TIMNAS GARUDA BUTUH PELATIH MENTAL, BUKAN PELATIH ASING

Dahono Prasetyo – Pada level Asia Tenggara, tim sepak bola Indonesia termasuk yang masih labil untuk urusan prestasi. Generasi berganti, pelatih juga, namun untuk menjuarai sebuah turnamen sekelas negara Asean masih penuh pesimistis, jika mau jujur.

Beberapa pemain berbakat disatukan dalam sebuah tim, ternyata bukan persoalan mudah. Bonus pemain naturalisasi yang diharap menularkan skill dan pengalamannya tidak juga berbuah positif. Pelatih asing keluar masuk silih berganti mirip ingus. Tidak juga menjadikan kualitas permainan sepak bola kita meningkat, lebih mirip jalan ditempat (?)

Kualitas pemain yang berada dalam satu tim nasional sudah pasti pilihan hasil seleksi “ketat” (meski beredar rumor beraroma KKN). Skill individu mereka sudah pasti di atas rata-rata ribuan pemain yang merumput di Liga 1 apalagi Liga Tarkam. Artinya persyaratan teknik bermain bola sudah selesai.

Namun ceritanya menjadi berbeda ketika disatukan berada dalam satu strategi kepelatihan. Kumpulan pemain “luar biasa” saat bersatu justru menjadi biasa saja, berarti ada persoalan besar yang paling mendasar.

Mental bertanding kumpulan pemain terbaik kita masih buruk.

Mental bertanding terkait erat dengan emosional perasaan individu. Semangat memenangkan pertandingan dalam situasi apapun masih menjadi PR besar yang belum tuntas.

Teror penonton, pemain lawan, beban harus menang harapan jutaan pecinta bola hingga kepercayaan diri tidak ada hubungannya dengan kelebihan skill yang dimiliki.

Mental bertanding individu yang bersifat kolektif antar sesama pemain belum merata. Dari 11 pemain lebih separuhnya belum memiliki mental bertanding yang sama. Yang terjadi kesalahan demi kesalahan sendiri bergantian terjadi pada masing-masing pemain. Tehnik ber-sepak bola menjadi tidak berarti, bahkan untuk memberi umpan-pun tidak tahu mana yang benar dan salah. Dan sepak bola bukan permainan individu, tapi gerakan tanpa bola pemain lain bisa jadi sebab lahirnya gol

Jadi sebesar apa mental pemain timnas Indonesia? Buruk bukan berarti tidak ada. Tetapi barangkali lupa atau tidak terasah dan terjalin dengan benar.

Siapakah orang yang bisa paham mental pemain Indonesia, ternyata bukan Shin Tae-yong sang pelatih yang bukan orang Indonesia itu. Yang paham mental pemain Indonesia ya pelatih dari Indonesia. Bagaimana kultur, budaya, kebiasaan pesepakbola Indonesia masih kental menggelayuti pemain.

Jadi sudah saatnya Timnas Indonesia dilatih orang Indonesia lagi. Bukan untuk melatih fisik, strategi, skill, tendangan pisang atau drible. ….tetapi lebih tepatnya pelatih mental.

Para Mentalist, ada lowongan buat anda anda….
sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.