MERASA HARUS “TURUN GUNUNG”, APAKAH SBY IDAP “POST POWER SYNDROME”?

cak soed – Lagi-lagi bapak Prihatin se dunia membuat sensasi, ya pastilah seperti kita semua hafal, pasti beliau ini curhat. Baiklah, kita harus hormat kepada bapak SBY alias Susilo Bambang Yudhoyono sebagai seorang mantan nomor satu dinegeri ini, mantan Presiden Republik Indonesia selama 2 periode atau 10 tahun memerintah negeri ini. Dan setelah itu beliau diganti oleh Joko Widodo yang terpilih secara demokratis di tahun 2010. Yang artinya selama dua periode beliau alias SBY berada di puncak gunung, puncak karirnya. Dan setelah itu beliau harus lengser dan turun gunung, SBY dari puncak gunung sudah menjadi rakyat biasa ditanah yang sama yang sedang kita pijak, beliau memang masih pemimpin di partainya , tetapi hanya pemimpin orang yang merupakan anggota partainya, bukan pemimpin seluruh rakyat Indonesia lagi.

Ya sebenarnyalah bahwa SBY sudah berada di puncak gunung saat beliau menjadi Presiden yang terpilih karena proses “demokratis” , dari puncak gunung itu beliau sudah seharusnya bisa melakukan hal-hal yang sekarang beliau kritik. Dari puncak gunung itulah beliau seharusna bisa membangun infrastruktur baik di pusat maupun didaerah, dari puncak gunung itulah beliau seharusnya bisa menggunakannya untuk membuat harga BBM menjadi BBM satu harga.Saat dipuncak gunung itulah seharusnya dia lakukan yang terbaik untuk bangsa ini, membangun bangsa ini, jangan malah membuat mangkrak.

Dua periode di puncak gunung seharusnya cukup bagi SBY untuk berkarya dan membangun negeri ini, setidaknya membuat perencanaan masa depan bagi bangsa ini dan mengestafetkannya kepada penerusnya, dan itu tentu saja akan membuat namanya namanya harum. Tetapi yang terjadi malah sebaliknya, beliau yang bisa dibilang prestasinya biasa – biasa saja, dan malah partai yang dipimpinnya menjadi partai yang jelek dimata masyarakat, bukannya menjaga marwahnya sebagai mantan orang nomor satu yang pernah ada dipuncak gunung, malah mengkritisi kebijakan pemerintahan sekarang, padahal sudah disindir “Ojo dibanding-bandingke” oleh pak Jokowi, tentu saja itu sudah merusak citranya sebagai negarawan. Seharusnya sebagai orang yang pernah berada dipuncak dan sudah turun kebawah membuatnya semakin bijaksana, “mandita” begitu istilah Jawanya, bukannya malah koar-koar dan sebar hoax pemilu 2024. Yang paling parah adalah koar-koarnya tentang akan turun gunung, yang malah membuat orang-orang makin tertawa, bukankah dia sudah turun gunung 10 tahun lalu? Atau dia merasa masih ada digunung? Kalau benar dia bilang mau turun gunung, kawatirnya selama ini dia mengidap “Post Power Syndrome” yaitu suatu gejala psikologis yang biasa terjadi kepada orang-orang yang pernah berkuasa atau menjabat posisi tinggi, dan sudah tidak menjabat lagi.

Kalau dari kami sih, kami prihatin saja buat orang yang sudah turun dari puncak gunung relatip lama yaitu 10 tahun, kok masih merasa berada dipuncak sehingga merasa harus turun gunung, la dhalah…demi anak yang tersayang rupanya? Mbok anaknya biar tumbuh dewasa sendiri kenapa?

Sudahlah aku mau naik gunung kembar dulu…

Cak Soed #NKRIHargaMati

sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.