SUMBER GAMBAR, WALK IN HONG KONG
Keterangan gambar,
Paul Chan menggelar tur virtual di salah-satu ikon menarik Hong Kong untuk para kliennya pada musim panas 2021.
Ketika Hong Kong bersiap membagikan 500.000 tiket pesawat gratis demi memikat turis kembali ke kota yang terpukul kebijakan pembatasan ketat pandemi, kalangan industri wisata dan hiburan – yang tengah lesu – seperti bersikap masa bodoh.
Jadi, apakah penggelontoran uang US$255 juta atau sekitar Rp2,4 triliun itu dapat menghidupkan kembali wilayah tersebut, walaupun mereka masih memberlakukan kebijakan pembatasan Covid yang terketat di dunia?
Bagi pebisnis lokal Paul Chan, yang menjalankan perusahaan jasa tur jalan kaki, upaya apa pun akan dia terima.
‘Dibutuhkan lebih dari tiket pesawat gratis’
“Membagikan tiket gratis guna menarik wisatawan tentu saja merupakan hal yang baik,” ujar Paul seraya tersenyum lega.
“Tetapi saya ingin tahu lebih banyak tentang siapa yang diberikan tiket, apakah maskapai bisa mengatasinya, dan apakah orang-orang beruntung yang terbang gratis ke Hong Kong akan tinggal di sini cukup lama.”
Rincian detil yang ingin diketahui Paul belum diumumkan.
Paul Chan (kedua kiri) mengajak sekelompok turis mencicipi makanan penutup tradisional di masa sebelum Covid.
Otoritas Bandara Hong Kong (AAHK) mengatakan tiket gratis itu akan digunakan oleh maskapai penerbangan yang berbasis atau yang memusatkan kegiatan operasional di Hong Kong.
Diantaranya adalah Hong Kong Express dan Hong Kong Airlines – sebagian besar mengoperasikan rute ke Daratan China, Jepang, dan Asia Tenggara – bersama Cathay Pacific, yang terbang ke seluruh dunia,
Sesuai rencana yang diumumkan pada awal pandemi, bahwa “tiket akan diberikan kepada turis global dan penduduk Hong Kong … ketika pandemi berakhir.”
Paul adalah pendiri Walk In Hong Kong. Para pemandu wisatanya memamerkan sejarah dan budaya kota itu dengan mengunjungi tempat-tempat yang kurang dikenal.
Sebelum pandemi, kliennya adalah campuran turis asing dan warga lokal yang ingin berkunjung di luar lokasi wisata yang sudah dikenal.
“Kami memulainya pada 2013 dan prospek bisnisnya bagus sampai Covid melanda. Kemudian semuanya menjadi sulit… Kami harus beradaptasi ketika turis-turis menghilang.”
Dia mengalihkan fokus ke penduduk setempat, menjalankan tur virtual dan tamasya dengan dibayangi kebijakan pembatasan Covid amat ketat yang mengubah segalanya.
Pemerintah Hong Kong cenderung lebih lambat dari kebanyakan negara-negara lainnya untuk melonggarkan pembatasan Covid.
“Untungnya, kami mampu bertahan. Jadi, saya berharap tiket gratis ini akan menarik pelancong yang akan terus berbelanja ketika mereka di sini.”
Namun dia khawatir biaya penerbangan tidak banyak menjadi pertimbangan bagi wisatawan berkantong tebal yang biasa dia tawari berkeliling.
“Klien kami sebelum pandemi sebagian besar adalah turis royal. Jadi, dibutuhkan lebih dari sekadar tiket pesawat gratis demi mendongkrak kembali industri ini.”
Karantina berakhir
Hong Kong memiliki sejumlah peraturan Covid yang terketat di dunia selama lebih dari dua tahun, tetapi kota itu mulai membuka pintunya.
Pada 23 September, Hong Kong menanggalkan aturan wajib karantina bagi semua pendatang baru yang hasil tesnya negatif.
Dan efeknya pun bisa dirasakan sejauh ini.
Moon Tsui mengatakan berakhirnya kebijakan karantina memberikan dorongan untuk bisnisnya.
Moon Tsui menjalankan bisnis menyelenggarakan konferensi dan acara olahraga internasional. Dia menyambut keputusan apa pun untuk menarik orang-orang untuk kembali ke Hong Kong.
“Amat sepi bagi saya selama lebih dari dua tahun, dalam hal peluang kerja. Tetapi saya mulai mendapat telepon yang menanyakan sejak Juni lalu… Dan pertanyaan itu biasanya datang dengan tanggal dan detail yang lebih terkonfirmasi, jadi saya merasa semuanya terbuka.
“Saya yakin tiket gratis pesawat akan menarik lebih banyak orang.”
Moon juga menyambut baik upaya pelonggaran pengendalian Covid.
“Yang paling penting adalah perubahan kebijakan karantina. Sampai perubahan terakhir aturan karantina, pengunjung harus membayar penginapam hotel selama berpekan-pekan. Tidak ada yang bisa mengambil cuti selama itu untuk liburan, ditambah dengan hari yang dibutuhkan selama karantina.
Hong Kong mulai dibuka, dengan acara seperti turnamen snooker ‘Hong Kong Masters’ pada Oktober, yang digelar di depan 9.000 penonton.
“Acara yang akan datang seperti Rugby Sevens dan pertemuan tingkat tinggi bidang keuangan adalah ujian untuk melihat apakah Hong Kong masih menjadi tujuan wisata,” ujarnya.
Reaksi industri perjalanan
Jadi, bagaimana tanggapan kalangan asosiasi perjalanan lainnya terhadap pemberian 500.000 tiket gratis?
Menurut Dewan Pariwisata Hong Kong, antara 2013 dan 2019, rata-rata Hong Kong menampung 58 juta pengunjung setiap tahun. Namun dalam sembilan bulan pertama tahun ini, jumlah pengunjung yang tercatat hanya 249.699 orang.
Bos Asosiasi Pemilik Agen Perjalanan Hong Kong, Freddy Yip, dalam wawancara dengan siaran radio pemerintah RTHK bahwa kebijakan itu adalah “pertanda baik”, tetapi dia menyerukan adanya “subsidi dan konsesi” bagi penerbangan tambahan.
Setelah mendengar berita itu, Frankie Chow, pendiri agen perjalanan Hong Kong Ulu Travel, mengatakan kepada BBC, “Kami sangat menyambut lebih banyak orang [datang ke Hong Kong]. Kami sudah menunggu saat yang baik ini selama tiga tahun. Ini adalah waktu yang sangat sulit bagi kami.”
Surat kabar Sing Tao Daily melaporkan bahwa pemberian tiket gratis itu adalah salah satu dari sejumlah tindakan yang direncanakan.
Dikatakan, Kepala Eksekutif Hong Kong John Lee kemungkinan mengumumkan rencana kembali kepada keadaan normal dalam pidatonya pada 19 Oktober.
Makan di luar
Nicolas Elalouf, yang menjalankan restoran Man Mo Dim Sum di lokasi yang banyak dikunjungi wisatawan, menggarisbawahi situasi saat aturan dilonggarkan.
Nicolas Elalouf menggambarkan restorannya sebagai tempat berkumpulnya turis dan penduduk lokal.
“Ketika itu hari Jumat ketika mereka menyudahi kebijakan karantina, dan pada Jumat malam restoran itu penuh sesak,”
Dia mengatakan sepertiga dari pelanggannya dulunya adalah pengunjung internasional, sehingga dia menyambut baik langkah-langkah guna membawa wisatawan kembali. Namun dia khawatir tiket pesawat gratis tidak bisa menjawab ketidakpastian Covid.
“Jika ada wabah besar Covid lainnya, ketika aturannya sangat ketat, apa yang akan terjadi? Jika orang datang ke sini dengan tiket gratis dan harus melakukan karantina, itu tidak akan berhasil.”
‘Ini langkah yang cerdas’
John Prymmer adalah salah satu pemilik bar The Wanch yang menggelar live musik. Dia dipaksa mematuhi pembatasan Covid yang melarang pertunjukan musik di ruangan yang dihadiri penonton.
John Prymmer mengubah cara barnya beroperasi untuk mengatasi pembatasan Covid, dengan cara memasang layar lebar, menggantikan acara live musik di bar miliknya.
Dia menghadirkan grup-grup band di studio terdekat yang kemudian ditampilkan di layar di dalam bar. Para pelanggan berinteraksi dengan para musisi melalui kamera.
John khawatir bahwa pemberian tiket pesawat tidak memberikan perbaikan cepat.
“Ini langkah yang cerdas, terutama pada aspek PR. Pemerintah akan melempar dadu pada orang-orang yang datang dengan tiket gratis itu, supaya kembali, [seraya berkata]: ‘Bro, saya pergi ke Hong Kong, saya punya waktu yang indah.’ Jadi mereka benar-benar harus memastikan itu akan terjadi.”
John khawatir persyaratan saat ini yaitu hasil tes negatif Covid setelah tiba di Hong Kong dapat menggagalkan rencana yang terasa baik itu.
Tes PCR
“Hong Kong masih memiliki aturan Covid,” tegas Grace Tsoi dari BBC di Hong Kong.
Pengunjung di restoran Nicolas harus check-in menggunakan aplikasi Covid untuk makan di sana.
“Orang-orang yang datang ke Hong Kong masih harus menjalani tes PCR pada hari kedua, keempat dan keenam setelah kedatangannya. Itu bisa merepotkan. Jika Anda ingin menikmati kota ini, aturan itu tak akan membantu.
“Beberapa ahli menyerukan supaya aturan itu dihilangkan, seraya mengatakan bahwa situasi Covid sudah stabil. Tetapi … sebuah laporan surat kabar [baru-baru ini] mengutip para pejabat yang mengatakan para ahli meyakini bahwa kita seharusnya tidak menghapus pembatasan secara total.”
Paul Chan menghabiskan bertahun-tahun untuk memanjakan kliennya di Hong Kong sampai Covid memaksanya berhenti atau membatasi turnya secara langsung.
Paul Chan, setelah akhir pekan yang sibuk menggelar tur dengan dihadiri secara fisik, memiliki lebih banyak pemikiran tentang pemulihan industri pariwisata dalam jangka panjang.
“Meningkatnya harga energi dan perang yang berkelanjutan dapat membawa resesi global, yang akan melumpuhkan industri pariwisata. Jadi, saya tidak yakin pemberian tiket gratis semata dapat mendongkrak pariwisata.”
Walaupun demikian, rencana pembagian setengah juta tiket gratisdalam waktu dekat guna membawa orang kembali ke Hong Kong adalah sebuah tanda bahwa pihak berwenang berpikir sudah waktunya memasuki era baru.
Saat Hong Kong dibuka, lebih banyak turis dapat melihat Pelabuhan Victoria yang terkenal di Hong Kong.
sumber: bbc