SUMBER GAMBAR,JUNG YEON-JE/AFP
Keterangan gambar,
Sebagian besar korban meninggal dunia adalah para remaja yang berusia 20-an tahun.
Kepolisian Korea Selatan sedang menyelidiki apa yang menyebabkan pengunjung acara Halloween berdesak-desakan di satu ruas jalan sempit di ibu kota, Seoul pada Sabtu malam (29/1) yang mengakibatkan setidaknya 153 orang meninggal dunia.
Setidaknya 82 orang terluka dalam insiden di kawasan hiburan malam Itaewon yang menggelar perayaan Halloween pertama sejak Covid.
Laporan-laporan menggambarkan orang-orang yang putus asa akibat berdesak-desakan dan bertumpukan di atas satu sama lain.
Seorang kerabat atau teman korban tragedi Halloween di Itaewon, Seoul, tak kuasa menahan tangis.
Sebagian besar korban meninggal dunia adalah para remaja berusia 20-an tahun. Sembilan belas diantaranya diyakini warga negara asing.
Keterangan dari Kementerian LuarNegeri Indonesia menyebutkan, ada “dua WNI yang luka ringan” akibat tragedi itu.
“Kedua WNI tersebut saat ini dalam keadaan baik dan telah pulang dari rumah sakit,” kata Direktur Perlindungan WNI Kemenlu, Judha Nugraha, dalam keterangan tertulis, Minggu (30/10) siang.
Sejauh ini penyebab insiden ini masih diselidiki.
Setelah menggelar pertemuan darurat, Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol, memerintahkan membentuk tim untuk membantu merawat korban luka-luka.
Dia juga memerintahkan dilakukan penyelidikan atas kejadian itu.
Dengan jumlah korban tewas, ini adalah bencana paling mematikan di Korea Selatan sejak 2014, ketika kapal feri Sewol tenggelam yang menewaskan lebih dari 300 orang.
Dipadati hingga 100.000 orang
Itaewon adalah salah satu kawasan terpopuler di Seoul untuk kegiatan di malam hari.
Warga setempat dan orang-orang asing berduyun-duyun ke sana setiap akhir pekan, tetapi Halloween merupakan salah satu malam tersibuk sepanjang tahun.
Diperkirakan 100.000 orang datang untuk merayakan di sana pada Sabtu malam untuk menandai perayaan Halloween pertama kali sejak pandemi.
Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, menyerukan peninjauan kembali terhadap keamanan di tempat-tempat perayaan.
Orang-orang yang datang ke sana untuk berkumpul tidak dibatasi dan mereka tidak perlu memakai masker.
Suasana mulai tidak terkendali, agaknya, dimulai di satu gang sempit yang penuh sesak.
Foto dan video-video di media sosial menunjukkan jalan sempit itu dipadati banyak orang, dan mereka tidak bisa bergerak.
Satu video memperlihatkan orang-orang di sana sekuat tenaga untuk dapat bernapas.
Terdengar ‘jeritan penuh kesedihan’
Di tempat lain, beberapa orang petugas mencoba menarik orang-orang dari tumpukan mayat. Jeritan penuh kesedihan terdengar dari sana.
Jenazah korban, beberapa di antaranya mengenakan kostum Halloween, dibariskan di sepanjang jalan dengan ditutupi selimut.
Lainnya dibawa ke ambulans. Sebagian anggota masyarakat berusaha memberikan pertolongan pertama kepada mereka yang terbaring tak sadarkan diri.
Hal serupa juga dilakukan tim darurat yang dikirim untuk membantu para korban.
Jenazah korban, beberapa di antaranya mengenakan kostum Halloween, dibariskan di sepanjang jalan dengan ditutupi selimut biru.
Beberapa polisi berjalan di iruas jalan sempit di kawasan Itaewon, Seoul, lokasi di mana orang-orang berdesakan sebelum tragedi itu terjadi.
Pada hari Minggu (30/10), para kerabat dan orang-orang terdekat yang kehilangan sanak atau temannya berada di tempat kejadian untuk mencari tahu apakah orang yang mereka cintai ada di sana.
Tetapi jasad korban sudah dipindahkan dari satu ruas jalan ke sebuah gimnasium, agar anggota keluarganya dapat mengidentifikasinya.
‘Sangat sesak, nyaris tidak bisa bergerak’ – saksi mata
Sejumlah saksi mata menggambarkan kekacauan parah ketika jalan-jalan sempit di distrik Itaewon, Seoul, disesaki puluhan ribu orang.
Video-video yang beredar memperlihatkan kengerian, dan seorang saksi menyamakan bencana itu dengan sebuah film perang.
Lebih dari 150 orang meninggal, lebih dari 80 orang terluka.
Tayangan video itu menunjukkan kerumunan itu sangat sesak sehingga mereka nyaris tidak bisa bergerak.
Beberapa berhasil memanjat dinding dan keluar ke tempat yang aman.
Dalam kondisi putus asa, orang-orang membantu tim medis guna memberikan CPR kepada para korban.
Terlihat antrean panjang korban dalam kantong mayat di trotoar-trotoar.
Keluarga atau teman dari korban yang meninggal tidak kuasa menahan tangis.
Sebuah gang sempit yang landai menjadi jebakan maut malam itu.
Rupanya kerumunan orang-orang mendorong ke depan dan orang-orang di depan terjatuh.
Mereka kemudian terinjak-injak oleh orang-orang yang berada di belakang.
Sejumlah potongan video di Twitter menunjukkan tim penyelamat berusaha sekuat tenaga menarik orang-orang supaya dapat keluar dari kerumunan.
“Orang pendek seperti saya bahkan tidak bisa bernapas,” ungkap seorang saksi mata perempuan yang dikutip kantor berita AFP.
Dia mengatakan dia selamat karena dia berada di tepi gang, sementara “orang-orang di tengah paling menderita”.
Seorang saksi mata, yang juga jurnalis, Raphael Rashid mengatakan “tidak ada yang benar-benar mengerti apa yang sedang terjadi”.
Dia melanjutkan: ada polisi “yang terlihat putus asa berdiri di atas mobil berusaha memberi tahu supaya orang-orang meninggalkan kawasan itu sesegera mungkin”.
Seorang petugas medis di tempat kejadian, Dr Lee Beom-suk, mengatakan kepada penyiar lokal YTN bahwa dia mencoba menolong beberapa korban dengan CPR, tetapi “jumlahnya membludak, melebihi jumlah korban pertama di tempat kejadian.
Dia mengatakan “begitu banyak wajah korban yang pucat”.
“Saya tidak bisa menangkap denyut nadi atau napas mereka dan banyak dari mereka hidungnya berdarah.”
Saksi mata lainnya, Park Jung-hoon, 21 tahun, mengatakan kepada Reuters bahwa situasinya “benar-benar di luar kendali”.
Seorang perempuan membenamkan wajahnya di tangannya saat dia menunggu berita tentang anggota keluarganya yang belum diketahui nasibnya.
sumber: bbc