SERANGAN DI PAUD, THAILAND OLEH MANTAN POLISI: ‘SANGAT PERIH DUKA INI DAN SAYA SANGAT MARAH’, KESEDIHAN MENDALAM KELUARGA

Keterangan gambar,
Pattarawut was one of 23 children killed on Thursday

Para orang tua dan keluarga korban penembakan di pusat pendidikan anak usia dini, PAUD, di Kota Uthai Sawan, Thailand mengatakan duka mendalam atas meninggalnya puluhan anak-anak dalam peristiwa Kamis (06/10).

Polisi di Thailand utara mengatakan setidaknya 37 orang, sebagian besar di antaranya anak-anak, meninggal dalam penembakan oleh mantan polisi itu.

Seorang nenek berusia 46 tahun, Nipha Lawongsechaison, mengatakan ia kehilangan dua cucu, satu laki dan satu perempuan dalam serangan itu.

“Sangat perih rasanya duka ini…dan saya sangat marah karena saya tak bisa berbuat apapun,” katanya.

Duangphan Patphaothanun, seorang nenek lain berusia 64 tahun memegang tas berisi penuh mainan. Ia ingin meletakkan mainan termasuk botol minum berbentuk dinosaurus di peti jenazah cucunya.

Seorang mantan polisi menyerbu gedung itu dan menembak mati anak-anak yang tengah tidur.

Biasanya ada sekitar 90 anak di tempat penitipan anak itu namun karena cuaca buruk dan bus mogok, hanya 24 anak yang berada di sana pada Kamis (06/10) itu. Hanya satu anak yang selamat.

“Mengapa dia bunuh mereka padahal anak-anak itu tidak melakukan apapun,” kata Naliwan Dungkhet, yang keponakannya berusia dua tahun, Captain, juga meninggal.

Polisi mengatakan penyerang berusia 34 tahun, Panya Kamrab – membunuh istrinya dan anak tirinya sebelum ia bunuh diri setelah dikejar. Anak tirinya juga murid di Paud itu namun telah absen dalam satu bulan ini.

Motif penyerangan masih belum diketahui. Namun polisi mengatakan Kamrab dipecat bulan Juni lalu karena penggunaan narkoba.

“Ketika saya dengar berita penembakan itu, saya pingsan,” kata Duangphan Patphaothanun. Di telepon selulernya terpampang foto Pattarawut, yang diambil tak lama sebelum penembakan.

Seperti halnya di Paud lainnya, para orang tua sering mengambil foto agar orang tua bisa melihat foto anak-anak yang tengah bermain atau tengah menggambar atau menulis.

Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengucapkan belasungkawa yang mendalam dan menggambarkan insiden itu “sangat mengejutkan”.

“Dukacita kami untuk keluarga korban, baik yang meninggal maupun yang luka-luka.”

Dalam pesan di Facebook, perdana menteri juga memerintahkan investigasi sesegera mungkin.

Dalam pesan di Facebook, Prayuth meminta polisi mempercepat investigasi tentang bagaimana tragedi ini terjadi.

Kamrab masuk ke fasilitas tersebut dan mengeluarkan tembakan sebelum melarikan diri. Beberapa korban dikatakan ditikam.

Sekitar 20 anak berada di fasilitas tersebut saat pelaku tiba sekitar jam makan siang, kata pejabat setempat, Jidapa Boonsom, kepada kantor berita Reuters.

Tersangka kemudian menembak empat atau lima staf, termasuk seorang guru yang tengah hamil delapan bulan, kata Jidapa.

“Awalnya kami mengira itu adalah [suara] mercon,” kata Jidapa.

Polisi mengatakan Kamrab marah setelah tiba di Paud dan tidak mendapati anaknya. Laporan lain menyebutkanya anaknya berada di tempat tersebut.

Ia lantas mengeluarkan tembakan dan menabrakkan kendaraannya ke kerumunan, sebelum pulang ke rumah dan membunuh istri dan anaknya, kata juru bicara polisi Paisan Luesomboon.

Saksi mata, Paweena Purichan, kepada kantor berita AFP mengatakan dirinya mendapati pelaku mengendarai mobilnya secara ugal-ugalan.

“Ia ingin menabrakkan ke mobil-mobil lain di jalan,” ujarnya. “Ia menabrak sepeda motor dan dua orang luka-luka … saya langsung menghindar.”

Eks polisi ‘mudah’ dapatkan senjata api

Para korban yang mengalami luka-luka tengah dirawat di rumah sakit setempat, yang meminta warga untuk menyumbangkan darah.

Pelaku yang membawa senjata dan pisau disebut media Thailand menembak diri sendiri setelah dia menembak istri dan anak-anaknya.

Motif penembakan sejauh ini belum jelas.

Wartawan BBC untuk kawasan Asia Tenggara, Jonathan Head, mengatakan penembakan ini sangat mengejutkan Thailand, negara dengan kepemilikan senjata tinggi, namun kasus-kasus penembakan massal dengan korban anak-anak atau murid sekolah termasuk rendah.

Pada 2020, seorang tentara menewaskan 21 orang dan melukai puluhan lainnya di Kota Nakhon Ratchasima.

Head mengatakan sejauh ini belum diketahui apa yang menyebabkan pelaku menembak banyak orang di fasilitas penitipan anak.

Memiliki senjata adalah hal yang biasa di Thailand dan mantan polisi relatif mudah mendapatkan senjata api.
sumber: bbc

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.