MEMBANDINGKAN GANJAR DAN ANIES. DATA Q2

Agar lebih objektif membandingkan Ganjar dan Anies, baiknya kita lihat data fresh tahun 2022. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Jawa Tengah tercatat tumbuh sebesar 5,66% (yoy). Sementara, pertumbuhan ekonomi secara nasional sebesar 5,44% (yoy). Agak sedikit dibawah DKI, yaitu 5,59%.

Pengelolaan APBD. Perhatikan Ganjar. Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PKP) mengalami kontraksi sebesar -3,55% dan Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar -0,66%. Itu bisa dilihat dari data yaitu lapangan usaha Konstruksi yang mengalami kontraksi sebesar -1,46%, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib -3,39%. Ini indikasi semua pemda tingkat dua bekerja efektif. Bandingkan dengan DKI, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PKP) terkontraksi sangat dalam diangka -45,27%. APBD tidak efektif. Biasanya akan mencapai 100% ketika akhir tahun.

Yang menarik bagi Jateng adalah, lapangan usaha berkelas UMKN mengalami pertumbuhan significant, antara lain Transportasi dan Pergudangan sebesar 89,34%, Jasa lainnya sebesar 18,7%, dan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 18,44%. Artinya rakyat yang sebagian besar UMKM menikmati pertumbuhan luar biasa, bahkan tertinggi di Indonesia. Itu bisa dilihat dari data : Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) tumbuh sebesar 6,14%. Bandingkan dengan DKI 5,5%.

Di Jawa Tengah, penduduk miskin sebanyak 10,93 persen dari total penduduk atau 3,83 juta orang. Namun tren nya terus mengalami penurunan. Itu karena hebatnya jateng mengendalikan harga kebutuhan pokok dengan kebijakan disparitas harga sesuai dengan potensi wilayah. Orang miskin di Jakarta 4,42 % dari total populasi. Namun tren nya terus bertambah dari tahun ke tahun. Jumlah PHK di DKI mencapai 395.866 orang hingga 4 Oktober 2022. Ini dampak dari COVID, yang masih terasa dan kurang tersedia atmosfir bagi usaha kecil dan informal.

Tapi prestasi Ganjar ini didukung oleh sebagian besar kepala daerah memang berasal dari PDIP. Jadi dia lebih mudah koordinasinya walau dia tidak punya otoritas penuh seperti Anies. Sementara Anies, walau dia punya otoritas terhadap wilayah tapi di DKI, PDIP sebagai partai pimpinan koalisi mayoritas di DPR menjadi oposisinya. Makanya lambat gerak langkahnya.
sumber: Erizeli Jely Bandoro & fb

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.