Xhardy – Minggu lalu, Penjabat Gubernur DKI Heru Budi Hartono hadir di acara Festival Dayung Ciliwung yang digelar oleh Kementerian PUPR serta Kementerian BUMN di Sungai Ciliwung
Heru datang bersama Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono.
Memang acara ini adalah dalam rangka kegiatan mendayung menyusuri sungai dari Muara Sungai Ciliwung Pasar Rumput sampai Dukuh Atas.
Sebelum saya bahas poin pentingnya, Heru berterimakasih kepada Basuki karena mengadakan acara Festival Dayung Ciliwung. Acara ini bukan sekadar acara lomba dayung, tapi ada misi penting, yaitu mengkampanyekan sebuah misi kepada masyarakat agar menjaga kebersihan kali. Heru juga mengajak warga mendukung program penanggulangan banjir.
Program penanggulangan banjir seperti apa yang dimaksud Heru? Tentu saja salah satunya adalah normalisasi sungai.
Dulunya air di Kali Ciliwung bersih dan banyak ikan. Seiring dengan padatnya penduduk akibat urbanisasi gila-gilaan dan kebiasaan buruk dari masyarakat, sungai berubah jadi jorok dan penuh sampah. Ikan-ikan itu pun hilang dari peredaran.
Lebar kali yang dulu bisa mencapai 25 meter, sempat menyusut tinggal lima sampai 10 meter karena sudah dipenuhi bangunan-bangunan liar di bantaran kali.
Kondisi ini terus terjadi hingga akhirnya muncullah Ahok yang berani menggebrak dan membereskan masalah di kali Ciliwung. Ahok melakukan normalisasi, yang artinya mengembalikan fungsi dan spesifikasi sungai seperti sedia kala. Dari yang sempit, dangkal dan kumuh, dikembalikan menjadi lebar, dalam dan tidak kumuh.
Tapi sayang, normalisasi sungai hanya berjalan sekitar 50 persen saja sebelum Ahok lengser karena kalah di Pilkada DKI.
Setelah itu, normalisasi pun mandek dan mangkrak. Pak Basuki tak bisa berbuat apa-apa karena harus menunggu pembebasan lahan yang merupakan tanggung jawab Pemprov DKI. Anies santai saja. Tidak melakukan apa pun. Pak Basuki pasrah.
Akhirnya Anies lengser dan normalisasi sungai pun dilanjutkan karena Heru lebih kooperatif dan mau bekerja sama menanggulangi banjir.
Makanya jangan heran di acara festival dayung ciliwung, Heru datang bersama dengan Pak Basuki. Keduanya terlihat kompak dan serasi.
Yang dapat panggung malah Heru. Hanya dengan kejelasan soal kelanjutan normalisasi sungai, Heru dapat berkah dan apresiasi di mana-mana. Bahkan ada warga yang begitu bahagia sampai mengadakan acara potong tumpeng karena Kali Angke dinormalisasi.
Anies dapat apa? Mana naturalisasi sungai dia banggakan itu? Naturalisasi apaan? Memangnya sungainya masih berstatus warga negara asing sehingga harus dinaturalisasi?
Festival Dayung Ciliwung ini adalah kado indah buat Anies yang terkenal gemar cuap-cuap. Masyarakat disadarkan bahwa sungai yang indah dan bersih bisa diwujudkan kalau pemimpinnya mau bekerja dan masyarakatnya mau diajak menjaga kebersihan.
Duet Heru dan Basuki adalah contoh nyata. Memang agak disayangkan Ahok tidak menjabat sebagai gubernur. Seandainya dia menang dan menjadi gubernur di periode kedua, mungkin hasilnya akan lebih spektakuler lagi. Jakarta melaju kencang, gas penuh tanpa rem. Di tangan Anies, Jakarta berjalan dengan rem, lambattttt sekali tapi dibilang melaju pesat melebihi kecepatan pesawat.
Dan pesan tersirat yang ingin disampaikan dalam festival dayung tersebut adalah Anies memang tak bisa kerja dan bandel kalau diajak kolaborasi. Mereka berdua ingin memberikan sentilan telak bahwa ada mantan gubernur yang telah membuang waktu sia-sia dengan menjual omongan tanpa tindakan.
Bayangkan saja, menyelesaikan normalisasi sungai saja Anies tidak bisa. Apalagi mau menyelesaikan persoalan negara yang ratusan kali lipat lebih besar dan rumit. Dengan apa Anies bisa membawa perubahan kalau selama ini yang dia perlihatkan hanyalah keahlian menata kata dan menjual janji surga?
Namanya aja koalisi perubahan, tapi perubahan yang mereka tawarkan adalah perubahan ke arah mundur ke belakang. Perubahan yang dimaksud mungkin perubahan yang lebih baik bagi oligarki di belakang Anies.
Jangan bilang Anies anti oligarki. Yang bilang Anies tanpa noda oligarki, berarti tak paham dengan kelompok di sekeliling Anies. Lihat saja pesawat yang dia naiki, maka itu sudah cukup membantah semuanya.
Akhir kata, warga jangan sampai tertipu lagi hingga kesekian kalinya. Heru dan Basuki adalah contoh nyata bagaimana pemimpin harusnya bekerja. Jangan mau diberi angin surga yang sebenarnya angin busuk yang disemprot parfum.
Bagaimana menurut Anda?
sumber: seword