Orang menilai jokowi dari sudut pandang beragam. Ada yang menilai secara personal. Ada yang menilai dari aspek Sospolekbud dan agama. Ada yang menilai dari dia sebagai kader Partai. Tetapi menurut saya, pernilaian dari sudut pandang berbeda dengan narasi berbeda, itu tidak salah, juga tidak benar 100%. Kan engga ada manusia sempurna. Apalagi pemimpin yang tidak mungkin memuaskan semua orang. Tapi saya akan membahas tentang pandangan saya terhadap Jokowi dalam konteks dia sebagai Presiden.
Jokowi itu focusnya hanya soal agenda dia saja. Dia mau bangun infrastruktur. Ya itu aja focusnya. “ Kata teman saya waktu kami ngobrol di Spa. Memang agendanya terlalu besar bila dibandingkan presiden sebelumnya, apalagi APBN kita ruang fiskalnya sempit. Pasti sulit dapat dukungan Politik di DPR. Apalagi sudah kelaziman bagi presiden sebelumnya bahwa sisa anggaran APBN disalurkan via anggota DPR untuk Dapil masing masing. Ini cara efektif menjinakan DPR.
Jokowi maklumi itu, tapi bukan untuk menunda atau mundur dengan agendanya. Sisa anggaran APBN dia tidak alihkan ke anggota DPR untuk Dapil, tetapi dia arahkan untuk PMN BUMN. Lantas gimana menjinakan DPR? Jokowi pakai LBP sebagai Buldozer. Semua tahu, LBP disamping poltisi Golkar, dia juga lama berkecimpung di dunia intelijen. Dia kuasai semua kelemahan politisi. Ya LBP jadi buldozer di Senayan. Anggota DPR yang ngeyel pasti didekati LBP “ Mau masuk penjara atau dukung Presiden”
Untuk menjaga agendanya itu, dia tidak menggunakan kekuatan kelembagaan. Dia lebih memilih jalur silent lewat pendekatan personal. Itupun bukan dia yang lakukan tapi orang terdekat dia yang dipercaya. Kalau bisa didekati, Ya terus. Kalau engga bisa ,ya Jokowi punya cara jenial menghadapi oposannya. Mereka mati langkah dan akhirnya meradang tampa bisa berbuat apapun. Dia menjaga jarak saja. Tidak juga dimusuhi. Dicuekin ya.
Nah diluar agendanya, seperti penegakan hukum, sosial, politik, ekonomi, budaya, agama, dia serahkan kepada kelembagaan formal. Dia percaya distribusi kekuasaan dan percaya setiap lembaga punya agenda masing masing. Selagi tidak ganggu agenda dia, ya dia engga mau ikut campur terlalu jauh. Makanya dikritikpun dia tidak terganggu, bahkan merasa tertolong menjaga kelembagaan tetap di rel nya ” Boleh engga saya kritik pemerintah ? Kata saya pada satu kesempatan.
” Ya harus. Ini negara kita punya bersama. Kita perbaiki bersama sama ” Kata Jokowi.
Jadi kalau orang menilai Jokowi dari sisi hukum, sosial, politik, ekonomi, budaya, agama ya salah. Coba nilai dari agenda dia? tidak ada yang bisa bantah. Karena fakta berbicara. Semua terbukti dan progress nya mencengangkan. Mungkin setelah dia, tidak akan ada presiden yang bisa tandingi dia.
sumber: Erizeli Jely Bandoro & fb