“ Apakah kita akan kena dampak krisis seperti negara lain yang sudah mengarah ke resesi? Tanya teman.
“ Sebelum saya jawab, sebaiknya kamu pahami apa itu krisis dan apa itu resesi. Krisis itu apabila cash flow terganggu akibat lebih banyak pengeluaran daripada pemasukan. Sementara utang semakin sulit didapat. Resesi, apabila proses produksi melambat karena pasar tidak mendukung. Karena ongkos terlalu gede dan daya beli menurun. Setuju engga ?
“ Ya setuju. “
“ Nah kalau itu tidak mungkin terjadi di Indonesia. “ Kata saya
“ Mengapa ?
“ Saat sekarang rasio credit perbankan terhadap PDB hanya 35%. Rasio pasar modal terhadap PDB 50,76 %. Uang beredar terhadap PDB 45%. Artinya hanya segelintir saja yang menikmati distribusi uang. Sementara segelintir itu punya tabungan bisa bertahan lebih dari 10 tahun resesi. Jadi daya beli tetap ada. Beda dengan negara lain yang umumnya rasio diatas 100%. Jadi terdistribusi modal luas sekali. Kalau ada krisis maka cepat sekali terkena imbas resesi. Karena tabungan mereka hanya bisa bertahan 1 tahun. “
“ Tapi kan akan berdampak kepada ketidak stabilan politik., Karena kalau harga naik yang korban rakyat jelantah. Mereka kan engga ada tabungan. “ Kata teman.
“ Sejak era Jokowi rasio Investasi terhadap PDB nya setiap tahun berkisar 30-42%. Kita mengalahkan semua negara ASEAN. Bahkan Eropa dan AS kalah jauh dengan kita. Tapi ICOR (Incremental Capital Output Ratio) level ICOR 6,24 pada 2022. Paling tinggi di ASEAN. Artinya uang mengalir ke elite dan rente lebih besar. Engga percaya? Lihat Index Corruption Perception tidak berubah sejak tahun 2015. Makanya kalau ada kebijakan tidak populer untuk mengatasi krisis pasti didukung oleh elite. Rakyat protes akan dituduh makar. People power akan dihadapi bedil tentara. Atau dibe”ri BLT juga rakyat adem.
“ Oh gitu.”
“ Ya, hebat kan. “
“ Tapi rakyat..?
“ AH kamu baper engga jelas. Mana ada para elite dan orang kaya mikirkan rakyat miskin. Selagi pendapatan sama, ya pendapat mereka sama. Diantara mereka aman ya mereka saling melindungi. Hidup kan begitu. “
sumber: Erizeli Jely Bandoro & fb