SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES
Keterangan gambar,
Achraf Hakimi dan ibunya merayakan kemenangan Maroko atas Spanyol.
Piala Dunia 2022 di Qatar kembali menghadirkan kejutan. Maroko mampu menyingkirkan Spanyol dari babak 16 besar melalui adu penalti setelah bermain imbang 0-0 selama 120 menit.
Saat tendangan penentuan, perhatian tertuju ke Achraf Hakimi, mantan bek kanan Real Madrid kelahiran Spanyol. Pemain berusia 24 tahun itu memikul tanggung jawab di pundaknya. Tendangan membuahkan gol akan membawa Maroko lolos ke perempat final Piala Dunia pertama mereka.
Sang bek maju dan dengan dingin mengirimkan bola ke tengah gawang yang membuat semua pendukung dan pemain Maroko melompat kegirangan. Hakimi lantas melangkah menuju ibunya di tribun untuk merayakan kemenangan tersebut.
Maroko menjadi tim Afrika keempat – dan negara Arab pertama – yang mencapai babak delapan besar setelah Kamerun pada 1990, Senegal pada 2002, dan Ghana pada 2010. Tak satu pun dari tim ini yang pernah melangkah lebih jauh.
Usai pertandingan, Walid Reragui selaku manajer Maroko berkata: “Ini adalah pencapaian yang luar biasa dan mereka semua menyatukan perbedaan, mereka semua menunjukkan determinasi yang luar biasa.
“Kami tahu kami memiliki dukungan yang luar biasa di belakang kami dan kami mendapatkan energi dari itu untuk memberikan penampilan malam ini.”
Sedemikian besar prestasi mereka, Reragui menerima panggilan telepon dari Raja Maroko, Mohammed VI, setelah pertandingan.
“Luar biasa bagi orang Maroko menerima panggilan itu,” kata Reragui. “Dia selalu menyemangati kami dan dia memberi kami nasihat dan dia meminta kami untuk memberikan segalanya.
“Pesannya selalu sama, dia bangga dengan para pemain dan dia bangga dengan kami dan sebagai hasilnya kami ingin melangkah lebih jauh dan melakukan lebih baik lagi ke depannya.”
‘Tiada yang percaya, kami percaya’
Maroko sangat tidak diunggulkan dalam laga ini dan mereka paham itu.
Mereka berpegang teguh pada rencana permainan dengan tetap pada lini pertahanan yang tegas dan padat sehingga Spanyol hanya mampu melepaskan satu tembakan ke arah gawang.
Timnas Maroko bergeming walau timnas Spanyol asuhan Luis Enrique berupaya membuat Hakimi dan rekan-rekannya lengah dengan melakukan lebih dari 1.000 operan.
Anak buah Reragui disemangati oleh para pendukung mereka, yang jauh melebihi jumlah pendukung Spanyol dengan nyanyian, tarian, dan cemoohan selama 120 menit penuh.
Sekelompok kecil pendukung timnas Spanyol di belakang gawang tidak hanya akan pergi dengan hati hancur, tetapi dengan gendang telinga berdenging sepanjang sisa malam itu.
Kapten tim Romain Saiss melambangkan semangat Maroko, bermain dengan cedera hamstring. Nayef Aguerd dari West Ham sangat luar biasa sebelum dia tertatih-tatih karena cedera, sementara gelandang Sofyan Amrabat mengganggu timnas Spanyol sepanjang pertandingan.
Reragui menambahkan: “[Spanyol adalah] salah satu tim terbaik di dunia, jika bukan yang terbaik. Kami tidak bisa bermain terlalu ke depan karena itulah yang mereka ingin kami lakukan.
“Kami sabar dan tahu jika kami sampai di sana, kami memiliki peluang dengan salah satu penjaga gawang terbaik di dunia. Kami berjuang untuk itu.”
Perayaan berlangsung di ibu kota Maroko, Rabat.
Salah seorang penggemar Maroko, Azam, merayakan kemenangan tim kesayangannya di luar stadion, mengatakan kepada BBC Sport: “Tidak ada yang percaya, kami percaya. Kami percaya kami juga bisa menang lagi.
“Tim ini adalah pahlawan. Kami mencintai mereka dan mereka bisa mencapai semifinal, lalu final, lalu mereka bisa mengangkat Piala Dunia. Kami tidak takut dengan Spanyol. Mereka menguasai bola, kami menang.
“Perayaan di Maroko akan seperti yang belum pernah Anda lihat. Ini akan luar biasa. Seperti perayaan di sini.”
Dan dia benar. Perayaan berlangsung di ibu kota Rabat sembari mereka menantikan kejutan lainnya pada hari Sabtu ketika mereka menghadapi juara Eropa 2016 Portugal yang melibas Swiss dengan skor 6-1 pada babak 16 besar.
sumber: bbc