia.

Papua responsif. Akhirnya berdirilah gedung olah raga sekaligus penyelenggaraan Pekan Olah Raga nasional. Untuk pertama kali dalam sejarah bumi. Kalimantan responsif. Ibu Kota Negara langsung dipindah kesana. Pertama kali dalam sejarah bumi. Sulawesi responsif. Kereta api sudah menyusuri jalan disana. Pertama kali juga dalam sejarah bumi. Bahkan Jabar, Sumbar dan NTB, yang adalah daerah² yang amat membenci Jokowi, merasakan kue pembangunan yang luar biasa. Mereka tidak memilih Jokowi, tapi mau menerima uluran tangannya untuk membangun daerah mereka.

Jangan salahkan pemerintah pusat untuk “kebodohan” Kita sendiri. Kitalah yang memillih buk pati. Kitalah yang memilih Gubernur. Kitalah yang memilih DPRD. Kitalah yang memilih semua “danga-danga” itu. Dan Kitalah yang akhirnya merasakan akibatnya. Maka kalau mereka tidak responsif terhadap presiden RI, Kitalah yang harus belajar sebaik²nya.

Lalu mengapa sekarang banyak orang menyalahkan pemerintah pusat atas kondisi Karo? Hanya ada 2 kemungkinan:

1. Mereka tidak paham atas situasi. Mereka berharap sangat tinggi atas kemenangan Jokowi di Karo, yang mengalahkan suara Jokowi di Solo, di kampung halaman Jokowi, dimana dia pernah jadi walikota selama 2 periode, namun merasa ditinggalkan.

2 Mereka memang pembenci Jokowi sejak semula, dan sedang mencari² sasaran tembak untuk mempengaruhi masyarakat agar ikut membenci Jokowi. Mereka ini mulutnya berbisa. Kalau masyarakat bisa dipengaruhi untuk membenci Jokowi, mereka berharap capres berikutnya pemenangnya adalah antitesa Jokowi.

Sebagai salah satu relawan Jokowi di Tanah Karo di pilpres 2014 dan 2019, sedikit banyak Saya pun paham kendala kemajuan daerah ini.
sumber: Leo Tarigan & fb

This entry was posted in Berita, Berita dan Informasi Utk Takasima, Informasi Untuk Kab. Karo, Taneh Karo Simalem. Bookmark the permalink.