PKS KATANYA MAU AJAK GERINDRA BERKOALISI SAMA DEMOKRAT DAN NASDEM, PRABOWO KUDU GIMANA?

Widodo SP – Ada kabar PKS berupaya merayu Partai Gerindra agar mau merapat ke koalisi yang berpotensi dihuni oleh PKS-NasDem-Demokrat meski sampai hari ini yang katanya koalisi bernama Koalisi Perubahan itu juga belum tampak solid, bahkan terancam bubar karena perbedaan kepentingan yang susah ketemu solusinya.

PKS kabarnya bersikeras mengajuka Aher sebagai bakal Cawapres, sedangkan Partai Demokrat mengisyaratkan “harga mati” untuk AHY karena nggak mungkin mengajukan nama lain, nanti Pepo SBY bisa marah. Hahaha…!

Kabar ini meski baru isu atau sebatas wacana, tapi terlihat menarik buat dibicarakan potensi terjadinya koalisi itu. Meski bagi saya kerugian besar akan dialami Gerindra karena sebagai partai besar dengan kandidat sekuat Prabowo, seharusnya nggak perlu menggubris partai-partai kecil dengan rekam jejak kurang bagus seperti PKS dan NasDem.

Sementara untuk potensi koalisi dengan Demokrat, mendingan Gerindra tolak mentah-mentah karena nantinya bisa-bisa koalisi itu akan coba disetir menurut keinginan SBY, melalui kehadiran AHY sebagai bakal Cawapres yang akan ditawarkan.

Prabowo juga mestinya sadar bahwa pada Pilpres 2014 dan 2019 lalu, dirinya hanya dimanfaatkan sehingga partai-partai kecil yang menempel ke Gerindra bisa meraup suara supaya bisa mengutus kadernya ke parlemen. Meski Prabowo sendiri juga diuntungkan dengan suara dari kelompok seperti pendukung PKS yang rasanya tidak mungkin dukung Jokowi pada masa itu.

Hanya, jika Prabowo ingin menjaga nama baiknya yang mulai pulih sejak bergabung dengan koalisi pemerintah (mengingat image Prabowo sempat rusak karena reaksi absurd saat meyakini dirinya menang sampai main presiden-presidenan), maka sebaiknya opsi berkoalisi dengan partai yang ada PKS-nya atau yang ada Anies-nya dicoret saja.

Baik PKS maupun Anies kan sudah kadung melekat dengan dukungan kelompok radikal dan mereka yang disebut “kadrun” dalam pentas politik nasional, itu akan berbahaya bagi citra Prabowo dan Gerindra pada 2024 nanti. Belum lagi potensi ditikung yang mungkin saja terjadi ketika “tujuan sampingan” sudah diperoleh dari “partai kecil” yang ngebet ingin berkoalisi, lantas tujuan utama yang menjadi fokus untuk di-goal-kan akan dikejar habis-habisan.

Akhirnya, kita tunggu saja bagaimana reaksi Prabowo Subianto soal wacana ini. Akankah gayung bersambut atau keinginan PKS untuk join dengan Gerindra hanyalah seperti cinta yang bertepuk sebelah tangan?

Kalau saja Prabowo mengikuti jargon politik yang melibatkan PKS selama ini, sebenarnya mudah saja bagi Prabowo membuat keputusan karena apa yang disampaikan atau dikehendaki oleh partai ini, maka yang perlu dicermati justru yang sebaliknya.

Apalagi sejak bergabung sebagai menteri dan masuk koalisi pemerintah, seharusnya tidak sulit bagi Prabowo mengambil sikap tegas … yakni menolak join dengan PKS, apa pun alasan dan berapa pun banyaknya “isi kardus” yang coba ditawarkan. Betul kan?

Begitulah kura-kura…
sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.