Rahmatika -:Sore tadi saya terperangah saat membaca salah satu artikel di Vice. Di artikel itu diceritakan kalau di Twitter ramai karena ada yang posting syarat berpenampilan menarik sebagai kriteria penerimaan mahasiswa. Syarat ini disodorkan ke peserta Seleksi Mandiri Program Studi D-3 Keuangan Perbankan dengan bidang minat Perbankan.
Ternyata oleh Sekretaris Direktorat Administrasi dan Layanan Akademik UB Heri Prawoto Widodo hal ini dibenarkan. Alasannya, mengacu pada permintaan pihak perbankan yang bermitra dengan UB.
Selain berpenampilan menarik, terdapat juga syarat tambahan lainnya, di antaranya: tinggi badan perempuan minimal 160 cm, laki-laki minimal 165 cm. Berat badan proporsional. Ramah, komunikatif, bahasa tubuh dan bahasa verbal baik. Mengirimkan pas foto berwarna ukuran 4×6, foto seluruh badan ukuran post card (harus terlihat dari atas kepala hingga kaki), diunggah pada laman pendaftaran.
Ya sebenarnya kriteria good looking dijadikan syarat ini bukan hal yang baru. Orang mau melamar kerja suka ada tuh syarat berpenampilan menarik. Mau daftar sekolah tertentu juga disyaratkan tinggi badan. Ya jadi kalau sampai ada celetukan separuh masalah hidup Anda akan selesai jika Anda good looking itu mungkin memang benar adanya. Banyak orang yang karena dia cakep, penampilannya menarik, well dressed kemudian mendapat kemudahan. Bahkan kabarnya kalau Anda ingin tiba-tiba dapat kejutan misalnya lagi naik pesawat kemudian diupgrade ke kelas bisnis maka salah satu hal yang dilihat oleh crew penerbangan tersebut adalah penampilan Anda.
Vokasi itu memang pendidikan yang lulusannya dipersiapkan siap kerja, diupayakan segera bisa terserap oleh dunia usaha. Di sisi ini wajar kalau mereka istilahnya nggak mau barang yang benar-benar mentah, maunya yang sudah setengah matang dan tinggal dipoles untuk akhirnya benar-benar matang dan siap dipanen. Ibaratnya seperti itu.
Tapi di satu sisi, ini kan dunia pendidikan ya. Kasihan juga dong mereka yang mau dan secara intelegensia mampu, kemudian kepentok di urusan good looking ini. Kan nggak semua ya anak remaja itu sudah well grooming. Nggak semua di usia remaja sudah paham betul caranya biar cakep, terawat, dan tampil apik. Belum lagi kalau kepentok urusan biaya atau bahkan kesulitan akses.
Iya saya itu percaya 80% orang bisa cakep asal ada duitnya. Lha kalau nggak mampu, gimana mereka mau potong rambut yang bagus, beli skincare, belajar pakai make up dan sebagainya. Belum lagi soal kondisi geografis. Anak yang tinggal di pelosok Sumbermanjing tentu tidak semudah anak yang tinggal di Malang kota untuk bisa pergi ke salon atau klinik yang bagus.
Apalagi setahu saya Brawijaya ini termasuk universitas yang lengkap bidang keilmuannya. Bisa lah sebetulnya 3 tahun dipakai mengejar dan membentuk supaya misal ada mahasiswa yang masih kumus-kumus dibikin lebih cakep. Misalnya diberi akses ke poli estetika di Rumah Sakit Brawijaya atau di RSSA, yang giginya nggak rapi dengan bawa KTM bisa dapat layanan di RSGM UB, atau bahkan bisa kerjasama dengan universitas tetangganya seperti UM untuk soal busana dan tata rias. 3 tahun itu cukup banget kok buat bikin seseorang jadi cakep karena ya percayalah jadi cakep itu soal niat, duit, dan fasilitasnya aja kok.
Ya ini cuma masukan buat pihak UB siapa tahu nantinya dipikirkan agar ke depan nggak muncul lagi kehebohan terkait syarat good looking ini. Karena sebetulnya good looking ini juga sesuatu yang sifatnya relatif banget sih.
sumber: seword