Roedy S Widodo – Kasus pemecatan Dr.Terawan Sgus Putranto terus menggelinding menjadi polemik. Sufmi Dasco Ahmad, wakil ketua DPR dari fraksi Gerindra malah tegas meminta polisi usut oknum yang membacakan pemecatan Dr.Terawan.
Menurut saya, sikap seperti ini sangatlah tidak tepat.
Sebagai organisasi yang berbentuk perkumpulan, IDI berhak mengatur organisasinya berdasarkan AD/ART yang telah mereka tetapkan.
Justru seharusnya sebagai anggota DPR, Sufmi Dasco Ahmad seharusnya melihat UU No.29, tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.
Pemecatan IDI terhadap seorang Dr.Terawan, seorang jendral TNI berbintang 3, mantan Dirut RSPAD Gatot Subroto dan mantan Menkes, tentunya bukanlah suatu tindakan yang bisa dilewatkan begitu saja.
Didalam UU tersebut jelas disebutkan bahwa organisasi profesi untuk dokter adalah Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan untuk dokter gigi adalah Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI). Pasal tersebut ada pada bab 1 ayat 13.
Dengan adanya pasal tersebut maka kedudukan IDI dan PDGI sangatlah kuat, sebagaimana layaknya instansi pemerintah.
Apalagi pada UU tersebut juga disyaratkan bahwa ijin praktek harus menyertakan rekomendasi dari IDI atau PDGI untuk dokter gigi.
Sudah saatnya pasal yang berpotensi menyesatkan ini dihapus. Jangan pernah lakukan instansi diluar pemerintah sebagaimana instansi pemerintah karena hal tersebut sangat berpotensi mendatangkan kejadian yang tidak baik.
Sebagai contoh kasus pemecatan Dr.Terawan Agus Putranto SpRad ini. Andai UU tidak menyebutkan IDI sebagai satu-satunya organisasi profesi kedokteran maka pemecatan IDI terhadap Dr Terawan tidaklah akan menjadi polemik sebesar sekarang.
Dengan mudah Dr.Terawan akan berpindah kelain organisasi profesi yang bisa mengakomodasi dirinya.
Saya berharap kejadian pemecatan Dr.Terawan Agus Putranto oleh IDI ini akan menjadi pembuka kotak pandora yaitu kelemahan UU No 29 tahun 2004 yang diundangkan pada masa kepresidenan Ibu Megawati Soekarnoputri.
Dengan terbukanya kotak pandora tersebut maka semoga DPR dan Pemerintah segera melakukan revisi Undang Undang yang dimaksud.
Hal ini juga menunjukkan bahwa pekerjaan DPR untuk menguji dan bila perlu merevisi undang undang yang ada sangatlah banyak.
Jadi sebagai rakyat kami akan heran bila dengan beban dan target penyelesaian yang sudah ditetapkan, masih banyak anggota DPR yang terlihat santai, tidak serius mengemban tugasnya.
Ini seharusnya menjadi koreksi dan instrospeksi bagi semua partai politik sebagai mitra kerja Pemerintah, demi memajukan kehidupan bangsa.
Semoga ini juga menjadi pengingat bagi masyarakat yang akan memilih para wakil rakyat pada pemilu nanti. Jangan pilih yang kasih uang, tapi pilihlah yang punya rekam jejak sebagai pembela rakyat.
Ijinkan dengan segala kerendahan hati saya mengungkapkan apa yang saya pikirkan kepada Mantan Menkes, Dr.Terawan Agus Putranto. Terobosan yang dokter lakukan yang kemudian disebut sebagai brain wash, mungkin akan menjadi golden standart bagi penanganan serta pencegahan stroke. Ini tentunya akan menjadi sumbangan anda kepada kemanusiaan yang sudah melampaui nilai uang.
Agar itu dapat terwujud, sudilah kiranya dokter melakukan riset sebagaimana kaidah medis yang berlaku. Dengan bukti klinis yang dokter teliti, maka metode brain wash ini akan menjadi sebuah Legacy dari seorang Dr. Terawan Agus Putranto bagi dunia kedokteran.
Saya tidak ingin membandingkan tetapi hanya sebuah contoh yang dilakukan oleh Prof.Teguh Santoso SpJP. Beliau adalah seorang ahli Kateterisasi Jantung yang namanya terkenal didunia.
Prof. Teguh Santoso SpJP, yang sering dijuluki sebagai tukang ledeng ini menamatkan Sandwich Program Universitas Indonesia dan Thoraxcentrum Erasmus University Rotterdam, pada tahun 1986 dengan predikat Magna Cum Laude.
Beliaulah yang menemukan cara bahwa kateterisasi jantung bisa dilakukan melalui tusukan pada lengan, ketika yang lain masih melakukan tusukan kateter melalui paha.
Karena kemudian Prof.Teguh Santoso melakukan riset dan uji klinis yang sesuai dengan standart medis internasional, maka terobosan beliau diterima diseluruh dunia. Bahkan para ahli Kateterisasi jantung dari seluruh dunia belajar kepada beliau karena dengan jarak lengan yang lebih dekat ke jantung dibandingkan paha, tindakan yang dilakukan akan lebih efektif dan efisien.
Semoga harapan saya dan juga mungkin seluruh kalangan medis dapat terwujud.
Kami ingin melihat kembali seorang putra Indonesia menorehkan tinta emas didunia kedokteran.
Demikianlah kura-kura.
Salam Seword, Roedy S Widodo.
sumber: seword