Xhardy – Kasus gugatan ijazah palsu yang menyeret nama Presiden Jokowi akhirnya layu dan lemas sebelum sempat berkembang. Sidang perdana memang sempat digelar. Tapi Jokowi tidak hadir. Perwakilan juga tidak hadir sehingga sidang ditunda.
Tapi tidak lama kemudian sang penggugat sang analis amatir, Bambang Tri Mulyono kena kasus bersama dengan Gus Nur karena video kolaborasi mereka bermasalah. Keduanya ditahan, hehehe.
Dengan demikian, Bambang Tri Mulyono melalui kuasa hukumnya mencabut gugatan dugaan ijazah palsu Presiden Jokowi.
Kuasa hukum Bambang Tri, Ahmad Khozinudin, mengungkapkan alasan gugatan itu dicabut. Ini karena Bambang Tri berstatus sebagai tersangka dalam kasus dugaan ujaran kebencian.
“Langkah hukum yang kami tempuh ini adalah upaya untuk melindungi kepentingan klien kami. Kalau perkara tidak dicabut, perkara akan kalah di persidangan maka klien kami akan kehilangan hak hukum,” ujar Khozinudin.
Karena penahanan tersebut, sulit bagi mereka untuk membawa bukti-bukti atau saksi jika proses persidangan tetap dipaksakan untuk terus berjalan.
“Karena yang punya akses ini adalah klien kami, tentu akan merugikan kepentingan hukum klien kami,” kata dia.
Menurut logika mereka, jika gugatan dicabut, maka Bambang masih bisa memiliki hak hukum jika ingin menggugat lagi saat sudah bebas nanti.
Sementara itu, Eggi Sudjana selaku kuasa hukum Bambang Tri Mulyono, juga mengiyakan kabar tersebut, karena Bambang saat ini berstatus tersangka dalam kasus dugaan ujaran kebencian berdasarkan SARA.
Eggi dan kawan-kawan kesulitan berkoordinasi dengan Bambang untuk menyiapkan pembuktian dalam sidang.
“Sehingga kami tidak dapat melanjutkan persidangan sebelum proses hukum pidana terhadap klien kami selesai dan klien kami dapat hadir mempersiapkan bukti dan saksi di persidangan,” kata dia.
Sebenarnya, kalau mau jujur, mereka itu kemungkinan besar tidak ada bukti dan saksi. Kalau ada pun, itu mungkin hanya ngarang-ngarang. Saksi mungkin ecek-ecek. Kebetulan Bambang Tri ditahan dan jadi tersangka, kesempatan bagus untuk ngeles saat mencabut gugatan.
Tapi memang lucu sih, Bambang Tri menggugat, emosinya berapi-api. Saking semangatnya ingin menjatuhkan Jokowi, dia yang terpeleset lidah dan ditahan bersama Gus Nur. Lari terlalu kencang, malah jatuh sendiri.
Ini kalau dalam film komedi, ibarat maling menuduh orang lain maling, tapi si maling ini malah mencuri sehingga ditangkap. Asli lucu banget. Dia yang merasa tidak bersalah, malah ditangkap.
Gugatan layu sebelum berkembang. Ini manuver khas kelompok sebelah. Kesalahan orang lain dikorek-korek, kesalahan sendiri dikubur dalam-dalam biar tidak ketahuan.
Kita tunggu saja apakah saat bebas nanti Bambang Tri akan kembali menggugat. Kalau menurut prediksi saya, tak akan lagi. Kapok. Lagipula kalau dia masih mau menggugat, rakyat juga sudah tidak percaya dengan orang ini. Ditahan berkali-kali. Track record jelek dan kotor.
Dia nekat menggugat, narasi yang akan berkembang adalah, dia pansos dan mau cari sensasi. Tak ada yang mau percaya lagi dengan analisis murahan soal ijazah Jokowi. Mungkin hanya dokter emak-emak kelas teri itu yang percaya.
Di balik Bambang Tri, ada kemungkinan bohir di belakangnya. Mungkin benar. Kalau tidak, mana mungkin orang ini bisa senekat itu? Arah serangannya terlalu ngawur, tidak meyakinkan dan terlalu dipaksakan. Hanya orang dengan pikiran dungu yang mau melakukan itu.
Wong, orang yang punya banyak kejanggalan seperti gubernur seiman saja susah digugat, apalagi Jokowi yang memang apa adanya tanpa disembunyikan. Terlalu bodoh menggugat Jokowi dengan analisis sampah tak masuk akal.
Para penggugat ini, kalau tidak berhasil membuktikan gugatannya, harusnya langsung ditangkap saja karena sudah masuk dalam ranah bikin kegaduhan dan provokasi. Mereka ini kerjanya selalu membuat keributan dengan substansi yang tidak jelas. Semua dipaksakan dan dibuat-buat demi sensasi.
Kalau orang-orang seperti ini diperlakukan lembut atau malah dibiarkan cari panggung, lama-lama energi bangsa ini terkuras hanya untuk urusan sampah. Negara lain sudah maju puluhan langkah ke depan, tapi di negara kita masih banyak yang sibuk meributkan ijazah, mengurus surga dan neraka, sibuk jualan khilafah.
Kedunguan kalau terus diberi panggung, lama-lama akan menguasai negara ini.
Bagaimana menurut Anda?
sumber: seword