IDI DIANGGAP KAYAK MUI, TINGGAL TUNGGU WAKTU NASIB KAYAK MUI

Xhardy – Dalam UU, IDI ini seperti lembaga super power yang bisa menentukan hidup matinya seorang dokter atau calon dokter. Dengan wewenang ini, IDI memberikan rekomendasi kepada pemerintah. Tanpa rekomendasi dari IDI, izin praktik tidak bisa didapatkan dokter. Tanpa izin praktik, dokternya bisa apa? Tiduran aja di rumah atau beralih profesi jadi praktisi pengobatan alternatif atau sekalian jadi dukun bidang kesehatan.

Di grup penulis Seword, ada yang bagikan tentang UU tentang Praktik kedokteran. Di salah satu pasal disebutkan bahwa rekomendasi dari organisasi profesi, bukan IDI.

Masalahnya hanya ada satu organisasi profesi yaitu IDI. Jadi mau tak mau, dokter harus terikat dengan organisasi ini. Dan tentu saja ini berpotensi jadi praktik monopoli padahal kita tahu monopoli itu tidak sehat dan bisa menimbulkan arogansi sewenang-wenang bahkan bertingkah jadi raja kecil yang sok atur pemerintah.

Lihat saja MUI. Lewat sertifikasi halal dan fatwa, mereka dalam beberapa kesempatan berusaha menyindir, mengkritik bahkan mau mendikte pemerintah. Sertifikasi halal yang harus di bawah naungan pemerintah pusat malah dijadikan sebagai mesin uang ormas.

Makanya banyak yang bilang IDI mirip kayak MUI. Bahkan banyak yang desak agar IDI dibubarkan saja dan sertifikasi serta penerbitan izin dokter diambil oleh pusat melalui Kemenkes.

Pembaca mungkin tahu, banyak asosiasi profesi yang lainnya. Buruh, advokat, guru dll ada banyak pilihan asosiasi. Calon anggota bebas mau pilih yang mana. Hal ini penting untuk agar ada banyak pilihan dan menghilangkan arogansi akibat monopoli. Kalau di kesehatan hanya ada IDI, bagaimana kalau dokternya tidak senang di sana atau dipecat sepihak? Mau ngadu dan lari ke mana? Nangis di pojok pohon pisang?

IDI mirip MUI yang mana banyak orang sangat sinis. Kalau kalian dengar cerita dan pengalaman orang yang pernah berobat kalian pasti paham. Saya pribadi pernah beberapa kali berobat karena asam lambung, dan kesal sendiri.

Memang banyak dokter yang baik dan tulus melayani, tapi yang jelek juga tidak sedikit. Makanya ada alasan kenapa orang yang mampu, lebih memilih berobat ke Malaysia atau Singapura. Ada alasan dan buktinya banyak.

Banyak netizen dan sejumlah tokoh menyatakan dukungan dan testimoninya terhadap Terawan.

Para netizen menduga IDI tidak pro terhadap sejumlah inovasi di bidang kesehatan yang dilakukan Terawan selama ini, seperti terapi cuci otak dan vaksin nusantara yang dianggap sebagai faktor Terawan dipecat dari keanggotaan IDI.

Mereka menilai inovasi kesehatan dr Terawan itu berguna bagi Indonesia, khususnya masyarakat yang membutuhkan pengobatan tersebut. Ada yang menyarankan sebaiknya izin kesehatan sepenuhnya diambil alih oleh Kemenkes.

“Betul lebih bagus #bubarkanIDI dan biarkan Kemenkes mengambil alih segala izin untuk bidang kesehatan, yang membuat negara kita masih tertinggal atau terhambat berkembang dikarenakan masih ada organisasi yang mengambil alih aturan tentang perilaku NKRI di luar kewenangan pemerintah,” kata salah satu netizen.

“dr. Terawan dipecat atau dikriminalisasi? Apakah dr Terawan melakukan malpraktek? Jelas Tidak! Apakah ada korban dari terapi Brain Washing dr Terawan? Juga Tidak! Apakah Vaksin Nusantara bermasalah? Juga Tidak! Alasan pemecatannya jelas tidak logis!” kata yang lain. ,

Bahkan Menko Polhukam Mahfud Md pun memberikan testimoni.

Dia sudah dua kali terapi cuci otak saat masih jadi ketua MK pada tahun 2011 dan 2017. Karena merasa hasilnya bagus dan keluhan yang dia alami hilang, dia kemudian mengajak istrinya untuk ikut terapi.

Dia juga pernah mendapatkan suntikan vaksin Nusantara. Mahfud mengaku usai mendapat vaksin Nusantara, imun tubuhnya meningkat.

Seniman Butet Kartaredjasa juga mengaku sebagai pasien dr Terawan sejak tahun 2015. Menurutnya, keahlian Terawan telah dirasakannya dan bermanfaat bagi kesehatannya.

So, dengan keahlian, latar belakang serta banyak yang merasakan manfaat dari metode pengobatannya, kenapa IDI main pecat aja? Kenapa tidak rangkul dan mendukung Terawan menyempurnakan metodenya?

Jangan salahkan publik kalau IDI dituding iri karena semua ini hanya uang, uang dan uang karena metode Terawan ini Diduga membuat lapak sebagian pihak terancam. Ini persaingan bisnis yang tidak sehat.

Mungkin ini saat yang tepat untuk menghentikan monopoli IDI, dan lahir asosiasi dokter yang lain, biar IDI tak seenaknya.

Bagaimana menurut Anda?

  1. sumber: seword
This entry was posted in Berita, Informasi Kesehatan. Bookmark the permalink.